MIGRASI BURUNG Hirundo rustica
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ornitologi
Disusun oleh
: Hana Hunafa Hidayat
Npm :140410100036
JURUSAN
BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2014
Burung
Hirundo rustica datang secara berkelompok (diperkirakan ratusan), pada
pukul 17.45 . Melakukan gerakan mengelelilingi pohon Angsana yang akan menjadi
tempat bertenggernya (tempat istirahat). Burung ini dapat dibedakan dengan
burung layang-layang lain dari bentuk ekor nya yg bercagak (tipis, hanya
terlihat dari jarak dekat), selain itu ukurannya relatif lebih besar dibanding
burung layang2 biasa. Suara kedatangan kelompok burung migrasi ini, terdengar seperti
suara halus dari aliran air terjun (pendapat pribadi). Kelompok Hirundo
rustica melakukan terbang berputar sekitar 20 menit, sampai akhirnya
mereka bertengger di pohon2 Angsana yang terdapat di depan PT. Arsostex.
Penduduk
sekitar, termasuk satpam Arsostek menyatakan burung tersebut biasa datang pada
pukul 17.30-18.15, dan pergi lagi di pagi hari sekitar pukul 5 pagi. Akan
tetapi hal ini pun tergantung pada kondisi cuaca. Seperti halnya burung migrasi
lainnya, kawanan Hirundo rustica datang pada kisaran bulan
Oktober-November, dan kembali pulang di kisaran bulan Februari-Maret.
Pada
kedatangan awal di bulan Oktober,berdasarkan pantauan penduduk sekitar selalu
ada beberapa burung yang tiba terlebih dahulu,diasumsikan itu adalah tim
pioneer yang memantau keadaan sebelum kawanan besar datang.
Setiap tahun, masyarakat kota Bandung berkesempatan melihat fenomena
migrasi burung layang-layang asia (Hirundo rustica). Burung ini
berasal dari Jepang dan bermigrasi memasuki bulan September dan Oktober.
"Namun puncak kedatangan burung burung migrasi itu Desember.
Januari, burung layang-layang api sudah berkurang, dan balik pada Maret
hingga April," kata Abdul Rahman Hafif, Koordinator Program Birds
Conservation Society (Bicons) seperti dilansir dari Mongabay Indonesia, Rabu (2/1).
Burung layang-layang asia memiliki morfologi tubuh sekitar 15 hingga 20
sentimeter. Warna biru metalik pada bagian dorsal, putih pada ventral, garis
biru di dada, dan warna orange hingga merah di bagian dagu. Burung jenis ini
memiliki ekor cagak agak dalam berbentuk V, dan hidup berkelompok.
"Tahun ini,
sekitar 2.581 ekor burung pindah ke Mohammad Toha (nama jalan di Bandung).
Uniknya, kedatangan mereka selalu di tempat dan waktu yang sama," tambah
Hafif.
Disebutkannya
lagi, burung-burung ini terpisah dalam beberapa kelompok pada pagi hari dan
terbang ke arah berlainan untuk mencari pakan. Namun saat senja, mereka kembali
berkumpul di tempat yang sama, berakrobat lalu kembali menempati pohon yang sama.
Dan
yang menjadi tempat bertenggernya bukan hanya pohon angsana (Pterocarpus
indica), namun juga kabel-kabel listrik dan pilar-pilar listrik. Pukul
18.09, burung-burung mulai berputar diatas kami dan bertengger di pilar dekat
masjid, selain itu burung juga bertengger di pohon mangga (Mangifera indica)
dan pohon kiara (Ficus benjamina) depan polsek ciranjang. Dilain
tempat pohon palem raja juga terlihat menjadi lokasi beristirahatnya burung Hirundo
rustica di jalan Moch. Toha Bandung.
BIRD WATCHING HIRUNDO
RUSTICA DI PASAR CIRANJANG CIANJUR
16 Maret 2014, sebuah tim kecil
terbentuk tanpa sengaja. Berawal dari kuliah orniitologi yang dijalani rekan
saya membuat kami sampai di Ciranjang. Mereka adalah Fachmi azhar aji, Irpan
Fauzi, M. Fajar Fachmi dan Hafif Mada dari BICONS (Bird Conservation). Kami
tiba pukul 17.00 WIB dan belum ada aktifitas burung bertengger disana. hanya
terlihat kotorannya di bawah tiang-tiang dan kabel listrik.
Sebelum melakukan
pengamatan kami melakukan briefing dahulu, yang dipimpin oleh Kang Hafif Mada.
Menurut beliau dari beberapa kejadian baik di Moch. Toha, Bandung maupun di
Kalimantan dan ebberapa tempat yang pernah beliau datangi, ada kecenderungan
burung ini untuk tinggal di tempat-tempat yang hangat, seperti
diperkotaan. Dan yang menjadi tempat bertenggernya bukan hanya pohon angsana (Pterocarpus
indica), namun juga kabel-kabel listrik dan pilar-pilar listrik. Pukul
18.09, burung-burung mulai berputar diatas kami dan bertengger di pilar dekat
masjid, selain itu burung juga bertengger di pohon mangga (Mangifera indica)
dan pohon kiara (Ficus benjamina) depan polsek ciranjang. Dilain
tempat pohon palem raja juga terlihat menjadi lokasi beristirahatnya burung Hirundo
rustica di jalan Moch. Toha Bandung.
Beberapa hal
yang didiskusikan merumuskan bahwa burung ini bertengger di lokasi yang dekat
pabrik, pemukiman penduduk, dekat dengan serangga-serangga pemukiman, serta
sampah-sampah penduduk, meskipun belum pada sebuah kesimpulan namun beberapa
hal yang diperhatikan adalah makanannya, dan tempat mencari makannya. Mereka
seakan tidak memperdulikan suara berisik disekitarnya, cahaya lampu yang terang
dan aktifitas manusia dibawahnya.
Menurut
saya, burung ini menarik untuk diceritakan, sehingga dapat menjadi bahan
pembelajaran bagi kita semua. Jika ditelusuri, kita akan mengetahui bahwa
dimana mereka berasal dan mengapa mereka datang ke daerah kita. Setelah
ditelusuri dari 13 titik sampling didapatkan bahwa jumlah burung yang ada saat
itu (hingga pukul 09.00) burung yang bertengger ialah 21.600 ekor. Sangat
menarik jika kita memiliki data beberapa tahun sebelumnya dan kita akan
memprediksi apa yang akan terjadi di tahun depan.
Berikut merupakan cuplikan dari pengamatan yang kami
lakukan.
Sumber :
http://www.mongabay.co.id/2013/01/02/kala-ribuan-burung-layang-api-jepang-migrasi-ke-bandung/.
Diakses pada tanggal 24/04/2014.
http://himbiounpad.wordpress.com/category/bagi-bagi-ilmu/.Diakses
pada tanggal 24/04/2014.
http://adesahy.blogspot.com/2014/03/hirundo-rustica-di-ciranjang-cianjur.html.Diakses
pada tanggal 24/04/2014.
No comments:
Post a Comment