Oleh : Mestika Sekarwinahyu
Staf Pengajar Program Studi S1
Pendidika Biologi
FKIP – Universitas Terbuka
Indonesia, termasuk negara yang paling
rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung
berapi, tsunami, badai, banjir, kekeringan, tanah longsor, gelombang panas dan
penyakit epidemik. Minimnya infrastruktur ditambah kepadatan berlebihan dalam
suatu area dengan risiko tinggi seperti dataran rawan banjir, muara sungai,
lereng terjal dan tanah reklamasi menjadi penyebab tertinggi terjadinya
bencana.
Mitigasi bencana adalah istilah yang digunakan untuk
menunjuk pada semua tindakan untuk mengurangi dampak dari suatu bencana yang
dapat dilakukan sebelum bencana itu
terjadi termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko jangka
panjang. Mitigasi bencana mencakup baik perencanaan maupun pelaksanaan
tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-resiko yang terkait dengan
bahaya-bahaya karena perilaku manusia dan bahaya alam yang sudah diketahui, dan
proses perencanaan untuk respon yang efektif untuk bencana yang benar-benar
terjadi.(Coburn, Spence, dan Pomonis, 1994 dalam urahayu 2010). Ridwan (2008)
menyatakan bahwa kearifal lokal sangat membantu kesuksesan mitigasi. Kegiatan
mitigasi bencana hendaknyamerupakan kegiatan yang bersifat rutin dan
berkelanjutan.
Sementara itu, pengaruh
globalisasi telah menyebabkan bergesernya nilai-nilai kebudayaan. Banyak siswa
sekolah yang kurang mengenal kesenian dan kebudayaan daerahnya. Padahal dalam
era global tersebut, nilai-nilai seni dan budaya diperlukan untuk memperkokoh
moral dan budaya bangsa, meningkatkan daya saing, serta menguasai ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Melalui proses pendidikan nilai-nilai seni
dan budaya dapat dilestarikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Para
siswa SD, SMP, dan SMA sebagai komponen generasi muda sangat diharapkan
memiliki kemampuan dalam bidang intelektual, berbudi pekerti serta mengenal
nilai-nilai seni dan budaya bangsanya khususnya mengenal seni dan budaya
daerahnya. Seni dan budaya tersebut merupakan bagian dari kearifan lokal.
(Yumiati, 2007).
Setelah terjadi bencana, biasanya kegiatan pembelajaran
di sekolah-sekolah yang terkena bencana akan menjadi terhambat. Hal tersebut seyogyanya
tidak perlu terjadi, apabila peserta didik dibekali oleh suatu paket
pembelajaran yang dapat digunakan dalam berbagai situasi atau siswa dipersiapkan
untuk dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan bahan-bahan belajar yang
dirancang secara khusus untuk pembelajaran secara mandiri.
Pembelajaran
tentang bencana alam dan mitigasi bencana dapat diberikan melalui mata
pelajaran dan kegiatan sekolah. Melalui
pembelajaran bencana alam, siswa dapat memberi perhatian atau melakukan sesuatu
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya bencana. Untuk mengimplementasikan pembelajaran
tentang bencana alam di sekolah, diperlukan adanya kerja sama antara sekolah,
pemerintah, dan kesadaran guru (Shiwaku &
Shaw, 2008).
Peran pendidikan tentang bencana adalah menyampaikan
pengetahuan dan informasi kepada siswa dan menunjukkan tindakan yang harus
dilakukan. Siswa didorong untuk
mengetahui resiko bencana, mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan
penanggulangan bencana, dan melakukan kegiatan mengurangi resiko bencana.
Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk memikirkan cara
pengelolaan bencana menurut m siswa. Masyarakat
atau keluarga siswa harus terlibat dalam
pendidikan bencana di sekolah. Siswa
diharapkan menceritakan tentang manajemen bencana dan tindakan yang dilakukan
melalui pendidikan kepada orang tua dan masyarakat sekitarnya. Pendidikan dapat menjadi pelopor untuk
pengelolaan bencana berbasis masyarakat dan hal itu menjadi bagian dari
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari (Shiwaku, et.al, 2007).
Menurut Panen (2007),
pembelajaran berbasis budaya adalah strategi menyediakan lingkungan belajar dan
perancangan pengalaman belajar dengan mengintegrasikan budaya sebagai bagian
dari proses pembelajaran. Pembelajaran
budaya dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu belajar tentang budaya yang
menempatkan budaya sebagai bidang ilmu, belajar dengan budaya yang memanfaatkan
beragam bentuk perwujudan budaya dalam pembelajaran suatu materi, dan belajar
melalui budaya yang menggunakan beragam bentuk perwujudan budaya yang dihasilkan
siswa sebagai bahan untuk mengevaluasi pencapaian pemahaman dan makna yang
diciptakan dalam suatu pembelajaran.
Budaya dalam pembelajaran tersebut menjadi metode bagi siswa untuk
mentransformasikan hasil obsevasinya menjadi bentuk-bentuk dan prinsip-prinsip
yang kreatif tentang alam. Siswa
menciptakan makna, pemahaman, dan arti informasi yang diperolehnya. Pembelajaran yang bermakna dan kontektual
tersebut mengacu pada hasil pemikiran Vygotsky, yaitu teori
konstruktivisme. Pembelajaran berbasis
budaya yang konstruktivis diharapkan dapat memulai proses perubahan dalam
budaya pembelajaran untuk memciptakan perubahan proses dan hasil belajar.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut, Rahayu dkk
(2010) telah mengembangkan paket pembelajaran mitigasi bencana bagi siswa kelas
V SD di wilayah Jawa Barat dengan memasukkan unsur budaya Jawa Barat yang
bertujuan untuk 1) meningkatkan pemahaman siswa sekolah dasar di
daerah rawan bencana alam tentang materi
banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus, mitigasi,
serta berperilaku higienis dalam menghadapi
menghadapi bencana; 2). mengurangi trauma yang
dialami oleh siswa SD yang terkena bencana; dan
3). menambah wawasan dan meningkatkan
kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran terkait topik materi banjir, longsor, gempa bumi, tsunami, dan
gunung meletus, mitigasi, serta berperilaku higienis dalam menghadapi menghadapi bencana.
Paket pembelajaran yang dikembangkan tersebut merupakan seperangkat bahan belajar yang
dirancang berdasarkan hasil identifikasi di lapangan yang mencakup bahan ajar
cetak untuk siswa, panduan untuk guru dan bahan ajar non cetak yang disesuaikan
dengan karakteristik siswa dan kondisi wilayah. Adapun unsur budaya Jawa Barat yang
dimasukkan ke dalam paket pembelajaran ini adalah permainan tradisional anak
Jawa Barat (kaulinan barudak) dan pupuh.
Paket
Pembelajaran Mitigasi Bencana Berbasis Budaya
Paket
pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari buku petunjuk guru, buku siswa,
booklet seri bencana alam, program video, program audio, dan perangkat kartu
soal.
1.
Buku petunjuk guru memuat tentang:
a.
Latar belakang mengapa buku ini perlu dikembangkan
b.
Tujuan pengembangan dan penerapan paket pembelajaran
c.
Deskripsi Paket Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal untuk Siswa
SD di Daerah Rawan Bencana meliputi sekilas tentang buku siswa, booklet seri
bencana alam, buku petunjuk guru, video permainan tradisional anak (oray orayan, cing ciripit,
dan pacici cici putri), dan audio pupuh (kinanti, balakbak, maskumambang, asmarandana,
dan lain-lain).
d.
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
e.
Model PAKEM
f.
Lampiran-lampiran
2.
Buku siswa tentang Paket Pembelajaran di daerah Rawan Bencana
memuat materi dan petunjuk kerja bagi siswa yang dikaitkan dengan pupuh dan
permainan anak sunda.
3.
Booklet seri bencana yang terdiri atas 5 booklet yaitu Bencana Gempa Bumi, Bencana
Banjir, Bencana Longsor, Bencana Gunung Meletus, dan Bencana Tsunami. Booklet
ini dirancang bergambar dan berwarna, serta menggunakan bahasa yang
komunikatif.
4.
Program Audio yang merekam beberapa pupuh Sunda dan
modifikasinya.
5.
Program video yang menggambarkan/mencontohkan permainan anak
yang diintegrasikan ke dalam pembelajaran yang aktif kreatif dan menyenangkan
terkait dengan topik bencana.
6.
Perangkat kartu soal untuk semua materi bencana: gempa bumi,
longsor, gunung meletus, tsunami, dan banjir. Pertanyaan yang ada pada kartu soal meliputi materi bencana itu sendiri, mitigasi
dan sanitasi. Kartu soal memuat memuat pertanyaan dan jawaban. Kartu soal
dibuat dengan menggunakan kertas warna agar menarik bagi siswa.
Berikut foto-foto
paket pembelajaran yang diproduksi dan digunakan pada saat pembelajaran.
Booklet
Pembelajaran terdiri dari 5 Topik
![]() |
![]() |
![]()
Video Permainan
Tradisional Anak dan Audio Pupuh dan Kartu Pertanyaan
|
Penerapan Paket Pembelajaran Mitigasi Bencana Berbasis Budaya
Strategi penerapan paket pembelajaran dapat dilakukan
secara lengkap meliputi pupuh dan permainan tradisional anak, hanya menerapkan
pupuh saja, atau hanya menerapkan
permainan tradisional anak saja. Adapun materi dalam paket pembelajaran ini
dapat disampaikan secara tematik atau melalui pelajaran sains.
Secara garis besar, strategi
penerapan paket pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Strategi Penerapan Paket Pembelajaran Lengkap

Gambar 2. Strategi Penerapan Paket Pembelajaran dengan Permainan
Tradisional Anak

Gambar 3. Strategi Penerapan Paket Pembelajaran dengan Pupuh
Untuk
mendapatkan gambaran yang lebih rinci tentang penerapan paket pembelajaran
secara lengkap dapat dilihat dari langkah-langkah pembelajaran berikut.
Kegiatan Awal
No
|
Kegiatan
|
Rincian Kegiatan
|
1.
|
Pre-tes
|
Membagikan
tes tertulis pilihan ganda untuk dikerjakan siswa.
|
2.
|
Menyampaikan
topik pembelajaran
|
Topik
pembelajaran mencakup bencana alam (1) gempa, (2) longsor, (3) banjir,
(4)
tsunami, dan (5) letusan gunung berapi.
|
3.
|
Menyampaikan
tujuan pembelajaran
|
Setelah
mempelajari materi tentang bencana alam siswa dapat:
1. menjelaskan jenis
gempa
2. menjelaskan bahaya gempa
3. menerapkan langkah-langkah yang harus
dilakukan pada saat dan setelah gempa
4. menerapkan cara hidup sehat pada saat dan
setelah terjadi gempa
5. menjelaskan penyebab terjadi longsor
6. menjelaskan bahaya longsor
7. menerapkan langkah-langkah yang harus
dilakukan saat dan setelah terjadi longsor
8. menerapkan cara hidup sehat pada saat dan
setelah terjadi longsor
9. menjelaskan penyebab banjir
10. menjelaskan bahaya
banjir
11. menerapkan hal yang
harus dilakukan saat dan setelah terjadi
banjir
12. menerapkan cara hidup
sehat pada saat dan setelah terjadi banjir.
13. menjelaskan penyebab
tsunami
14. menjelaskan akibat
tsunami
15. menerapkan hal yang
harus dilakukan saat dan setelah terjadi
tsunami
16. menerapkan cara hidup
sehat pada saat dan setelah terjadi tsunami
17. menjelaskan penyebab gunung meletus
16. menjelaskan bencana yang disebabkan oleh
gunung meletus
17. Menerapkan hal yang harus dilakukan saat
dan setelah terjadi gunung meletus
18. menerapkan cara hidup sehat pada saat dan
setelah terjadi gunung meletus
|
1.
|
Mengaitkan
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari
|
Mengajukan
beberapa pertanyaan tentang bencana alam yang dikenal siswa berdasarkan mengalaman pribadi soswa
atau mengetahui dari mesia massa.
|
2.
|
Menyampaikan
manfaat pembelajaran
|
Maanfaat
dari pembelajaran ini adalah siswa dapat menghindari bahaya pada saat terjadi
bencana alam dan mengurangi kerugian yang
diakubatkan bencana.
|
3.
|
Mengondisikan
kelas
|
·
Menanyakan
tentang permainan yang dikenal dan dilakukan siswa.
·
Menanyakan
tentang lagu-lagu yang dikenal dan biasa dinyanyikan siswa.
·
Menjelaskan
permainan yang akan dilakukan selama pembelajaran
·
Menjelasakan
tentang pupuh yang akan ditembangkan selama pembelajaran
·
Menjelaskan
mengapa memilih permainan dan pupuh dalam pembelajaran ini.
·
Membagi
kelas menjadi 2 kelompok.
|
Kegiatan Inti
No
|
Kegiatan`
|
Rincian
Kegiatan
|
1.
|
Menjelaskan
secara ringkas materi dan memberi contoh yang diketahui siswa
|
Menggunakan booklet yang berisi
penjelasan tentang bencana alam:
(1) gempa, (2) longsor, (3) banjir, (4)
tsunami, dan (5) letusan gunung berapi
Garis Besar Materi Bencana Alam :
1. Definisi
gempa: gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di
permukaan bumi.
2. Jenis gempa : gempa vulkanik, gempa tektonik, gempa buatan, gempa reruntuhan, gempa tumbukan.
3. Bahaya gempa: dapat menyebabkan tsunami, longsor dan
banjir
4. Prinsip menghadapi gempa: harus
tenang, hindarkan diri dari kejatuhan
benda, ikuti petunjuk petugas
5. menerapkan cara hidup sehat pada saat dan
setelah terjadi gempa
6. Definisi longsor: Longsor adalah pergerakan
tanah secara tiba-tiba atau bertahap
7. Penyebab longsor: hujan yang terus
menerus, letusan gunung berapi, gempa
bumi,kesalahan pengelolaan tambang ,
pembebanan lereng, pemotongan kaki lereng
8. Prinsip menghadapi longsor : harus tenang ,
jangan panik namun tetap waspada, menjauh dari lokasi longsor, hubungi pihak
terkait.
9. menerapkan cara hidup sehat pada saat dan
setelah terjadi longsor
10. Definisi Banjir : Banjir adalah
peristiwa terbenamnya daratan oleh air.
11. Bahaya banjir
12. Hal yang
harus dilakukan saat dan setelah terjadi banjir
13. menerapkan cara hidup
sehat pada saat dan setelah terjadi banjir
14. Definisi
Tsunami
15.Penyebab tsunami
16. Akibat tsunami
17. menerapkan cara hidup
sehat pada saat dan setelah terjadi tsunami
18. Definisi gunung
meletus
19. Penyebab gunung
meletus
20. Bencana yang
disebabkan oleh gunung meletus
21. Hal yang harus
dilakukan saat dan setelah terjadi gunung meletus
22. menerapkan cara hidup
sehat pada saat dan setelah terjadi gunung meletus.
|
2.
|
Menjelaskan
permainan dan tugas yang harus dilakukan siswa dalam permainan
|
·
Menjelaskan
aturan permainan Oray-orayan, Pacici-Cici
Putri, Cing Ciripit.
·
Menunjukkan cara
melakukan permainan melalui tayangan video.
·
Menjelaskan
tentang pupuh Kinanti, Maskumambang,
Balakbak dan memperdengarkan bagaimana cara menembangkan
(menyanyikannya).
|
3.
|
Memfasilitasi
dan membimbing siswa untuk bermain sambil belajar
|
Mengacu
pada buku siswa
|
4.
|
Melibatkan
siswa dalam kegiatan dan memantapkan
materi yang disampaikan.
|
·
Mengajukan
2-3 pertanyaan yang ditujukan kepada siswa menjelang permainan selesai.
·
Mengajukan
2-3 pertanyaan yang ditujukan kepada siswa menjelang kegiatan menembangkan
pupuh selesai.
·
Mengundang
siswa untuk menyampaikan pertanyaan kepada guru.
|
5.
|
Memberikan
penguatan
|
Memberi
apresiasi terhadap tanggapan dan pertanyaan
siswa
|
6.
|
Menyampaikan
tugas
|
·
Mengacu
pada buku siswa untuk menjelaskan soal/tugas yang harus diselesaikan.
·
Memfasilitasi
siswa untuk menyelesaikan semua soal/tugas.
|
Kegiatan Akhir
No
|
Kegiatan
|
Rincian Kegiatan
|
1.
|
Menyimpulkan
materi yang dibahas bersama-sama dengan siswa.
|
·
Mencegah
bencana bencana yang diakibatkan karena perilaku manusia .
·
Siap
siaga menghadapi bencana dan hal yang harus dilakukan saat bencana dan
setelah terjadi bencana.
·
Permainan
dan pupuh untuk siswa agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan
·
Pengenalan
permaian dan pupuh agar siswa mengenali budaya lokal
|
2.
|
Melakukan
evaluasi
|
·
Membagikan
tes tertulis pilihan ganda untuk dikerjakan siswa.
|
3.
|
Memberikan
tindak lanjut
|
·
Menyampaikan
kegiatan pembelajaran yang akan datang.
|
4.
|
Menutup kegiatan belajar
|
Membaca
doa
|
Evaluasi
dapat dilakukan atau dapat dikaji melalui hasil belajar siswa, refleksi,
catatan pelaksanaan misalnya tentang keaktivan siswa, kreativitas siswa,
motivasi belajar siswa, partisipasi siwa dalam setiap langkah pembelajaran,
pemanfaatan waktu, pertanyaan yang sering muncul, perilaku siswa yang mengganggu
konsentrasi, konsep yang sulit dipahami siswa, pertanyaan yang diajukan siswa
baik lisan maupun tertulis dan lain-lain.
Daftar Pustaka
Pannen, P (2007). Pembelajaran
Berbasis Budaya dalam Suprayekti (2007). Pembaharuan Pembelajaran di SD,
Jakarta: Universitas Terbuka
Rahayu, U, dkk. (2010).
Pengembangan Paket Pembelajaran Bagi Siwa
SD di Daerah Rawan Bencana, Laporan Penelitian Strategis Nasional, Jakarta:
Depdiknas.
Ridwan N. A. (2008).
Landasan Keilmuan Kearifan Lokal, Diambil
9 Pebruari 2009 dari http://ibda.files.wordpress.com/2008/04/2-landasan-keilmuan-kearifan-lokal.pdf
Shiwaku, K, Shaw,
R, Kandel, R.C., Shrestha, S.N., & Dixit, A.M. (2007). Future perspective
of school disaster education in Nepal. Disaster
Prevention and Management Vol. 16 No. 4,
576-58. Diambil 25 Maret 2010 dari www.emeraldinsight.com/reprints.
Shiwaku, K.
& Shaw, R. (2008). Proactive
co-learning: a new paradigm in disaster education. Disaster
Prevention and Management, Vol. 17 No. 2, 2008. 183-198. Diambil 25 Maret 2010 dari
www.emeraldinsight.com/reprints.
No comments:
Post a Comment