Tuesday, January 5, 2016

Kearifan Lokal Suku Pedalaman di Indonesia dalam Mitigasi Bencana




Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Pedesaan






Disusun oleh : Hana Hunafa Hidayat
                                  Npm              :140410100036









JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR 2014

BAB I
PENDAHULUAN
Letak geografis Negara Kesatuan Republik Indoneasia, di Asia Tenggara diantara duasamudera yaitu samudera Hindia dan samudera Pasifik. Negeri ini berdiri di atas pertemuanlempeng-lempeng tektonik. Akibatnya negeri ini berada di atas jalur gempa, patahan-patahan yang menyebabkan gempa. Indonesia juga memiliki banyak gunung berapi.Jumlahnya sekitar 140 gunung yang aktif. Iklim Indonesia yang tropis juga menyebabkanbanyak tanah yang tidak stabil. Banyak tanah yang rusak. Iklim tropis dengan curah hujanyang cukup tinggi memudahkan terjadi pelapukan. Bencana alam seperti longsor, misalnya,itu karena curah hujan di sini cukup tinggi. Letak geografis wilayah Indonesia berada di tigalempeng tektonik utama yang aktif, yaitu lempeng Eurosia, lempeng Pasifik, dan lempengHindia Australia. Ketiga lempeng tersebut, jika terjadi interaksi satu sama lain saling bergerak, proses inilah yang menyebabkan terjadinya gempa bumi dan Indonesia hampirsetiap tahun mengalaminya
Sehingga Indonesia dinobatkan sebagai negara yang paling rawan bencana alam didunia demikian menurut United Nations International Stategy for Disaster Reduction (UNISDR: Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana). Berbagai bencana alam mulai gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor,kekeringan, dan kebakaran hutanrawan terjadi di Indonesia. Bahkan untuk beberapa jenisbencana alam, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam paparan terhadap pendudukatau jumlah manusia yang menjadi korban meninggal akibat bencana alam. Inilah yangmembuat Indonesia sebagai negara dengan resiko dan dampak bencana alam tertinggi  didunia.Karena Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan bencana alam, Indonesiawajib mempunyai standar penanganan yang baik terhadap dampak bencana alam.

Mengingat bencana alam yang terjadi selain disebabkan oleh faktor alam juga olehfaktor manusia yang merusak alam, maka sudah sepatutnya kita bertindak lebih arif terhadap alam. Jumlah populasi penduduk Indonesia kini yang mencapai lebih dari 220 jutaorang. Terdiri dari beragam suku-suku yang tersebar di 34 propinsi di seluruh Indonesia.Negara Indonesia tergolong dalam negara dunia ketiga, yaitu negara yang sedangmengalami perkembangan. Segala segi aspek kehidupan warganya kini tengah mengalamiperkembangan mengikuti arus modernisasi, sehingga dalam urusan mitigasi bencana juga.
Namun tak semua akses informasi mengenai penanggulangan bencana dapat denganmudah menjamah masyarakat-masyarakat tradisional di pedalaman Indonesia. Kendalayang dihadapi pemerintah dan lembaga-lembaga bencana untuk situasi seperti ini adalahkesulitan akses untuk menuju pedalaman dan kurangnya teknologi informasi pada suku-suku di pedalaman. Walaupun mengahadapi kendala seperti ini, suku-Suku Asmat, Baduy,dan Dayak tidak khawatir akan terjadinya bencana. Karena dalam kehidupan mereka, sudahada pengetahuan tata cara tentang mitigasi bencana secara tradisional yang merekadapatkan secara turun-temurun. Demi menjaga lestarinya lingkungan hidup tempattinggalnya. Mereka meyakini, ilmu pengetahuan yang turun-temurun mereka dapat darinenek moyang lebih ampuh dalam mitigasi bencana. Kearifan lokal yang membentuk polapikir masyarakat suku pedalaman, mampu bertahan hidup di tengah lingkungan alam yangkian lama rusak karena ulah keserakahan manusia.




















BAB II
     1.Kearifan Lokal (Local Wisdom)
Kearifan lokal sering dikaitkan dengan masyarakat lokal dan mempunyai beberapapengertian. Kearifan lokal diartikan sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka(Departemen Sosial RI, 2006). Sistem pemenuhan kebutuhan mereka pasti meliputi seluruh.
unsur kehidupan, agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasadan komunikasi, serta kesenian. Definisi lain, Kearifan lokal merupakan gagasan-gagasansetempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik yang tertanam dandiikuti oleh anggota masyarakatnya (Sartini, 2004: 111).
Dengan demikian kearifan lokalmerupakan pandangan dan pengetahuan tradisional yang menjadi acuan dalam berperilakudan telah dipraktikkan secara turun-temurun untuk memenuhi kebutuhan dan tantangandalam kehidupan suatu masyarakat. Kearifan lokal berfungsi dan bermakna dalammasyarakat baik dalam pelestarian sumber daya alam dan manusia, pemertahanan adat danbudaya, serta bermanfaat untuk kehidupan. Pada umumnya, masyarakat lokal mempunyaipandangan bahwa lingkungan di sekitarnya ada yang memiliki dan menghuni selain manusiayaitu roh alam. Oleh karena itu, manusia yang beraktifitas di sekitarnya harus menghormatidan menjaga tempat-tempat mereka itu, seperti hutan, gunung, lembah, dan sumber air.Bahkan banyak tempat-tempat tersebut yang dijadikan tempat yang sakral ataudikeramatkan. Sehingga tak sembarang orang bisa memasuki tempat-tempat tersebut, danorang-orang pun akan enggan untuk merusak lingkungan tempat-tempat yang sudah dikeramatkan tersebut.

     2. Mitigasi bencana
Mitigasi bencana adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah bencana atau mengurangi dampak bencana. Adapun menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No.131 tahun 2003, mitigasi (diartikan juga sebagai penjinakan) diartikan sebagai upaya dankegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkanoleh bencana yang meliputi kesiapsiagaan dan kewaspadaan. Kearifan lokal suku-sukupedalaman dalam upaya mencegah dan meminimalisir terjadinya bencana (mitigasibencana) yang merupakan pengetahuan tradisional yang telah diturunkan sejak ratusantahun bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu. Pengetahuan tersebut biasanya diperolehdari pengalaman empiris yang kaya akibat berinteraksi dengan lingkungannya.

Sayangnya,kini berbagai pengetahuan lokal dalam berbagai suku bangsa di Indonesia banyak yangmengalami erosi atau bahkan punah dan tidak terdokumentasikan dengan baik sebagaisumber ilmu pengetahuan. Padahal pengetahuan dan kearifan lokal dapat dipadukan antaraempirisme dan rasionalisme sehingga dapat pula digunakan antara lain untuk mitigasi bencana alam berbasis masyarakat lokal (Iskandar, 2009). Perlu ada kajian dan perhatiankhusus mengenai hal ini, dikarenakan suku-suku di pedalaman merupakan masyarakat yang sangat dekat dengan alam.

3. Suku Asmat di Papua
 Masyarakat Suku Asmat di pedalaman Papua merupakan suku yang terkenal karenahasil kreasi ukirannya di Indonesia. Bahkan kini hasil seni mereka telah mendunia, dikenal dikancah internasional karena seni ukir mereka yang sungguh menawan salah satunya adalahpatung Asmat. Menurut tradisi, kesenian ukir pada Suku Asmat ternyata merupakan bentukkepercayaan atau simbol terhadap arwah nenek moyang mereka. Tujuannya sebagaipenenang arwah para nenek moyang mereka. Lantaran perkembangan pemikiran tetapitetap menghargai nenek moyang, maka diambillah jalan tengah berupa pembuatan patung-patung yang didesain mirip dengan arwah nenek moyang mereka. Bagi Suku Asmat, prosesi mengukir patung seperti sedang berdialog dengan arwah leluhur di alam lain.
Tiga macamkonsep dunia pada masyarakat Asmat yang terdiri dari: Asmat on Capinmi  (kehidupan sekarang), Dampu on Capinmi  (alam persinggahan roh) dan Sarfar (surga). Masyarakat Suku Asmat meyakini, sebelum dimasukan ke dalam surga, arwah kerap menggangu manusia berupa penyakit atau bencana alam. Mereka pun membuat patung dan menggelar upacarapatung yang dinamakan Bis atau Bispokombi, pesta topeng, pesta perahu, dan pesta ulat-ulat sagu sebagai usaha penyelamat bencana tersebut. Orang Asmat lebih maju dibandingsuku-suku lain di tanah Papua. Papua adalah propinsi paling timur Indonesia yangmenyimpan kekayaan alam dan budaya. Dengan luas sekitar 420.000 kilometer persegi,Papua menjadi pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Selain luas, Papua juga berlembah, sebagian rawa- rawa dan hutan lebat. Transportasi sampai detik ini masihmenjadi masalah untuk menghubungkan satu tempat ke tempat lain, sehingga sungaimemegang peranan penting sebagai salah satu sarana angkutan. Seperti Sungai Membramoatau Digul yang merupakan salah satu sungai terbesar. Bagi sebagian suku, sungai adalahkehidupan. Sungai yang membawa mereka dari satu ke tempat lain. Dari sungai mereka jugamenggantungkan hidup, seperti mencari ikan dan keperluan lain. Menjaga kelestariansungai dalam kehidupan menjadi prioritas masyarakat Suku Asmat.
Jumlah populasi Suku Asmat kini berkisar kurang lebih 70.000 orang terbagi dalam dua populasi besar, yaitu mereka yang tinggal di pedalaman dan mereka yang tinggal dipesisir pantai. Cara hidup, ritual, kebiasaan, sistem sosial, dan dialek bahasa kedua populasiini sangat berbeda. Suku Asmat yang tinggal di daerah pesisir pantai dibagi menjadi
SukuBisman dan Suku Simai.
            Begitu sulit untuk mencapai Suku Asmat. Jaraknya bisa mencapai70 km dari kecamatan yang masih bisa dijangkau kendaraan roda dua atau roda empat.Untuk mencapai ke perkampungan, paling tidak diperlukan waktu 1-2 hari perjalanandengan berjalan kaki. Berikut adat istiadat mereka dalam kehidupan sehari-hari. Suku Asmatyang hidup di wilayah pedalaman biasanya mencari makan dari berbagai panganan hutanseperti umbi-umbian atau buah. Mayoritas Suku Asmat memiliki bentuk tubuh yang tegap,berhidung mancung, dan berkulit gelap. Selain di Papua, Suku Asmat juga banyak terdapatdi Selandia Baru dan Papua Nugini. Dalam menjalankan kehidupan sosialnya, Suku Asmatmemiliki dua tipikal pemerintahan: yakni jabatan kepimimpinan yang ditentukan olehpemerintah secara administratif dan kepala adat/ suku yang ditentukan berdasarkan margatertua atau bekas pahlawan perang. Sebelum para misionaris datang, Suku Asmat masih memeluk ajaran nenek moyang yakni animisme yang percaya pada kekuatan gaib.
       Namun, sekarang Suku Asmat sudah banyak yang memeluk agama sesuaidengan konstitusi negara, yakni Kristen, Katholik, dan agama Islam. Dalam mempertahakan hidupnya, Suku Asmat banyak yang bercocok tanam berbagai jenis tanaman seperti wortel, jeruk, jagung, matoa, dan beternak ayam hutan atau babi. Yang kesemuanya merupakan produk budaya Suku Asmat di Papua.
Walaupun nampak primitif karena penampilannya yang sederhana, namun ternyata Suku Asmat adalah suku yang memegang kuat filosofi hidup dan nilai-nilai kesopanan. Hal itu juga termasuk dalam cara mereka membangun rumah adat Suku Asmat. Satu hal yang patut ditiru dari pola hidup penduduk asli SukuAsmat, mereka merasa dirinya adalah bagian dari alam. Oleh karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya. Bahkan, pohon di sekitar tempat hidup mereka anggap menjadi gambaran dirinya.
Batang pohon menggambarkan tangan, buah menggambarkan kepala, dan akar menggambarkan kaki mereka. Maka, dari itulah masyarakat Suku Asmat tidak mau merusak alam, karena anggapan mereka jika merusak alam itu berarti merusak/merugikan diri sendiri dan orang lain. Ular merupakan simbol hubungan antara suku asmat dengan alam

No comments:

Post a Comment