Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi
Pedesaan
Disusun oleh :
Hana Hunafa Hidayat
Npm :140410100036
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR 2014
Iklim ialah kondisi rata-rata dari cuaca-cuaca yang pernah terjadi pada
suatu daerah dan dalam jangka waktu yang lama dan ruang lingkup iklim ini
adalah lebih luas dari pada cuaca.
iklim
secara makro dan mikro adalah hal-hal yang membentuk suatu biosfer, dan biosfer
di seluruh dunia tidak akan berjalan tanpa berjalanny iklim makro dan mikro itu
dengan baik. dan iklim makro disuatu tempat akan menentukan tanaman yang
beradaptasi didaerah tersebut terutama hal yang akan dibahas di sini adalah
mengenai “Pekarangan dan Iklim” bahwa iklim di suatu tempat bisa mempengaruhi
jenis-jenis tanaman tertentu saja yang bisa tumbuh di suatu tempat dengan
banyaknya tanaman atau dalam hal disini adalah pekarangan.
Pekarangan
sebagai salah satu sistem pemanfaatan lahan pertama kali dilaporkan oleh
Raffles (Terra, 1954). Raffles mengemukakan bahwa dalam pekarangan petani
mendirikan bangunan (gubuk) yang diperuntukan bagi tempat tinggal, sedangkan
lahan di sekitarnya ditanami dengan tanaman sayuran dan pohon-pohonan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan Terra (1953), memberikan definisi
pekarangan sebagai tanah di sekitar rumah biasanya berpagar keliling yang
ditanami dengan berbagai macam tanaman musiman maupun tahunan. Umumnya
pekarangan terletak berdampingan satu dengan lainnya, sehingga bersama-sama
membentuk dusun, kampung atau desa.
Karyono, dkk. (1981) melaporkan bahwa sebidang tanah darat disebut pekarangan apabila di dalamnya ada rumah, ada tanamannya dan mempunyai batas pemilikan yang jelas. Soemarwoto (1988) melihat pekarangan tidak hanya dari sudut tanaman saja, tetapi hewan haruslah dimasukan ke dalam bagian di dalamnya yang tidak bisa dipisahkan, oleh karena itu di dalam pekarangan terjadi interaksi antara manusia, tanaman dan hewan peliharaan. Pada tahun 1982 di Bandung telah diadakan Seminar Ekologi Pekarangan ke-3, pada seminar tersebut disepakati diantaranya definisi dari pekarangan, pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mempunyai hak fungsionil terhadap pemiliknya. Hak fungsionil dimasukan dalam definisi pekarangan mempunyai arti yang penting, karena pekarangan adalah man made dimana manusia (sebagai pemilik dan manager) mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan warna dari pekarangan itu sendiri.
Karyono, dkk. (1981) melaporkan bahwa sebidang tanah darat disebut pekarangan apabila di dalamnya ada rumah, ada tanamannya dan mempunyai batas pemilikan yang jelas. Soemarwoto (1988) melihat pekarangan tidak hanya dari sudut tanaman saja, tetapi hewan haruslah dimasukan ke dalam bagian di dalamnya yang tidak bisa dipisahkan, oleh karena itu di dalam pekarangan terjadi interaksi antara manusia, tanaman dan hewan peliharaan. Pada tahun 1982 di Bandung telah diadakan Seminar Ekologi Pekarangan ke-3, pada seminar tersebut disepakati diantaranya definisi dari pekarangan, pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mempunyai hak fungsionil terhadap pemiliknya. Hak fungsionil dimasukan dalam definisi pekarangan mempunyai arti yang penting, karena pekarangan adalah man made dimana manusia (sebagai pemilik dan manager) mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan warna dari pekarangan itu sendiri.
Dinamika struktur dan fungsi pekarangan dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi faktor biofisik dan sosial ekonomi budaya.
Faktor biofisik yang mempengaruhi struktur
floristik, antara lain ketinggian tempat dari air laut, iklim dan topografi.
Misalnya, pekarangan di daerah pegunungan berbeda susunan floristiknya dengan
pekarangan di daerah dataran rendah atau pantai, pekarangan dekat kota akan
berbeda susunan floristiknya dengan pekarangan jauh dari kota (Hadikusumah,
2005). Faktor biofisik seperti iklim dan edafik dapat membentuk struktur
tanaman di pekarangan yang cocok dengan kondisi daerahnya masing-masing.
Misalnya di daerah pegunungan cocok untuk golongan tanaman sayuran, di daerah
dataran rendah cocok untuk golongan tanaman pangan dan seterusnya.,
Struktur pekarangan tidak saja dipengaruhi
oleh faktor fisik, tetapi juga oleh faktor sosial budaya dan fungsi pekarangan
menurut kebutuhan penghuninya. Struktur itu tidak tetap, melainkan dapat
berubah dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan masyarakat, khususnya
perkembangan kegiatan pertanian. Meskipun sistem pekarangan mempunyai keunikan
tersendiri dibandingkan dengan tata guna lahan lainnya, akan tetapi bukan
berarti pekarangan terlepas dari pengaruh perkembangan jaman. Perubahan
struktur dan fungsi pekarangan di berbagai daerah yang disebabkan oleh pengaruh
berbagai faktor, seperti sosial budaya ekonomi, biogeofisik dan kebijakan mulai
mempengaruhi keberadaan pekarangan, khususnya pekarangan di daerah pedesaan
(Hadikusumah, 2005).
Forum Kompas Jumat 3
Desember 2010 memuat artikel pekarangan dan iklim oleh Johan Iskandar Dosen
Etnobiologi FMIPA dan Peneliti PPSDAL LPPM Unpad. isinya cukup menarik mengupas
tentang Perubahan iklim akibat pemanasan global “Perubahan iklim akibat
pemanasan global, seperti banjir besar dan kemarau panjang, telah dirasakan
oleh berbagai Negara. Bagi Indonesia yang sebagian wilayahnya mempunyai curah
hujan tinggi, kenaikan curah hujan menyebabkan banjir dan erosi tanah. Namun
kenaikan urah hujan tersebut tidak merata di seluruh Tanah Air. Jadi, kenaikan
suhu karena pemanasan global juga menyebabkan kelangkaan air di di wilayah
tertentu. Karena itu system pertanian yang sangat tergantung pada ketersediaan
air, seperti sawah, sangat rentan terhadap gangguan iklim.”
Tanaman Disekitar Lahan Pekarangan
Rumah
Di pedesaan Priangan Timur di wilayah Jawa
Barat masih banyak pekarangan penduduk yang ditumbuhi dengan berbagai aneka
tanaman, seperti umbi-umbian, ganyol, jeruk nipis, kelapa, cengkeh, dan
lain-lain. Alasan penduduk dengan memelihara tanaman disamping unsur keteduhan
juga berfungsi dapat menyerap Co2 di atmosfir, dan dapat pula
meredam pemanasan global akibat perubahan iklim.
Ditempat saudara kami di daerah Kabupaten
Tasikmalaya Jawa Barat, di sekitar lahan pekarangannya ada kolam pekarangan
yang diisi dengan berbagai ikan seperti ikan mas, mujaer, nilem, gurame dan
lele.
Manfaat Adanya Kolam Di Pekarangan
Tanah menjadi subur dan hasil tanaman
seperti umbi-umbian dapat dijadikan tambahan bahan makanan pokok, sementara itu
daun singkong dan talas bisa dijadikan pakan ikan gurame. Kolam pun bisa
berfungsi untuk menampung air hujan sehingga walaupun ada udara cuaca panas
ruang di sekitarnya masih terasa sejuk.
Nampaknya penduduk pedesaan sudah
menyadari akan pentingnya menyatunya kehidupan dengan lingkungan alam
sekitarnya, sehingga alam bersahabat dengan manusia yang menghuninya.
(Selected Reading kompas Jumat 3 Desember
2010)
Sumber :
1. Manusia Budaya dan Lingkungan-Kajian Ekologi
Manusia. Bandung Humaniora press. Johan iskandar, Phd2. Soemarwoto, O. 1983. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan.
3. Soemarwoto, O. 1991. Indonesia Dalam Kancah Isu Lingkungan Global. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama
No comments:
Post a Comment