Sunday, September 15, 2019

VERTEBRATA PRIMATA


1.     

1.      Wau-wau Kalimantan (Hylobates agilis albibarbis)
Klasifikasi
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Hylobatidae
Genus              Hylobates
Spesies             Hylobates agilis albibarbis (Lyon, 1991)
Habitat asal    : Kalimantan
Makanan         : Buah-buahan
Status              :
Jumlah dalam kandang : 4 ekor
Kandang         :
Deskripsi tambahan :
Ungko ditutupi rambut berwarna abu – abu , kecoklatan, hingga hitam. Rambut yang tumbuh pada lengan berwarna hitam. Pada owa jantan rambut yang tumbuh disekitar muka atau pipi serta alis berwarna putih, sedangkan pada betina dewasa hanya bagian alis yang berwarna putih. Berat badan ungko dewasa antara 5-7 kg dan panjang tubuhnya berkisar antara 450 – 500 mm. Ungko hidup di hutan primer dataran rendah dan hutan rawa. Selain itu mereka juga sering ditemukan di daerah batas antara hutan rawa dan tanah kering. Apabila ungko bersuara, oleh masyarakat  Kalimantan Tengah hal itu dijadikan pertanda bahwa tidak jauh dari mereka terdapat dataran atau rawa.
Ungko berpindah dengan cara bergelantungan atau berayun dari dahan satu kedahan lainnya. Mereka juga dapat berjalan menggunakan kedua kakinya (bipedal). Daerah jelajah mereka berkisar antara 25 – 30 ha yang juga merupakan luas daerah teritorinya. Sedangkan jelajah hariannya berkisar 1000 meter – 1500 meter.
Ungko aktif pada pagi dan sore hari ( diurnal ). Siang hari digunakan untuk istirahat pada percabangan yang besar. Pada malam hari mereka tidur pada percabangan phon dengan bagian perut (ventral) bersandar pada batang sedangkan kaki menggantung. Induk betina tidur dengan sisi kanan atau kiri tubuh bersandar pada batang , sehingga anak dapat memeluk tubuhnya.
Penyusutan habitat akbiat pembukaan hutan untuk lahan pertanian, perkebunan atau pembalakan menyebabkan penurunan populasi satwa ini di alam. Menurut IUCN , ungko dikategorikan sebagai satwa yang terancam punah ( endangered ). Satwa ini telah kehilangan sekitar 66% habitatnya yang semula cukup luas yaitu sekitar 500.000 km2 menjadi sekitar hanya 170.000 km2 saja . Diperkirakan pada tahun 1986 populasi yang ada di alam hanya 30.000 ekor . Saat ini ungko hanya hidup didaerah konservasi di Kalimantan dan Sumatra.



Bavian Kuncung (Macaca nigra)

Klasifikasi
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Cercopithecidae
Genus              Macaca
Spesies             Macaca nigra (Desmarest, 1822)
Habitat asal    : Sulawesi
Makanan         : Buah-buahan
Status              : Dilindungi/langka
Jumlah dalam kandang : 2 ekor
Kandang         : Bersih, terawat
Deskripsi tambahan :

 
Kera Hitam Sulawesi (Macaca nigra) mempunyai ciri-ciri sekujur tubuh yang ditumbuhi bulu berwarna hitam kecuali pada daerah punggung dan selangkangan yang berwarna agak terang. Serta daerah seputar pantat yang berwarna kemerahan. Pada kepala Kera Hitam Sulawesi (Yaki) memiliki jambul. Mukanya tidak berambut dan memiliki moncong yang agak menonjol. Panjang tubuh Kera Hitam Sulawesi dewasa berkisar antara 45 hingga 57 cm, beratnya sekitar 11-15 kg.
Kera Hitam Sulawesi hidup secara berkelompok Besar kelompoknya terdiri antara 5-10 ekor. Kelompok yang besar biasanya terdiri atas beberapa pejantan dengan banyak betina dewasa dengan perbandingan satu pejantan berbanding 3 ekor betina.
Primata yang menyukai jenis–jenis pohon yang tinggi dan bercabang banyak. Sepertti Beringin (Ficus sp) dan Dao (Dracontomelon dao) ini merupakan hewan omnivora, mulai dari buah-buahan hingga serangga. Musuh utama Kera Hitam Sulawesi (Macaca nigra) ini sama seperti tarsius yaitu ular Phyon.Primata  ini banyak menghabiskan waktu di pohon. Penyebaran Kera Hitam Sulawesi biasanya terfokus di hutan primer pada lokasi yang masih banyak jenis pohon berbuah yang biasa dimakan oleh satwa ini. Daya jelajahnya (home range) selalu menuju ke satu arah dan akan kembali kearah semula dengan daya jelajah antara 0,8–1 km.

1.      Wau-wau Jawa (Hylobates moloch)
Klasifikasi
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Hylobatidae
Genus              Hylobates
Spesies             Hylobates moloch (Audebert, 1798)
Habitat asal    : Jawa
Makanan         : Buah-buahan, sayuran
Status              : Dilindungi/ terancam punah
Jumlah dalam kandang :
Kandang         : Bersih
 
Deskripsi tambahan :
Owa jawa tidak memiliki ekor, dan tangannya relatif panjang dibandingkan dengan besar tubuhnya. Tangan yang panjang ini diperlukannya untuk berayun dan berpindah di antara dahan-dahan dan ranting di tajuk pohon yang tinggi, tempatnya beraktifitas sehari-hari. Warna tubuhnya keabu-abuan, dengan sisi atas kepala lebih gelap dan wajah kehitaman.
Kera ini hidup dalam kelompok-kelompok kecil semacam keluarga inti, terdiri dari pasangan hewan jantan dan betina, dengan satu atau dua anak-anaknya yang masih belum dewasa. Owa jawa merupakan pasangan yang setia, monogami. Rata-rata owa betina melahirkan sekali setiap tiga tahun, dengan masa mengandung selama 7 bulan. Anak-anaknya disusui hingga usia 18 bulan, dan terus bersama keluarganya sampai dewasa, yang dicapainya pada umur sekitar 8 tahun. Owa muda kemudian akan memisahkan diri dan mencari pasangannya sendiri.
Owa jawa adalah hewan diurnal dan arboreal, sepenuhnya hidup di atas tajuk pepohonan. Terutama memakan buah-buahan, daun dan bunga-bungaan, kelompok kecil owa jawa menjelajahi kanopi hutan dengan cara memanjat dan berayun dari satu pohon ke lain pohon dengan mengandalkan kelincahan dan kekuatan lengannya. Berat tubuhnya rata-rata mencapai 8 kg.
Kelompok ini akan berupaya mempertahankan teritorinya, biasanya luasnya mencapai 17 hektare, dari kehadiran kelompok lain. Pagi-pagi sekali, dan juga di waktu-waktu tertentu di siang dan sore hari, owa betina akan memperdengarkan suaranya untuk mengumumkan wilayah teritorial keluarganya. Dari suara yang bersahut-sahutan antar kelompok, dan terdengar hingga jarak yang jauh ini, para peneliti dapat memperkirakan jumlah kelompok owa yang ada, dan selanjutnya menduga jumlah individunya.
Spesies ini hanya didapati di bagian barat Pulau Jawa, yakni di hutan-hutan dataran rendah dan hutan pegunungan bawah. Penyebaran paling timur adalah di wilayah Gunung Slamet serta di jajaran Pegunungan Dieng sebelah barat di wilayah Pekalongan. Hylobates moloch tergolong salah satu primata yang paling terancam kepunahan. Organisasi konservasi dunia IUCN memasukkannya ke dalam kategori terancam (kepunahan) (EN,endangered), dengan peluang sebesar 50% bahwa hewan ini akan dapat punah dalam satu dekade mendatang. Ancaman kepunahan terutama datang dari hilangnya habitat akibat pembukaan hutan untuk berbagai keperluan. Di samping itu, anak-anak owa kerap ditangkapi (jika perlu dengan membunuh induknya lebih dulu) untuk diperjual belikan di pasar gelap sebagaihewan timangan bergengsi. 
1.      Kera Jepang (Macaca fuscata)
Klasifikasi
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Cercopithecidae
Genus              Macaca
Spesies             Macaca fuscata (Blyth, 1875)
Habitat asal    : Jepang
Makanan         : buah-buahan, sayuran
Status              : tidak dilindungi
Jumlah dalam kandang : 5 ekor
Kandang         : makanan berserakan
 
Deskripsi tambahan :
Ukuran tubuh berkisar antara 50-60 cm, dengan ukuran tubuh terbesar mencapai 1,3 m. Jantan beratnya antara 10 kg hingga 14 kg, sedangkan betina berukuran tubuh lebih kecil, sekitar 5,5 kg. Dibandingkan spesies lain dari genus Macaca, monyet Jepang memiliki ekor yang sangat pendek sekitar 10 cm. Ciri khas monyet Jepang adalah kulit bagian wajah dan pantat yang berwarna merah. Sebaliknya, kulit kaki dan tangan berwarna hitam.Monyet Jepang adalah hewan hewan siang (diurnal) yang hidup di dalam hutan. Habitatnya di hutan subtropis, hutan subelfin, hutan musim, dan hutan selalu hijau yang berada di bawah ketinggian 1.500 m. Makanan berupa daun-daunan, biji-bijian, akar-akaran, tunas pohon, buah-buahan, serangga, buah beri, hewan invertebrata, jamur, telur burung, kulit pohon, dan serealia. Habitat monyet Jepang di Pulau Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Monyet Jepang tersebar mulai dari Tanjung Shimonokita yang terletak di bagian paling utara Pulau Honshu hingga Pulau Yakushima di selatan Kyushu. Di Jepang terdapat enam kawasan yang ditetapkan sebagai suaka margasatwamonyet Jepang:
§  Kōjima di Kushima, Prefektur Miyazaki
§  Gunung Takago di kota Futtsu, Prefektur Chiba
§  Tanjung Shimonokita di Prefektur Aomori.

Monyet Jepang hidup berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 20 hingga 100 ekor yang dibagi menjadi beberapa subkelompok berdasarkan kekerabatan sejumlah betina (matrilineal) bersama beberapa pejantan. Secara rata-rata, perbandingan betina dan jantan adalah 3:1. Di antara monyet betina terdapat hirarki yang ketat. Anak berkelamin betina mewariskan peran dan kedudukan ibu dalam kelompok. Sebaliknya, pejantan cenderung hidup berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Betina hanya bunting selama musim kawin, walaupun hubungan antara jantan-betina terus berlangsung sepanjang tahun. Masa bunting adalah 173 hari, bayi yang dilahirkan hanya satu ekor. Berat bayi ketika dilahirkan sekitar 500 gram. Usia harapan hidup monyet Jepang rata-rata 30 tahun.
 
1.      Lutung (Trachypithecus auratus sondaicus)
Klasifikasi
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Cercopithecidae
Genus              Trachypithecus (Reichenbach, 1862)
Spesies             Trachypithecus auretus sondaicus
Habitat asal    : Jawa
Makanan         : buah-buahan, sayuran
Status              : dilindungi
Jumlah dalam kandang : 5 ekor
Kandang         : makanan berserakan
 
Deskripsi tambahan :
Lutung berbadan langsing dan berekor panjang. Warna bulu (rambut) tubuhnya berlainan tergantung spesiesnya, dari hitam dan kelabu, hingga kuning emas. Jika dibandingkan dengan kakinya, tangan lutung terbilang pendek, dengan telapak yang tidak berbulu. Lutung jawa mempunyai ukuran tubuh sekitar 55 cm dengan panjang ekor hampir dua kali lipat panjang tubuhnya mencapai 80 cm. Berat tubuhnya sekitar 6 kg. Lutung jawa hidup secara berkelompok. Tiap kelompok terdiri sekitar 7 – 20 ekor lutung dengan seekor jantan sebagai pemimpin kelompok dan beberapa lutung betina dewasa.
Lutung betina hanya melahirkan satu anak dalam setiap masa kehamilan, dengan masa hamil tujuh bulan. Beberapa induk betina dalam satu kelompok akan saling membantu dalam mengasuh anaknya, namun sering kali bersifat agresif terhadap induk dari kelompok lain. Salah satu hal yang menarik dari monyet ini adalah anaknya yang berbulu keemasan, dan dipelihara oleh seluruh betina dalam kelompok. Seiring dengan bertambahnya umur, warna keemasan pada rambutnya ini akan semakin pudar berganti gelap hingga akhirnya mencapai dewasa pada umur 4-5 tahun. Hewan ini bisa hidup hingga 20 tahun.
Lutung jawa (lutung betung) merupakan satwa diurnal yang lebih banyak aktif di siang hari terutama di atas pohon. Makanan kegemaran satwa ini antara lain dedaunan, beberapa jenis buah-buahan dan bunga. Terkadang binatang ini juga memakan serangga dan kulit kayu. Populasi lutung jawa (Trachypithecus auratus) semakin mengalami penurunan. Karena itu bintang pada 2008 dikategorikan oleh IUCN Redlist dalam status konservasi Terancam(Vulnerable). CITES juga memasukkan spesies ini dalam Apendiks II (Alam, 2010).
1.      Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis-agilis)
Klasifikasi :
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Hylobatidae
Genus              Hylobates
Spesies             Hylobates agilis-agilis (F. Cuvier, 1821)
Habitat asal    : Sumatra
Makanan         : buah-buahan, sayuraan
Status              : dilindungi, terancam punah
Jumlah dalam kandang : 2 ekor
Kandang         : bersih
 
Deskripsi tambahan :
Pada bagian dorsal tubuhnya memiliki warna hitam dan bagian ventral berwarna hitam. Mempunyai ukuran tubuh yang besar. Glandula mammae terletak di daerah pectoral. Sangat mirip dengan gibbon moloch. Berukuran kecil panjang tubuh 47 sampai 50 cm, panjang tangan atau kaki 125 sampai 145 cm dengan berat 4,5 sampai 7,3 kg. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut berwarna abu-abu sampai coklat, muka nampak berwarna kekuning-kuningan sampai coklat terang di bagian lain berwarna hitam atau coklat terang. Di atas mata tampak alis yang berwarna putih. Wau Wau Sumatra (Hylobates agilis) melakukan perkawinan secara monogami. Lama bunting 200 sampai 212 hari, induk betina selalu melahirkan 1 ekor anak yang kemudian diasuh selama beberapa bulan (Mevia.2011) .
  

1.      Siamang (Hylobates syndactylus)
Klasifikasi
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Hylobatidae
Genus              Hylobates
Spesies             Hylobates syndactylus (Raffles, 1821)
Habitat asal    : Sumatra
Makanan         : buah-buahan, sayuran
Status              : Terancam punah
Jumlah dalam kandang : 5 ekor
Kandang         : bersih
 
Deskripsi tambahan :
Siamang (Symphalangus syndactylus) merupakan kera hitam berlengan panjang yang hidup yang hidup di Sumatera, Indonesia dan semenanjung Malaysia. Dengan lengannya yang panjang, siamang menjadi kera yang sangat tangkas di atas pohon. Hal ini membuat setiap predator kesulitan jika hendak menangkap siamang (Symphalangus syndactylus). Sayangnya ketangkasan Si Kera Hitam itu tidak menghindarkannya dari ancaman kepunahan lantaran perburuan yang dilakukan manusia dan deforestasi hutan. Nama Sinonim :
·         Hylobates syndactylus (Raffles, 1821)
·         Symphalangus continentis (Thomas, 1908)
·         Symphalangus gibbon (C. Miller, 1779)
·         Symphalangus subfossilis (Hooijer, 1960)
·         Symphalangus volzi (Pohl, 1911).
Ciri utama siamang (Symphalangus syndactylus) adalah postur tubuhnya yang kurang tegak dengan lengan yang panjang dan postur tubuh yang kurang tegak. Selain itu, siamang memiliki sebuah kantung di tenggorokan yang akan membesar ketika kera hitam ini mengeluarkan suara. Primata ini tidak memiliki ekor. Tubuh siamang ditumbuhi bulu berwarna hitam agak kecoklatan kecuali pada bagian muka jari, telapak tangan, ketiak, dan telapak kaki. Siamang dewasa berukuran antara 75-90 cm dengan berat sekitar 8-16 kg. Rentang tangannya sangat panjang dan melebihi panjang tubuhnya yakni mencapai 150 cm.
Siamang merupakan binatang herbivora yang memakan berbagai macam daun dan buah seperti mangga, buah ara dan anggur. Siamang juga terkadang memakan serangga, telur dan burung-burung kecil. Saat makan, mereka memegang makanan dengan satu tangan sedangkan tangan yang satunya bergantungan di pohon.
Dalam berpasangan, siamang merupakan binatang yang setia. Kera berlengan panjang ini kawin dengan pasangannya seumur hidup. Mereka biasanya tinggal dalam kelompok-kelompok kecil. Anak siamang biasanya dirawat oleh induk betina hingga disapih pada usia sekitar satu tahun. Setelah disapih, siamang kecil akan dirawat dan dijaga oleh sang ayah hingga siamang berusia sekitar 3-5 tahun ketika telah mampu berdikari dan membela diri.
Siamang (Symphalangus syndactylus) berkomunikasi dengan sesamanya dengan suara. Uniknya, mereka mempunyai kantong di tenggorokan yang mampu membesar ketika siamang mengeluarkan suara. Dengan bantuan kantong ini, suara siamang mampu terdengar hingga sejauh 5 km.
Siamang (Symphalangus syndactylus) hidup di pulau Sumatera Indonesia, Semenanjung Malaysia, dan Thailand. Primata bertangan panjang ini mendiami habitat berupa hutan tropis. Spesies primata ini sering ditemukan di daerah pada ketinggian di atas 300 meter dpl, meskipun tidak jarang dijuampai pula di daerah dataran rendah. Beberapa tempat yang diduga masih terdapat populasi siamang antara lain Taman Nasional Bukit Barisan, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Way Kambas, R Langkat Barat (Indonesia); Fraser Hill R, Gunong Besout Forest Reserve, Krau Wildlife Reserve, Suaka Margasatwa Ulu Gombak (Malaysia); Suaka Margasatwa Hala Bala (Thailand).
Ancaman utama populasi siamang adalah deforestasi hutan baik oleh perambahan hutan maupun oleh kebakaran hutan. Ancaman kedua adalah perburuan liar dan perdagangan satwa yang dilakukan oleh manusia. Justru ancaman populasi karena predator alami sangat kecil.
Akibat deforestasi dan perburuan, siamang menjadi salah satu satwa langka di dunia. Oleh IUCN Redlist, primata bernama latin Symphalangus syndactylus ini dikategorikan dalam status konservasi “endangered” (Terancam Punah) sejak tahun 2008. CITES juga memasukkan kera langka ini dalam daftar Apendiks I. Ini artinya, primata hitam berlengan panjang ini tidak boleh diperdagangkan. Di Indonesia, siamang termasuk dalam salah satu binatang yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintan Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

1.      Orang Utan (Pongo pygmaeus)
Klasifikasi
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Hominidae
Genus              Pongo
Spesies             Pongo pygmaeus (Linnaeus, 1760)
Habitat asal    : Indonesia
Makanan         : buah-buahan, dedaunan, kulit kayu, bunga, serangga
Status              : terancam punah
Jumlah dalam kandang : 4/6 ekor
Kandang         : kurang terawat
 
Deskripsi tambahan :
Ukuran tubuh merupakan jenis primata terbesar di Asia. Tinggi badan sampai 137 cm, berat badan 75 sampai 100 kg. Ukuran tangan lebih panjan dan kuatsetinggi tubuh dan mencapai mata kaki bila sedang berdiri tegak. Jantan dewasa memiliki jambul di kepala, perkembangan pipi bulat yang besar dan kantung tenggorokan yang dipompa selama melolong untuk membantu pengerasan suara. Tangan dan kaki memiliki ibu jari yang pendek, empat jarinya memanjang dan melengkung kaki belakang pendek, dada bahu dan otot tangan sangat kuat
Masa reprodukse siap kawin usia 10 tahun dengan usia kehamilan 8-9 bulan. Melahirkan anak 1 ekor dengan berat 1,5 kg, meninggalkan induk pada usia 5 tahun. Perkembangan bantalan pipi dan kantung suara pada usia 12-14 tahun.
  

1.      Surili (Presbytis comata)
Klasifikasi
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Cercopithecidae
Genus              Presbytis
Spesies             Presbytis comata (Desmarest, 1822)
Habitat asal    : Jawa barat
Makanan         : buah-buahan, sayuran
Status              : terancam punah
Jumlah dalam kandang : 2 ekor
Kandang         : 1

Deskripsi tambahan :
Di pulau Jawa hanya ada satu genus Presbytis yaitu Surili (Presbytis comata). Surili memiliki ciri warna bulu pada bagian belakang hitam keabuan, pada bagian kepala sampai jambul berwarna hitam. Tubuh bagian depan mulai dari bawah dagu, dada, perut, bagian dalam lengan, kaki dan ekor berwarna putih. Warna kulit muka dan telinga hitam pekat agak kemerahan. Warna iris mata coklat gelap. Panjang tubuh individu jantan dan betina hamper sama yaitu antara 430-600 mm. Panjang ekor berkisar antara 560-720 mm. Berat tubuh rata-rata mencapai 6,5 kg.
Primata ini sangatlah pemalu dan berhati-hati. Surili hidup berkelompok dengan jumlah anggota antara 7-12 ekor. Setiap kelompok biasanya terdiri dari satu jantan dengan satu atau lebih betina (one male multi female troop). Surili aktif pada siang hari (diurnal) dan lebih banyak melakukan aktivitasnya pada bagian atas dan tengah dari tajuk pohon (arboreal). Kadang-kadang Surili turun ke dasar hutan untuk memakan tanah. Kebiasaan ini berkaitan dengan pola makan Surili yaitu memakan dedaunan yang tinggi akan serat, sehingga ia memerlukan unsur tambahan mineral dan juga bakteri untuk membantu proses pencernaan daun. Surili termasuk jenis primata yang banyak mengkonsumsi daun muda atau kuncup daun sebagai makanannya. Bila dilihat komposisi makanan yang dikonsumsi Surili, 64% dari makanannya adalah daun muda, 14 % buah dan biji, 7 % bunga dan sisanya berupa serangga, jamur dan tanah. Disamping itu jenis tumbuhan yang menjadi makanan Surili juga sangat beragam. Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa Surili mengkonsumsi lebih dari 75 jenis tumbuhan yang berbeda.
Surili merupakan satwa yang hanya terdapat (endemik) di Jawa Barat dan Banten. Satwa ini dilindungi oleh perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yaitu berdasarkan SK Menteri Pertanian 5 April 1979, No. 247/Kpts/Um/1979, SK Menteri Kehutanan tanggal 10 Juni 1991, No. 301/Kpts-II/1991 dan Undang-undang No. 5 Tahun 1990. Penyusutan habitat merupakan ancaman terbesar bagi populasi surili. Saat ini jenis primata ini hanya dapat dijumpai di kawasan lindung dan konservasi dengan jumlah yang tersisa berkisar antara 4000-6000 ekor.

1.      Kokah (Presbytis siamensis paenulata)
Klasifikasi
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Cercophitecidae
Genus              Presbytis
Spesies             Presbytis siamensis paenulata
Habitat asal    : Pulau Bintan, Natuna
Makanan         : buah-buahan, daun-daunan
Status              : hampir punah
Jumlah dalam kandang : 1 ekor
Kandang         :
Deskripsi tambahan :
 

1.      Bekantan (Nasalis larvatus)
Klasifikasi
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Cercopithecidae
Genus              Nasalis
Spesies             Nasalis larvatus (Wurmb, 1787)
Habitat asal    : Kalimantan
Makanan         : sayuran, buah-buahan, daun-daunan
Status              : terancam punah, dilindungi
Jumlah dalam kandang : 1 ekor
Kandang         : bersih
 
Deskripsi tambahan :
Bekantan  atau dalam nama ilmiahnya  Nasalis larvatus  adalah sejenis monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal monyet Nasalis.
Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari monyet lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Monyet betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai  monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei (kxd) disebut bangkatan.
Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Monyet betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.
Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakaurawa dan hutan pantai di pulau Borneo (Kalimantan, Sabah, Serawak dan Brunai). Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 monyet. Sistem sosial bekantan pada dasarnya adalah One-male group, yaitu satu kelompok terdiri dari satu jantan dewasa, beberapa betina dewasa dan anak-anaknya. Selain itu juga terdapat kelompok all-male, yang terdiri dari beberapa bekantan jantan. Jantan yang menginjak remaja akan keluar dari kelompok one-male dan bergabung dengan kelompok all-male. Hal itu dimungkinkan sebagai strategi bekantan untuk menghindari terjadinya inbreeding. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain. Untuk menunjang kemampuan berenangnya, pada sela-sela jari kaki bekantan terdapat selaputnya. Selain mahir berenang bekantan juga bisa menyelam dalam beberapa detik, sehingga pada hidungnya juga dilengkapi semacam katup. Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan.

1.      Kera Jawa (Macaca fascicularis)
Klasifikasi
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Cercopithecidae
Genus              Macaca
Spesies             Macaca fascicularis (Raffles, 1821)
Habitat asal    : Jawa
Makanan        : buah-buahan, sayuran
Status              : tidak dilindungi
Jumlah dalam kandang : 4 ekor
Kandang         :
 
Deskripsi tambahan :
Saat dewasa Monyet Ekor Panjang mempunyai panjang tubuh sekitar 38-55 cm ditambah ekor sepanjang 40-65 cm. Berat tubuh Long-tailed Macaque berkisar antara 5-9 kg untuk jantan dan 3-6 kg untuk monyet betina. Bulu Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) berwarna coklat keabu-abuan hingga coklat kemerahan dengan wajah berwarna abu-abu kecoklatan serta jambang di pipi berwarna abu-abu, terkadang terdapat jambul di atas kepala. Hidungnya datar dengan ujung hidung menyempit. Monyet ini memiliki gigi seri berbentuk sekop, gigi taring dan geraham untuk mengunyah makanan.
Monyet Ekor Panjang hidup berkelompok dengan anggota antara 5 hingga 40-an ekor lebih. Dalam satu kelompok terdapat 2-5 pejantan dengan jumlah betina 2-5 kali lipatnya dengan salah satu monyet jantan sebagai pemimpin kelompok. Seekor pejantan biasanya melakukan perkawinan dengan beberapa betina sekaligus. Monyet yang populer dipelihara dan dijadikan hiburan topeng monyet termasuk hewan omnivora. Makanannya bervariasi mulai dari buah, daun, bunga, umbi, jamur, serangga, siput, rumput muda, bahkan kepiting. Meskipun mayoritas yang dikonsumsi adalah buah-buahan.
Primata ini mampu hidup dalam beragam ekosistem mulai dari hutan bakau di pantai, dataran rendah hingga pegunungan dengan ketinggian 2.000 meter dpl. Monyet jenis ini tersebar luas di kawasan Asia Tenggara dan Selatan mulai dari Banglades, Brunei, Filipina, India, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan Vietnam. Di Indonesia Monyet bernama latin Macaca fascicularis ini dapat dijumpai di Bali, Bangka, Bawean, Belitung, Jawa, Kalimantan, Kangean, Karimunjawa, Karimata, Lombok, Nias, Nusa Tenggara, Simeulue, Sumatra, Sumba, Sumbawa, dan Timor.
1.      Zeki-zeki (Macaca maura)
Klasifikasi
Kerajaan          Animalia
Filum               Chordata
Kelas               Mamalia
Bangsa             Primata
Suku                Cercophitecidae
Genus              Macaca
Spesies             Macaca maura (H.R. Schinz, 1825)
Habitat asal    : Sulawesi
Makanan         : buah-buahan
Status              : dilindungi/ langka
Jumlah dalam kandang : 2 ekor
Kandang         :
 
Deskripsi tambahan :
Kera Hitam Dare lebih banyak memakan buah (frugivorous) dibandingkan daun-daunan (Watanabe and Brotoisworo, 1982). Mereka sering dijumpai ketika makan di pohon-pohon yang sedang berbuah. Selain itu beberapa jenis serangga dan jamur. Seperti halnya Macaca lain, Kera Hitam Dare aktif pada siang hari (diurnal). Mereka hidup di pohon (arboreal), namun kebanyakan hidup di permukaan tanah (teresterial) karena kerapatan pohon yang rendah di hutan. Mereka tidak membuat sarang.
Dalam pergerakan, kelompok ini sering kali melakukannya bersama-sama. Pergerakan di tanah atau saat mencari makanan biasanya dimulai oleh jantan pimpinan kelompok, kemudian diikuti oleh anggota lain. Pergerakannya, umumnya meloncat saat pindah pohon atau menggunakan keempat anggota tubuhnya (quadropedal) bila berjalan di dahan atau bila turun di tanah.
Jenis Kera Hitam Dare membentuk kelompok – kelompok dengan jumlah individu, setiap kelompok terdiri atas 9 sampai 53 ekor (Supriatna, 2000). Dalam satu kelompok terdapat banyak jantan dan banyak betinanya (multimale/multifemale). Jantan dominan sering terlihat menentukan pergerakan kelompok. Sering kali terlihat multiple mating yaitu betina dikawini oleh beberapa jantan dalam kelompok tanpa adanya persaingan antar jantan. Persaingan antar jantan tidak begitu kuat dalam hal makanan maupun betina. Apabila dua kelompok berada berdekatan, terdapat anggota kelompok meninggalkan tempat dimana betina dan alpha-jantan sedang beristirahat dan mendekati kelompok lain dengan ragu-ragu. Mereka biasanya diusir oleh laki-laki dewasa dari kelompok lain. Namun, mereka berulang kali akan mendekat dengan vokalisasi afiliatif (segala aktifitas bersuara di luar perkelahian).
Berdasarkan status konservasinya, Kera Hitam Dare telah dimasukan dalam Appendix II, Konvensi Internasional tentang Perdagangan Spesies Tumbuhan dan Satwa Liar (CITES). Sejak tahun 1987 primata ini digolongkan kedalam kelompok jenis mendekati kepunahan (Endangered Species) oleh IUCN (The International Union for Conservation of Nature) dan oleh Pemerintah Indonesia dilindungi berdasarkan PP. RI. No. 7 Tahun 1999.
PENULIS :NURUL HIDAYAH BIOLOGI UNPAD 2010
Sumber :
Mevia.2011. Mamalia. http://meviablogs.blogspot.com/2011_03_01_archive.html. diakses tanggal 25 Mei 2012, pukul 06.44 WIB.
Wikipedia.2012. Monyet Jepang. http://id.wikipedia.org/wiki/Monyet_Jepang. diakses tanggal 25 Mei 2012, pukul 07.52 WIB.
Alam. 2010. Lutung Jawa. http://alamendah.wordpress.com/2010/07/13/lutung-jawa-trachypithecus-auratus/. Diakses tanggal 25 Mei 2012, pukul 08.06 WIB.
Supriatna, J dan E. H. Wahyono. (2000). Panduan Lapangan Primata Indonesia, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia.

 

No comments:

Post a Comment