RHIZOFILTRASI
KROMIUM DAN KERAGAMAN RHIZOBAKTERI PADA TANAMAN AIR
Diajukan untuk memenuhi tugas
matakuliah Mikrobiologi Lingkungan
Disusun oleh :
Fuji Hardiani 140410100035
Hana HunafaHidayat 140410100036
Irpan Fauzi 140410100036
Nurina
Kurnianingsiwi A. 140410100033
Puput Febrianto 140410100103
UNIVERSITAS
PADJADJARAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI
JATINANGOR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan
dalam bidang industri di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan
ini memberikan berbagai dampak positif yaitu terbukanya lapangan kerja,
membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta meningkatnya taraf sosial
ekonomi masyarakat. Suatu kenyataan yang perlu disadari bahwa perkembangan
kegiatan industri secara umum juga merupakan sektor yang sangat potensial
sebagai sumber pencemaran yang akan merugikan bagi kesehatan dan lingkungan
(Assegaf, 1993).
Perkembangan bidang industri dimasa
kini sebenarnya memerlukan
tindakan penanggulangan limbah buangan terhadap
hasil buangan dari
produk pabriknya yang pada umumnya mengandung
bahan-bahan sisa yang berupa logam berat sering
bersifat toksik dan mempunyai
dampak buruk terhadap
kesehatan manusia, namun hal tersebut pada
masa kini belum
begitu diperhatikan , maka dari itulah
disadari bahwa limbah buangan
pabrik tersebut harus
dapat ditanggulangi. Salah satu cara menanggulanginya adalah
dengan memanfaatkan cara
fitoremediasi tumbuhan.
Tanaman air yang seringkali
menjadi gulma telah banyak
dimanfaatkan dalam remediasi pencemaran
logam berat dalam
lingkungan perairan (Smits,2005). Proses akumulasi
logam berat oleh
tanaman dapat berlangsung padanya.
Bakteri
tersebut dapat berperan
dalam meningkatkan penerapan
logam oleh tanaman,
menghambat penyerapan, membantu menstimulasi
produksi metal transport protein dalam tanaman dan
meningkatkan biomassa akar tanaman (Stout dan Klaus, 2005). rhizobakteri
juga menjadi penelitian lebih lanjut karena merasa penting mengetahui keberadaan
suatu komunitas rhizobakteri pada tanaman air
sebagai pertimbangan teknologi biremediasi lingkungan perairan yang
tercemar logam berat.
1.2
Identifikasi Masalah
1. Apakah
didapatkan bakteri yang resisten terhadap paparan logam berat yang diujikan terhadap empat jenis tanaman yaitu (Pistiastratioes, Eichorniacrassipes, Lemna
minor, dan Salvinia sp)
2. Bakteri
apa sajakah yang didapatkan dari hasil paparan logam berat yang diujikan terhadap empat jenis tanaman yaitu (Pistiastratioes, Eichorniacrassipes, Lemna
minor, dan Salvinia sp)
BAB
II
Tinjauan
Pustaka
2.1 Limbah
Limbah
adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik(rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak
memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari
bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan
terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap
limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada
jenis dan karakteristik limbah ( Sulaiman, 2011).
Limbah
cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82
thn 2001). Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :
a.
Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat
limbah dapat diukur dengan
menggunakan
metoda Titrimetrik
b.
Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
c.
Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol
d.
Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
e.
Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
f.
Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik
g.
Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA
Limbah
cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem
prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam
proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan
kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum
diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan
setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini mengakibatkan buangan air
(Sulaiman, 2011).
Suatu
limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung,
dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan
manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya
dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan,
sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan
khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih
karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji
dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3 (Sulaiman, 2011).
2.2
Logam Berat
Logam merupakan senyawa kimia yang
sangat berpotensi menimbulkanmasalah pencemaran lingkungan. Berdasarkan sudut
pandang toksikologi, logamdapat dibagi dua, yaitu:
1).
Logam esensial, keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh
organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contohnya antara lain Zn, Cu, Fe, Co,
dan Mn.
2).
Logam non esensial atau beracun, keberadaannya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya atau dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan
lain sebagainya
(Ilhan,
2004)
Logam
berat dalam limbah industri merupakan bahan pencemar lingkunganyang mendapatkan
perhatian global. Salah satu upaya untuk mengatasi masalahtersebut adalah
memanfaatkan tanaman untuk menyerap logamatau dikenal sebagai fitoremediasi.
2.3
Fitoremediasi
Menurut
Cunningham et al. (1996) fitoremediasi adalah penggunaan tanaman dan
mikroorganisma terkait, untuk mendegradasi, menyerap atau membuat kontaminan
pada tanah dan/atau air tanah menjadi tidak berbahaya. Pada dasarnya
fitoremediasi memanfaatkan inisiatif manusia untuk mempercepat proses peluruhan
secara alamiah sebuah area yang terkontaminasi, dan dengan demikian merupakan
penghubung antara sebuah teknologi buatan manusia dengan proses alamiah. Oleh
karena fitoremediasi tergantung pada hubungan yang sinergis, dan alamiah antara
tanaman, mikroorganisma dan lingkungannya, maka dia tidak membutuhkan teknologi
yang sangat intensif, atau drastis, seperti pengerukan tanah. Dalam hal ini
intervensi manusia masih diperbolehkan, hanya sebatas untuk menciptakan sebuah
komunitas tanaman dan mikroba yang sesuai pada area tertentu, sebagai contoh
penggunaan tehnik agronomi, seperti pengolahan lahan dan pemupukan, untuk
mempercepat proses peluruhan secara alamiah atau proses pengendapannya.
Istilah
fitoremediasi (phyto berarti tanaman, dan remediasi berarti penyembuhan atau
pengobatan) relatif baru digunakan, yaitu sejak tahun 1991. Informasi dasar
mengenai fitoremediasi berasal dari berbagai bidang penelitian, mulai dari
penanganan lahan basah, tumpahan minyak hingga penelitian tentang
tanaman-tanaman pertanian yang dapat menyerap dan mengakumulasikan logam berat.
Istilah ini telah digunakan secara luas dari sejak diperkenalkan, dengan
berbagai macam interpretasi.
Mekanisme
kerja fitoremediasi terdiri dari beberapa konsep dasar yaitu:fitoekstraksi,
fitovolatilisasi, fitodegradasi, fitostabilisasi, rhizofiltrasi daninteraksi
dengan mikroorganisme pendegradasi polutan (Kelly, 1997).
Rhizofiltration
adalah jenis fitoremediasi,yang mengacu pada pendekatan menggunakan akar
tanaman hidroponik dibudidayakan untuk memulihkan air yang terkontaminasi
melalui penyerapan, konsentrasi, dan curah hujan dari polutan. Air yang
terkontaminasi dikumpulkan dari tempat sampah dan dibawa ke tanaman, atau
tanaman yang ditanam di daerah yang terkontaminasi, dimana akar kemudian
mengambil air dan kontaminan terlarut di dalamnya. Proses ini sangat mirip dengan
phytoextraction dalam menghilangkan kontaminan dengan menjebak polutan ke
tempat dipanen biomassa . Kedua phytoextraction dan rhizofiltration mengikuti
jalan dasar yang sama untuk penyelesaiannya. Pertama, tanaman dimasukkan ke
dalam kotak dengan kontaminasi. Tanaman menyerap kontaminan melalui sistem
akar dan menyimpannya dalam biomassa
akar atau mengangkut polutan ke dalam
batang atau daun. Tanaman terus menyerap kontaminan sampai tanaman dipanen.
Tanaman tersebut kemudian diganti untuk melanjutkan siklus pertumbuhan / panen
sampai tingkat memuaskan kontaminan tercapai. Kedua proses tersebut juga
ditujukan lebih ke arah berkonsentrasi dan mempercepat logam berat daripada
kontaminan organik. Perbedaan utama antara rhizofiltration dan phytoextraction
adalah rhizofiltration yang digunakan untuk pengobatan dalam lingkungan
perairan, sedangkan transaksi phytoextraction dengan perbaikan tanah (
Safarida, 2007).
2.4 Rhizobakteri
Rhizobakteri pemacu tumbuh tanaman (RPTT) atau populer
disebut plant growth promoting rhizobacteria (PGPR) adalah kelompok bakteri
menguntungkan yang agresif ‘menduduki’ (mengkolonisasi) rizosfir (lapisan tanah
tipis antara 1-2 mm di sekitar zona perakaran). Aktivitas RPTT memberi
keuntungan bagi pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Pengaruh langsung RPTT didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan
memobilisasi atau memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah
serta mensintesis dan mengubah konsentrasi berbagai fitohormon pemacu tumbuh.
Sedangkan pengaruh tidak langsung berkaitan dengan RPTT menekan aktivitas
patogen dengan cara menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti
antibiotik dan siderophore (Kloepperet al., 1991: Kloepper, 1993: Glick, 1995).
Berbagai jenis bakteri telah diidentifikasi sebagai
RPTT. Sebagian besar berasar dari kelompok gram-negatif dengan jumlah strain
palingbanyak dari genus Pseudomonas dan beberapa dari genus Serratia (Kloepper,
1993). Selain kedua genus tersebut, dilaporkan antara lain dari genus Azotobacter,
Azospirillum,Acetobacter,Burkholderi, dan Bacillus (Glick,1995). Meskipun
sebagian besar Bacillus (gram-positif) tidak tergolong pengkoloni akar,
beberapa strain tertentu dari genus ini ada yang mampu melakukannya, sehingga
bisa digolongkan sebagai RPTT.
Pengaruh positif RPTT bagi pertumbuhan tanaman pertama
kali dilaporkan pada tanaman umbi-umbian seperti lobak, kentang, gula bit
(Kloepper, 1993). Tanaman kanola (Brassica compestris) (sejenis kol atau sawi)
yang diinokulasi oleh Pseudomonas putida strain GR 12-2 meningkatkan panjang
akar, tinggi tanaman, dan penyerapan hara P (Fosfor) ( Lifshitz et al,1987). Beberapa laporan lain
juga mengindikasikan adanya pengaruh positif RPTT pada berbagai tanaman seperti
barley (sejenis gandum), kacang-kacangan ( buncis, kacang tanah, kacang polong,
dan kedelai), kapas, berbagai tanaman sayuran, dan tanaman pohon-pohonan ( apel
dan jeruk). Pengaruh positif RPTT pada berbagai jenis tanaman masih terus
diteliti, baik menggunakan strain rhizobakteri yang sudah dikenal maupun
isolat-isolat lokal yang diperoleh/ diisolasi dari lingkungan tanah setempat (
indigenous).
Gambar
1. Contoh tanaman Bunga matahari (Helianthus
annuus) dalam melakukan
rhizofiltrasi
(sumber: igece.org)
BAB
III
PEMBAHASAN
Fitoremediasi
merupakan suatu proses untuk memperbaiki keadaan tanah, kolam, dan sungai dari
kontaminan seperti limbah anorganik dengan menggunakan tanaman, dimana tanaman
tertentu bekerjasama dengan mikroorganisme dalam media (air, tanah, dan koral) untuk mengubah zat kontaminan atau
polutan menjadi kurang atau tudak berbahaya bahkan dapat menjadi bahan yang
berguna secara ekonomi.
Menurut
US EPA (1999), metoda fitoremediasi yang sudah diuji salah satunya adalah
rhizofiltrasi. Rhizofiltrasi adalah proses penyerapan kontaminan kedalam akar
tanaman dalam bentuk larutan yang berada di dalam zona akar. Tanaman-tanaman
yang digunakan dalam proses ini ditumbuhkan dalam kondisi akar dari tanaman
berada dalam air. Setelah perkembangan akar dari tanaman tersebut dianggap
sudah berkembang, maka air dari area yang terkontaminasi dipindahkan kedalam
media tanaman tersebut sebagai sumber air mereka atau sebaliknya. Proses
tersebut dilakukan sampai akar tanaman menjadi sangat jenuh.
Penelitian
ini berdasarkan kepada perkembangan pembangunan masa kini, khususnya di
bidang industry, didasarkan kepada diperlukannya pemikiran dan tindakan untuk meminimalkan
dampak negative limbah industry terhadap pencemaran lingkungan .yang pada umumnya
cemaran tersebut mengandung bahan-bahan sisa yang berupa logam berat sering bersifat
toksik dan mempunyai dampak buruk terhadap kesehatan manusia namun dapat ditanggulangi
dengan cara fitoremediasi.
Dewasa
ini, metode fitoremediasi sangat berkembang pesat karena memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya secara finansial lebih murah bila dibandingkan dengan
metode lainnya seperti penggalian. Selain itu, cara pengerjaannya pun dirasa
cukup mudah.salah satunya yaitu pada penelitian ini mempunyai cara penelitian
yang merupakan bagian dari fitoremediasi yaitu rhizofiltrasi yang digunakan pada
beberapa tanaman untuk diketahui penyerapannya terhadap logam disekitarnya dan sekaligus
mengetahui keanekaragaman rhizobakteri pada akar setelah diberikan perlakuan paparan
kromium
Empat tanaman air yaitu Pistiastratioes, Eichorniacrassipes, Lemna minor,
danSalvinia sp. Ditumbuhkan
pada medium buatan (Hoagland) yang dipasok 0,1,2,4
dan ppm Cr. Berdasarkan
daya tahan dan
serapan kromium, tanaman terseleksi diujikan lebih lanjut dalam
limbah cair indusri
penyamakan kulit. Kemampuan toleransi dan serapan tanaman
terhadap kromium didasarkan pada pengamatan morfolgi
dan analisis kadar
Cr dalam
biomassanya
Komunitas
rhizobakteri pada tanaman air diduga membantu tanaman air dalam fitoremediasi
logam berat. Asumsi
tersebut dapat dibuktikan dengan menganalisis perubahan keragaman komunitas rhizobakteri
pada tanaman air, yang belum pernah diteliti sebelumnya. Oleh karena itu
penelitian diarahkan untuk menganalisis keragaman komunitas rhizobakteri
tanaman air yang terpapar logam berat kromium.
Hasil
paparan kromium dari keempat tanaman
tersebut diperoleh 6 isolat rhizobakteri yang tahan sampai 40 ppm. Berdasarkan
sekuen parsial gen 16S r DNA, Isolat P01, P041, P603, S01, S81, DAN S401 berturut-turut
teridentifikasi sebagai Aeromonassp., Rodococcusfascians, Bacillus
sp., Pseudomonas mosselii,.Agrobacterium tumefaciens, dan Brebibacterium sp.
Pada
prinsipnya, tidak semua tanaman dapat digunakan dalam metode fitoremediasi, hal
ini dikarenakan tidak semua tanaman dapat melakukan metabolisme, volatilisasi,
dan akumulasi semua polutan dengan mekanisme yang sama. Menurut Youngman
(1999), tanaman yang digunakan dalam proses fitoremediasi biasanya memiliki
sifat antara lain : cepat tumbuh, mampu mengkonsumsi air dalam jumlah yang
banyak pada waktu yang singkat, mampu meremediasi lebih dari satu polutan, dan
mempunyai toleransi yang tinggi terhadap polutan.
Berikut
adalah ilustrasi proses penyerapan kontaminan oleh tanaman dengan metode
rhizofiltrasi :
1. Logam
kontaminan dalam tanah diserap oleh akar, kemudian pindah ke tunas
(translokasi) dan disimpan (akumulasi)
2. Tanaman
yang mengandung logam dapat dipanen atau dibuang, memungkinkan untuk pemulihan
logam.
Sumber
: http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/teknologi_pengelolaan_lingkungan/wp-content/uploads/2010/10/PI-EH1-M.IRFAN-ABADI-15304012.pdf
Kesimpulan
1.
Paparan logam
berat kromium pada empat tanaman
yaitu Pistiastratioes, Eichorniacrassipes, Lemna minor, dan Salvinia
sp. menghasilkan beberapa spesies rhizobakteri yang resisten terhadap logam.
2.
Hasil
pengujian ketahanan pada empat tanaman
yaitu Pistiastratioes, Eichorniacrassipes, Lemna minor, dan Salvinia
sp.
Terhadap paparan Cr diperoleh 6 isolat rhizobakteri yang tahan sampai
40 ppm. Berdasarkan sekuen parsial gen 16S r DNA, Isolat P01, P041, P603, S01,
S81, DAN S401 berturut-turut teridentifikasi
sebagai Aeromonassp., Rodococcusfascians,. Bacillus sp., Pseudomonas mosselii,.Agrobacterium
tumefaciens, dan Brebibacterium
sp.
DAFTAR
PUSTAKA
.
Assegaff, Djaffar, H. 1993.
Jurnalistik Masa Kini Jakarta: Ghalia Indonesia.
Cunningham FG, Gant FG, Leveno Kj,
Et al. 1996. Obstetri wikkiams Ed 21. Penerbit Buku kedokteran EGC:Jakarta.
Ilhan, et al., (2004). “Removal
of Chromium, Lead and Copper Ions from Industrial
WasteWaters by Staphylococcus
saprophyticus”. Turkish Elec. J. of Biotechnology
Kelly.E.B.1997. Ground Water
Polution: Phytoremediation. Downloadingavailable at http:
www.cee.vt.edu/program_areas/enviromental/teach/gwprimer
/phyto/phyto/htmldiakses tanggal 16 april
Safarida, Anna. 2007. RHIZOFILTRASI
KROMIUM DAN KERAGAMAN KOMUNITAS
RHIZOBAKTERI PADA TANAMAN AIR.
Yogyakarta. Sekolah Pasca Sarjana UGM
Sulaiman.
2011. Jenis-jenis Limbah. http://sulaimantap.wordpress.com/2011/03/04/jenis-
jenis-limbah/www.
Igece.org
No comments:
Post a Comment