Wednesday, October 14, 2015

DAMPAK PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN SARANA AKOMODASI WISATA TERHADAP PARIWISATA BERKELANJUTAN DI BALI


DAMPAK PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN SARANA AKOMODASI WISATA TERHADAP PARIWISATA BERKELANJUTAN DI BALI :

Rossi Evita, I Nyoman Sirtha,I Nyoman Sunartha


ABSTRACT

The tourism industry is one of the largest industries in the world. The tourism industry can absorb the labor force in large numbers, to increase income and economy and can provide a large contribution to a country. As one of the world's largest industry, tourism development is expected to boost the economy so as to improve the welfare of the community in which tourism is developed. The development of tourism must be supported by all aspects and tourism support facilities such as: place of accommodation (accommodation facilities: e.g. hotels, villas, etc.), restaurant, travel agent, money changer, transportation, infrastructure and tourism destinations that are offered to tourists. The aim of this research is to determine how the impact of the construction of tourist accommodation facilities, especially construction of villas in Bali towards sustainable tourism and fatherly looking out strategies that must be done to achieve sustainable tourism in Bali in the future. Type of data used was qualitative and quantitative data obtained from literature study, documentation and interviews via email. The analysis uses descriptive qualitative analysis method. The results showed that in terms of economic development of the construction of the villa has a positive impact on increasing revenue. In addition to the positive impact on increasing revenue, negative impact that posed that is productive agricultural land is reduced so that the diminishing agricultural output each year, and pollution to the environment. In realizing sustainable tourism required an appropriate strategy like development of ecotourism and government policies as well as good cooperation between the government and the tourism industry.
Kata Kunci: dampak, perkembangan sarana akomodasi wisata, pariwisata berkelanjutan

1. PENDAHULUAN

Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Industri pariwisata dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, mampu meningkatkan pendapatan dan perekonomian serta dapat memberikan kontribusi yang besar pada suatu negara. Hal inilah yang mendorong banyak negara tertarik untuk mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan, terutama bagi negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia.
Sebagai salah satu industri terbesar di dunia, perkembangan pariwisata diharapkan pariwisata mampu meningkatkan perekonomian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana dikembangkannya pariwisata tersebut. Selain itu pariwisata dapat memberikan manfaat bagi pelestarian alam, budaya serta lingkungan dan berkelanjutan. Tetapi pada kenyataannya, manfaat ekonomi yang diperoleh dari sektor pariwisata sering dibarengi dengan timbulnya masalah berkurangnya sumber daya alam, masalah sosial budaya, dan lingkungan. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya perkembangan pariwisata, hal ini dikarenakan konsep pariwisata pada awalnya mengarah kepada “mass tourism” ( pariwisata massal), seperti berkurangnya sumber daya alam, tercemarnya lingkungan, banyaknya pengalihan fungsi lahan produktif,  terjadinya eksploitasi sosial-budaya serta meningkatnya kriminalitas. Hal inilah yang terjadi pada daerah-daerah yang mengembangkan pariwisata terutama pada Bali sebagai destinasi pariwisata yang sering kunjungi wisatawan di Indonesia.
Pengembangan pariwisata harus didukung oleh semua aspek dan fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata lainnya seperti: tempat penginapan (sarana akomodasi: misalnya hotel, villa, dan lain-lain), restaurant, travel agen, money changer, alat transfortasi, infrastruktur  serta destinasi pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah berkaitan dengan ancaman kerusakan lingkungan akibat dari operasi dan keberadaan berbagai fasilitas pariwisata, seperti; hotel, villa, restoran, artshops, biro perjalanan dan fasilitas penunjang lainnya.
Pulau Bali merupakan ikon pariwisata di Indonesia dan juga menjadi salah satu tujuan wisata dunia. Dengan beraneka ragam keindahan sumber daya alam, seni dan budaya serta  kekhasan dan keunikan tradisi masyarakat Bali, mampu memberikan daya tarik tersendiri kepada wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Keberadaan villa sebagai sarana penunjang atau fasilitas pendukung industri pariwisata, juga membuka peluang bagi pengusaha atau investor untuk membangun villa. Beberapa tahun terakhir, pembangunan villa semakin meningkat terutama di daerah kuta. Jumlah villa yang ada sekitar 650 dengan total kamar 3.958 unit. Pengembangan villa terbanyak terdapat di kabupaten badung, dengan persebaran jumlah vila dominan terdapat di Kecamatan Kuta Utara yang mengambil porsi 45,60%, Kecamatan Kuta 18,31%, Kuta Selatan 17,78%, Mengwi 17,61%, dan Abianemal 0,70%. Dari jumlah itu, sebagian besar berlokasi di pedesaan yakni 57,41% dan sisanya di pinggir pantai. Berdasarkan data statistik diatas, pembangunan villa terbanyak berada di kecamatan Kuta Utara.
Banyak wisatawan yang menjadikan villa sebagai alternatif penginapan, terutama bagi wisatawan asing lebih memilih villa sebagai tempat peristirahatan daripada menginap di hotel-hotel mewah. Alasan mereka memilih villa adalah selain menyediakan pelayanan dan service lebih secara personal, villa juga memberi tingkat kenyamanan dan keamanan yang lebih untuk terhindar dari ancaman-ancaman teror maupun kriminal yang biasanya menyerang kelompok-kelompok wisatawan tertentu.
Semakin banyak permintaan terhadap villa sebagai alternatif penginapan, sehingga pertumbuhan pembangunan villa juga meningkat terutama di wilayah kuta utara. Perkembangan villa ini memberikan pengaruh terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan pada daerah ini. Sedikit banyak perkembangan villa memberikan dampak terhadap lingkungan yang ada disekitarnya.  Pembangunan pariwisata berkelanjutan menyangkut berbagai aspek diantaranya lingkungan, ekonomi, dan sosial. Artinya Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat” (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995).
Bali adalah sebuah pulau kecil dengan luas 5.632 km2, dengan penduduk hampir 4 juta orang, memiliki keterbatasan daya dukung baik fisik maupun daya dukung secara lingkungan. Oleh karena itu, sebagai destinasi wisata yang sudah terkenal ke mancanegara, pembangunan keberlanjutan pada pariwisata Bali merupakan suatu keharusan terutama di daerah yang banyak terdapat sarana akomodasi pariwasata dan fasilitas pariwisata pendukung lainnya untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh kegiatan pariwisata terutama terhadap dampak lingkungan.
Perkembangan industri pariwisata memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat Bali, selain itu juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Lahan hijau mulai berkurang, bahkan lahan pertanian beralih fungsi untuk lokasi hotel, vila dan bangunan perumahan. Banyak vila dibangun mengabaikan peraturan pemerintah yang telah ditentukan. Sehingga banyak dampak pada lingkungan fisik di mana lokasi pembangunan vila dan fasilitas wisata lainnya.
Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan, harus menghindari pariwisata massal. Semua negara yang mengembangkan sektor pariwisata, menginginkan sejumlah besar wisatawan datang ke negara mereka. Secara ekonomi, meningkatnya jumlah turis memiliki dampak positif terhadap perekonomian suatu negara, tetapi sebaliknya berpengaruh negatif pada lingkungan.  Salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif dari pariwisata massal (mass tourism), yaitu pengembangan pariwisata alternatif yang lebih peduli dengan kelestarian lingkungan dan juga merupakan pengembangan pariwisata berkelanjutan.

2.  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dalam penelitian ini ada dua pertanyaan kunci yang perlu jawaban dan mencoba untuk menanggapi permasalahan yang ada, yaitu:
a.          Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari pembangunan sarana akomodasi terutama vila?
b.         Bagaimana strategi yang dilakukan untuk mencapai  pembangunan pariwisata berkelanjutan Bali di masa depan?
3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dapat digolongkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak yang ditimbulkan dengan perkembangan pembangunan sarana akomodasi terutama pembangunan vila terhadap pariwisata berkelanjutan di Bali.
Tujuan Khusus
a.       Mengetahui bagaimana dampak dari perkembangan pembangunan sarana akomodasi wisata
b.      Mengetahui strategi yang harus dilakukan untuk mencapai pariwisata berkelanjutan Bali dimasa akan datang

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis:
Manfaat Akademis
a.       Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmiah, masukan bagi ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji dampak dari pembangunan sarana akomodasi wisata sehingga pariwisata berkelanjutan dapat diwujudkan.
b.      Dapat menambah literatur bahan kajian penelitian dalam analisi dampak yang ditimbulkan dengan perkembangan pembangunan sarana akomodasi wisata .
Manfaat Praktis
a.          Sebagai gambaran untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dengan adanya perkembangan industri pariwisata khususnya dalam pembangunan sarana akomodasi terhadap pariwisata berkelanjutan.
b.         Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada instansi terkait dalam mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh industri pariwisata sehingga dapat menjadi acuan dalam menentukan straategi atau kebijakan yang diambil dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan dengan bekerja sama dengan para pelaku pariwisata dengan melibatkan masyarakat yang berada disekitar industri pariwisata.

4. METODE PENELITIAN

Penelitian ini  menggunakan  metode deskriptif kualitatif  yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan/menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena  yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (Kusmayadi, 2000:29). Menurut Nazir  metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interprestasi yang tepat (Nazir, 1999:63).
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data kualitatif  yaitu data  yang berbentuk kalimat atau uraian dan data kuantitatif  yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka (Nawawi, 2007:103).
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Sumber data sekunder yaitu data yang bersumber bibliografis dan dokumentasi yaitu data yang berasal dari bahan  kepustakaan, baik berupa ensiklopedi, buku, artikel karya ilmiah dan data yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah diperoleh dari sumber tidak  langsung yang telah ada atau data yang diperoleh dari dokumen dan arsip resmi (Moleong, 2010:159).
Dalam menganalisis data penelitian yaitu bersifat kualitatif, deskriptif dan interpretatif. Seluruh data diperoleh dari berbagai sumber baik studi dokumentasi, ditranskripsikan dalam bentuk tulisan dan pendeskripsian ini bersifat interpretatif (Moleong, 2010:114). Data perolehan hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara kualitatif  dengan interpretatip yaitu dengan melalui beberapa proses seperti: verifikasi data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Penyajian hasil analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif melalui penyampaian dalam bentuk verbal dengan menggunakan teknik deskriftif interpretatif  artinya hasil analisis dipaparkan  dan diinterpretasikan sesuai dengan teori dan kerangka pemikiran yang berlaku  umum.

5.  HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan Sarana Akomodasi Wisata
Akomodasi adalah suatu yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya tempat menginap atau tempat tinggal sementara bagi orang yang bepergian. Dalam kepariwisataan akomodasi merupakan suatu industri, jadi pengertian industri akomodasi adalah suatu komponen industri pariwisata, karena akomodasi dapat berupa suatu tempat atau kamar dimana orang-orang / pengunjung / wisatawan dapat beristirahat /menginap / tidur, mandi, makan dan minum serta menikmati jasa pelayanan dan hiburan yang tersedia.

Akomodasi wisata secara umum dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
a.       Akomodasi Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan semata-mata untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
b.      Akomodasi Semi Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan bukan semata-mata untuk tujuan komersil, tetapi juga untuk tujuan sosial (masyarakat yang kurang mampu).
c.        Akomodasi Non Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan diopersikan semata-mata untuk tujuan non komersil, yaitu tidak mencari keuntungan atau semata-mata untuk tujuan sosial atau bantuan secara cuma-cuma, namun khusus untuk golongan/kalangan tertentu dan juga untuk tujuan tertentu.

Jenis-jenis Sarana Akomodasi:
a.      The Tourist Hotel
Hotel ini adalah bentuk akomodasi wisata tertua. Ada tiga hotel di Perancis, yaitu hotels counterparts, hotel jaringan (chain hotels), rantai hotel dan relawan (chain hotels and volunteers).
b.      Les Campings (hotel diluar)
Terdiri dari tiga lokasi: lokasi dipinggir jalan (lokasi bagi para wisatawan tidak hanya memilih tinggal); menyewa ruang dalam setahun (lokasi tergantung pada residential tenancies, yaitu satu klien untuk seluruh periode pembukaan kamp); dan sewa lokasi (lokasi kelompok akomodasi yang tenang (Chalet, bungalo atau rumah mobil (caravan)).
c.       Furniture tourism
Ini adalah bentuk akomodasi wisata yang ditujukan untuk klien dari bagian yang ingin tinggal beberapa hari, didasarkan pada sewa tetap untuk perhari, mingguan atau bulanan dan yang tidak memilih menetap.
d.      Residences Wisata (Résidences de tourisme)
Jenis akomodasi yang menawarkan akomodasi individu dan kelompok, disewa perhari, mingguan atau bulanan, diklasifikasikan dari bintang 1 sampai bintang 4 tergantung pada peralatan dan jasa yang ditawarkan.
e.       Liburan Desa (Villages de vacances in French dan Holiday Villages in English)
Holiday Villages menawarkan liburan pada harga tetap dengan pemberian makanan atau sarana untuk persiapan.
f.       Résidences secondaires (rumah kedua)
Menurut INSEE (Institut National de la Statistique et des Etudes Economiques), definisi Résidences secondaires (rumah kedua) adalah rumah yang digunakan untuk akhir pekan, rekreasi atau liburan.

Untuk mendukung industri pariwisata, dan pertama kali dibangunlah Hotel Bali Beach yang terletak di Sanur. Sekarang, Hotel Bali Beach dikenal dengan Inna Grand Bali Beach. Pada waktu itu, Hotel Bali Beach satu-satunya hunian wisata yang bertingkat di Bali yaitu terdiri dari 10 lantai, sementara akomodasi yang lain hanya memiliki satu lantai. Inna Grand Bali Beach mulai beroperasi pada November 1966. Sejak itu, pembangunan sarana akomodasi mulai berkembang. Di Sanur, pembangunan fasilitas akomodasi yang lebih terencana dan terorganisir karena berdampingan sebelah Inna Grand Bali Beach Hotel.
Pengembangan fasilitas akomodasi berkelas international dimulai dengan pengembangan daerah Nusa Dua sebagai kawasan wisata dengan standar internasional. Hotel pertama yang dibangun adalah Nusa Dua Beach Hotel pada periode 1981-1983. Dua tahun kemudian, mereka membangun tiga hotel lainnya adalah Hotel Puri Bali, Bali Hotel Melia Sol (sekarang Melia Bali Resort, Villas & Spa) dan Club Med merupakan sebuah investasi asing asal Perancis. Kemudian pada tahun 1991, mereka membangun empat hotel di dunia. Pembangunan kawasan Nusa Dua dikelola oleh perusahaan untuk pengembangan pariwisata di Bali (Bali Tourism Development Corporation).
Di daerah Kuta, fasilitas akomodasi tumbuh secara alami sesuai dengan model hunian yang ada di wilayah ini. Fasilitas penginapan di wilayah ini didominasi oleh jenis keluarga angkat (indekos) dan dewan dibandingkan dengan hotel dengan standar. Dan daerah Ubud, dimana akomodasi yang ditandai dengan rumah-rumah penduduk dengan suasana pedesaan.
Dengan berkembangnya pariwisata di pulau Dewata ini, pembangunan sarana akomodasi ini berkembang pesat, khususnya di wilayah Badung, Denpasar dan Gianyar. Dengan demikian, pemerintah daerah memutuskan untuk mendedikasikan 15 area akomodasi Bali dan promosi pariwisata. Sampai saat ini, di Bali, ada lebih dari 35.000 kamar hotel dengan berbagai jenis akomodasi seperti vila, hotel bintang lima. Dengan jenis akomodasi lainnya juga beragam, ada model rumah, hotel, villa, cottage dan hotel butik (pondok).
Salah satu jenis tempat penginapan yang dikembangkan di pulau seribu pura ini adalah Villa. Villa adalah salah satu sarana akomodasi lain dari hotel yang menawarkan layanan dan suasana untuk menjalani kehidupan pribadi lebih dari usaha akomodasi lainnya. Biasanya dalam bentuk villa bangunan tunggal atau kompleks bangunan dengan berbagai fasilitas pendukung seperti rumah keluarga, seperti dapur, kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi, kolam renang, garasi, dan lain-lain.
Bahkan, ada beberapa vila yang memiliki konsep standar seperti  hotel mewah bintang 5. Pengembangan vila pertama kali diamati pada akhir 1980-an dengan konstruksi "The Villas" di Seminyak. Sejak itu, banyak akomodasi jenis vila dibangun di kawasan wisata Kabupaten Badung khususnya, atau di Kuta Utara.
Berdasarkan data yang tersedia di Biro Pusat Statistik Provinsi Bali, jumlah hotel berbintang 1 sampai 5 di Bali pada 2009 mencapai jumlah hotel 149. Sementara itu, jumlah non-bintang hotel dan akomodasi wisata seperti villa atau cottage, untuk tahun 2009, ada 1515. Angka ini lebih tinggi daripada dalam empat tahun sebelumnya (2005) di mana ada 1477. Hal ini menunjukkan seberapa cepat berkembang akomodasi wisata di Bali. Berdasarkan data Bali Villa Association, jumlah vila cukup besar yaitu lebih kurang 638 buah yang tersebar di seluruh Bali.

5.2 Dampak Perkembangan Sarana Akomodasi
Sebelum mengembangkan industri pariwisata, perekonomian Bali didasarkan pada pertanian dan perkebunan. Orang Bali telah bekerja sebagai petani. Pertanian di Bali, khususnya sawah dan sistem irigasi yang disebut "Subak" adalah daya tarik bagi wisatawan. Dengan berkembangnya industri pariwisata yang juga diikuti dengan perkembangan pembangunan sarana akomodasi wisata serta fasilitas pendukung lainnya, selain dampak positif terhadap meningkatnya perekonomian dan bertambahnya lowongan pekerjaan sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Dampak positif dengan adanya perkembangan industri pariwisata dapat dilihat dari meningakatnya pendapatan asli daerah. Selain dampak positif yang dirasakan, timbulkan juga dampak negatif dengan adanya perkembangan pariwisata terutama dengan pembangunan sarana akomodasi dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya terutama terhadap lingkungan.
Di Bali, dampak negatif dari pengembangan pariwisata pada lingkungan fisik sangat mudah untuk menemukan, baik di tanah atau darat, laut dan udara. Kehancuran dan polusi  antara lain air (termasuk air tanah dan air permukaan) serta tanah dan udara. Berkurangnya lahan produktif untuk pertanian karena banyak bangunan berada di lahan pertanian yang subur dialihfungsikan untuk pembangunan sarana akomodasi dan infrastruktur lainnya, sehingga hasil produksi pertanian semakin berkurang dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data statistik kabupaten Badung, pada tahun 2009 rata-rata produksi pertanian dalah 67,36 kwintal 2009 / ha dengan luas panen 18.790 ha dan produksi 126.575 ton total. Hasil ini turun dari 2008, rata-rata produksi pertanian mencapai 67,74 kwintal / ha dengan 19.012 ha luas panen dan produksi total 128.779 ton. Adapun penurunan produksi beras pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008, itu adalah -1,12%. Jika kita menganalisis jumlah produksi beras 2005-2009, persentase penurunan adalah 0,021% karena penurunan luas lahan -1,71%. Masyarakat pertanian yang bergantung pada pertanian untuk pendapatan, mengalami kerugian untuk biaya pengolahan beras dan biaya hidup terus meningkat.

5.3 Perkembangan Pariwisata Bali
Perkembangan Pariwisata Indonesia khususnya Bali sudah mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan dengan adanya kebijakan pemerintah terhadap infrastruktur, fasilitas, objek, dan atraksi pariwisata. Investasi mulai dibuka untuk penanaman modal asing maupun dalam negeri dalam membangun fasilitas akomodasi, transportasi, telekomunikasi, serta pendukung pariwisata lainnya. Perkembangan pariwisata Bali dari tahun 1999-2010 berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1: Jumlah wisatawan pada tahun 1999-2010
No
Tahun
Jumlah Wisatawan
1
1999
1.355.799
2
2000
1.412.839
3
2001
1.356.774
4
2002
1.285.844
5
2003
993.029
6
2004
1.458.309
7
2005
1.386.449
8
2006
1.260.317
9
2007
1.664.854
10
2008
1.868.892
11
2009
2.229.945
12
2010
2.576.142
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali
Berdasarkan tabel diatas, jumlah wisatawan yang datang ke Bali tahun 2000 meningkat sebesar 4,21% dibandingkan dengan tahun 1999. tetapi dalam tiga tahun ke depan, jumlah wisatawan mengalami penurunan . Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang terjadi pada waktu itu, karena krisis ekonomi dan bom di Bali yang mengakibatkan banyak meninggalnya turis asing pada tahun 2002. Sehingga pada tahun 2003 jumlah wisatawan menurun drastis.
Pada tahun 2004, situasi telah membaik dan keinginan wisatawan kembali ke Bali. Dari tahun 2003, peningkatan jumlah wisatawan yang datang mencapai 46,85%. Ini berarti bahwa Bali masih merupakan daya tarik besar bagi wisatawan baik domestik maupun asing. Seperti pada tahun 2002, juga pada tahun 2005 terjadi pengeboman kedua di Bali. Dua tahun berturut-turut telah menghasilkan penurunan kedatangan wisatawan. Tetapi pada tahun berikutnya (2007), jumlah wisatawan meningkat sampai tahun 2009. Peningkatan jumlah wisatawan meningkat 19,32% dibandingkan tahun 2008.
Berdasarkan data yang tersedia pada Biro Pusat Statistik, pengembangan pariwisata di Bali dengan melihat jumlah wisatawan asing yang tiba di Bali pada tahun 2010 mencapai 2.576.142 pengunjung. Data ini menunjukkan bahwa wisatawan asing yang datang ke Bali naik 8,01% dibandingkan dengan tahun 2009. Kemudian pada tahun 2011, untuk kuartal pertama (Januari-April), para wisatawan mencapai 848.899 orang atau lebih dari 13,37% dibandingkan kuartal yang sama tahun 2010. Dengan Australia, Cina, Jepang, Malaysia, dan Taiwan yang memegang jumlah terbesar dengan persentase masing-masing 25,90% 8,39% 7,59% 6,19% dan 4,65%.

5.4  Strategi  dalam pembangunan pariwisata Bali
a. Penerapan Konsep Ekowisata
Salah satu masalah yang ditemukan di bidang pariwisata adalah wisatawan yang tiba di suatu destinasi wisata dalam jumlah besar yaitu kita sebut "pariwisata massal (mass tourism)". Masalah yang ditimbulkan oleh pariwisata massal terutama berdampak terhadap lingkungan dan aspek sosial budaya. Bali adalah sebuah pulau kecil, dengan adanya kedatangan wisatawan dalam jumlah besar pada periode yang sama dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan Bali.
Dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan di Bali dan meminimalkan pariwisata massal, kita harus mengembangkan pariwisata alternatif yang lebih peduli dengan kelestarian lingkungan. Sebagai contoh: ekowisata, hijau pariwisata, wisata budaya, wisata religi, wisata alam, pariwisata berbasis masyarakat.
Menurut TIES (International Ecotourism Society), merupakan asosiasi pertama yang berkomitmen mempromosikan prinsip-prinsip ekowisata, definisi ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah-daerah alami dan berkontribusi terhadap perlindungan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Ekowisata bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada wisatawan dan menyediakan dana untuk konservasi ekologis, pemberdayaan masyarakat lokal, untuk menawarkan manfaat dalam pembangunan ekonomi secara langsung dan untuk menjaga budaya yang berbeda.
Ada dua contoh tanggung jawab lingkungan, yaitu:
a.       Perjalanan bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan dan menopang kesejahteraan masyarakat setempat.
b.      Perjalanan bertanggung jawab ke daerah-daerah alami yang melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Ekowisata merupakan sebuah produk wisata yang memberikan penghormatan pada kehidupan dan kebudayaan masyarakat setempat, tidak merusak lingkungan serta dalam jumlah kecil. Wisatawan yang datang pun berkualitas yang lebih peduli akan keberlangsungan lingkungan dan cinta pada alam serta mau belajar tentang nilai-nilai budaya masyarakat yang dikunjungi. Ekowisata bertitik berat pada tiga hal utama yaitu: keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologis dapat diterima dalam kehidupan masyarakat.
b. Konsep Tri Hita Karana
Tri Hita Karana (THK) berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu: tri berate tiga, hita berarti baik, senang, gembira, lestari, selamat atau sejahtera, dan karana yang beraarti sebab, sebab-musabab atau lantaran. Jadi THK berarti tiga penyebab kebaikan, kesejahteraan, atau kebahagian, yang bersumber dari tiga hubungan yang harmonis, antara manusia dengan Tuhan Yang Maha esa, antara sesame manusia dan antara manusia dengan alam serta makhluk hidup lainnya. (Wijaya Kusuma,2000; Yudiata,2000 dalam Raka Dalam,2007)
Ketiga konsep yang paling populer di Bali sebagai berikut:
a.      Parhyangan
Parhyangan adalah satu dari tiga yang berkaitan dengan konsep tuhan. Pada tahap ini, manusia diminta untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan dengan Tuhan.
b.      Pawongan
Pawongan adalah sebuah konsep yang dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan antara manusia dan manusia, dan konsep ini menggarisbawahi bagaimana untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.
c.       Pelemahan
Palemahan, kata ini berasal dari kata lemah yang berarti tanah atau lingkungan. Secara umum, Pelemahan dan Tri Hita Karana memiliki aspek yang berhubungan dengan lingkungan.
Penerapan konsep Tri Hita Karana dalam industri pariwisata khususnya dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, secara ringkas perusahaan yang sesuai dengan falsafah Tri Hita Karana mesti memperhatikan aspek-aspek dalam bidang pelemahan berikut: (1) adanya komitmen perusahaan terhadap kualitas lingkungan; (2) Penerapan langgam (stil, gaya) dan konsep arsitektur Bali (Tri Mandala, Tri Angga, dan lain-lain); (3) Pelestarian dan Pengembangan ekosistem; (4) Pengelolaan limbah (cair, padat dan gas); serta buangan yang berbahaya dan beracun; (5) Partisipasi perusahaan terhadap masalah lingkungan dalam lingkup lokal, nasional, dan internasional; (6) Pengorganisasian yang jelas terhadap pengelolaan lingkungan; (7) Penghematan energi dan sumber daya alam; (8) Penamaan ruangan, bangunan, dan lain-lain yang sesuai dengan budaya Bali; (9) Pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan hukum positif/berlaku; (10) Melakukan pemantauan berkala serta evaluasi pengelolaan lingkungan.

6. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian   yang dilakukan tentang Dampak Perkembangan Pembangunan Sarana Akomodasi Wisata Terhadap Pariwisata Berkelanjutan Bali : “Perkembangan Pembangunan Vila di Kuta Utara” dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak yang ditimbulkan baik secara positif maupun negatif yaitu pada aspek ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan. Secara ekonomi, dampak positif yang diperoleh adalah meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) dengan adanya pembayaran pajak yang diterima pemerintah daerah. Selain itu, berkembangnya pembangunan sarana akomodasi juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dengan banyaknya pembangunan vila dan sarana akomodasi lainnya di lahan pertanian memberikan dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat terutama petani yang berada di sekitar kawasan pembangunan vila. Dengan banyak bangunan villa dan fasilitas wisata lainnya, banyak lahan produktif untuk pertanian telah diubah menjadi tempat-tempat akomodasi wisata. Sehingga dari tahun ke tahun hasil produksi pertanian mengalami penurunan maka mengurangi pendapatan bagi petani. Selain itu, dampak pembangunan terhadap lingkungan sekitarnya, seperti aliran air untuk pertanian karena dialihkan untuk kebutuhan konstruksi.
Untuk mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Bali, strategi yang yang dilakukan adalah dengan menerapkan konsep ekowisata dalam pengembangan pariwisata dan juga menerapkan konsep Tri Hita Karana yang merupakan konsep filosofis yang meresap dalam kehidupan masyarakat Bali (Hindu).
Untuk mengurangi dampak negatif yang timbul dengan berkembangnya industri pariwisata khususnya dalam perkembangan pembangunan sarana akomodasi, perlu adanya kerjasama antara pemerintah selaku pembuat kebijkan dengan pelaku industri pariwisata serta melibatkan masyarakat lokal yang berada di daerah pembangunan industri pariwisata terutama yang berkaitan dengan lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2008. Le Tourisme en France. INSEE. P98. www.tourisme.gouv.fr
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali 2010. http://bali.bps.go.id/tabel.php?id=8.
Cosmology and Tri Hita Karana Concept :http://www.balistarisland.com/Bali-Information/Balinese-Concept.htm.
Dalem, A.A.G.R.2007.Filosofi Tri Hita Karana dan Implementasinya dalam Industri Pariwisata.UPT Penerbit Universitas Udayana bekerja sama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Denpasar
David Fennel. 2008. Ecotourism, third edition. Great Britain by TJ International Ltd, Padstow, Cornwall. p22
Ismoyo Soemarlan “Chairman Bali Villa Association” http://izinusahadibali.multiply.com/ journal/ item/38/Asosiasi_Vila_Bali_Keluhkan_Birokrasi_Izin_Yang_Rumit
Jenis-jenis Akomodasi Wisata: http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-akomodasi-pariwisata.html

Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.  Bandung: RosdaKarya






DAMPAK PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN SARANA AKOMODASI WISATA TERHADAP PARIWISATA BERKELANJUTAN DI BALI :
Rossi Evita, I Nyoman Sirtha,I Nyoman Sunartha


ABSTRACT

The tourism industry is one of the largest industries in the world. The tourism industry can absorb the labor force in large numbers, to increase income and economy and can provide a large contribution to a country. As one of the world's largest industry, tourism development is expected to boost the economy so as to improve the welfare of the community in which tourism is developed. The development of tourism must be supported by all aspects and tourism support facilities such as: place of accommodation (accommodation facilities: e.g. hotels, villas, etc.), restaurant, travel agent, money changer, transportation, infrastructure and tourism destinations that are offered to tourists. The aim of this research is to determine how the impact of the construction of tourist accommodation facilities, especially construction of villas in Bali towards sustainable tourism and fatherly looking out strategies that must be done to achieve sustainable tourism in Bali in the future. Type of data used was qualitative and quantitative data obtained from literature study, documentation and interviews via email. The analysis uses descriptive qualitative analysis method. The results showed that in terms of economic development of the construction of the villa has a positive impact on increasing revenue. In addition to the positive impact on increasing revenue, negative impact that posed that is productive agricultural land is reduced so that the diminishing agricultural output each year, and pollution to the environment. In realizing sustainable tourism required an appropriate strategy like development of ecotourism and government policies as well as good cooperation between the government and the tourism industry.
Kata Kunci: dampak, perkembangan sarana akomodasi wisata, pariwisata berkelanjutan

1. PENDAHULUAN

Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Industri pariwisata dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, mampu meningkatkan pendapatan dan perekonomian serta dapat memberikan kontribusi yang besar pada suatu negara. Hal inilah yang mendorong banyak negara tertarik untuk mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan, terutama bagi negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia.
Sebagai salah satu industri terbesar di dunia, perkembangan pariwisata diharapkan pariwisata mampu meningkatkan perekonomian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana dikembangkannya pariwisata tersebut. Selain itu pariwisata dapat memberikan manfaat bagi pelestarian alam, budaya serta lingkungan dan berkelanjutan. Tetapi pada kenyataannya, manfaat ekonomi yang diperoleh dari sektor pariwisata sering dibarengi dengan timbulnya masalah berkurangnya sumber daya alam, masalah sosial budaya, dan lingkungan. Banyak dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya perkembangan pariwisata, hal ini dikarenakan konsep pariwisata pada awalnya mengarah kepada “mass tourism” ( pariwisata massal), seperti berkurangnya sumber daya alam, tercemarnya lingkungan, banyaknya pengalihan fungsi lahan produktif,  terjadinya eksploitasi sosial-budaya serta meningkatnya kriminalitas. Hal inilah yang terjadi pada daerah-daerah yang mengembangkan pariwisata terutama pada Bali sebagai destinasi pariwisata yang sering kunjungi wisatawan di Indonesia.
Pengembangan pariwisata harus didukung oleh semua aspek dan fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata lainnya seperti: tempat penginapan (sarana akomodasi: misalnya hotel, villa, dan lain-lain), restaurant, travel agen, money changer, alat transfortasi, infrastruktur  serta destinasi pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah berkaitan dengan ancaman kerusakan lingkungan akibat dari operasi dan keberadaan berbagai fasilitas pariwisata, seperti; hotel, villa, restoran, artshops, biro perjalanan dan fasilitas penunjang lainnya.
Pulau Bali merupakan ikon pariwisata di Indonesia dan juga menjadi salah satu tujuan wisata dunia. Dengan beraneka ragam keindahan sumber daya alam, seni dan budaya serta  kekhasan dan keunikan tradisi masyarakat Bali, mampu memberikan daya tarik tersendiri kepada wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Keberadaan villa sebagai sarana penunjang atau fasilitas pendukung industri pariwisata, juga membuka peluang bagi pengusaha atau investor untuk membangun villa. Beberapa tahun terakhir, pembangunan villa semakin meningkat terutama di daerah kuta. Jumlah villa yang ada sekitar 650 dengan total kamar 3.958 unit. Pengembangan villa terbanyak terdapat di kabupaten badung, dengan persebaran jumlah vila dominan terdapat di Kecamatan Kuta Utara yang mengambil porsi 45,60%, Kecamatan Kuta 18,31%, Kuta Selatan 17,78%, Mengwi 17,61%, dan Abianemal 0,70%. Dari jumlah itu, sebagian besar berlokasi di pedesaan yakni 57,41% dan sisanya di pinggir pantai. Berdasarkan data statistik diatas, pembangunan villa terbanyak berada di kecamatan Kuta Utara.
Banyak wisatawan yang menjadikan villa sebagai alternatif penginapan, terutama bagi wisatawan asing lebih memilih villa sebagai tempat peristirahatan daripada menginap di hotel-hotel mewah. Alasan mereka memilih villa adalah selain menyediakan pelayanan dan service lebih secara personal, villa juga memberi tingkat kenyamanan dan keamanan yang lebih untuk terhindar dari ancaman-ancaman teror maupun kriminal yang biasanya menyerang kelompok-kelompok wisatawan tertentu.
Semakin banyak permintaan terhadap villa sebagai alternatif penginapan, sehingga pertumbuhan pembangunan villa juga meningkat terutama di wilayah kuta utara. Perkembangan villa ini memberikan pengaruh terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan pada daerah ini. Sedikit banyak perkembangan villa memberikan dampak terhadap lingkungan yang ada disekitarnya.  Pembangunan pariwisata berkelanjutan menyangkut berbagai aspek diantaranya lingkungan, ekonomi, dan sosial. Artinya Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat” (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995).
Bali adalah sebuah pulau kecil dengan luas 5.632 km2, dengan penduduk hampir 4 juta orang, memiliki keterbatasan daya dukung baik fisik maupun daya dukung secara lingkungan. Oleh karena itu, sebagai destinasi wisata yang sudah terkenal ke mancanegara, pembangunan keberlanjutan pada pariwisata Bali merupakan suatu keharusan terutama di daerah yang banyak terdapat sarana akomodasi pariwasata dan fasilitas pariwisata pendukung lainnya untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh kegiatan pariwisata terutama terhadap dampak lingkungan.
Perkembangan industri pariwisata memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat Bali, selain itu juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Lahan hijau mulai berkurang, bahkan lahan pertanian beralih fungsi untuk lokasi hotel, vila dan bangunan perumahan. Banyak vila dibangun mengabaikan peraturan pemerintah yang telah ditentukan. Sehingga banyak dampak pada lingkungan fisik di mana lokasi pembangunan vila dan fasilitas wisata lainnya.
Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan, harus menghindari pariwisata massal. Semua negara yang mengembangkan sektor pariwisata, menginginkan sejumlah besar wisatawan datang ke negara mereka. Secara ekonomi, meningkatnya jumlah turis memiliki dampak positif terhadap perekonomian suatu negara, tetapi sebaliknya berpengaruh negatif pada lingkungan.  Salah satu upaya untuk mengurangi dampak negatif dari pariwisata massal (mass tourism), yaitu pengembangan pariwisata alternatif yang lebih peduli dengan kelestarian lingkungan dan juga merupakan pengembangan pariwisata berkelanjutan.

2.  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dalam penelitian ini ada dua pertanyaan kunci yang perlu jawaban dan mencoba untuk menanggapi permasalahan yang ada, yaitu:
a.          Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari pembangunan sarana akomodasi terutama vila?
b.         Bagaimana strategi yang dilakukan untuk mencapai  pembangunan pariwisata berkelanjutan Bali di masa depan?
3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dapat digolongkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak yang ditimbulkan dengan perkembangan pembangunan sarana akomodasi terutama pembangunan vila terhadap pariwisata berkelanjutan di Bali.
Tujuan Khusus
a.       Mengetahui bagaimana dampak dari perkembangan pembangunan sarana akomodasi wisata
b.      Mengetahui strategi yang harus dilakukan untuk mencapai pariwisata berkelanjutan Bali dimasa akan datang

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis:
Manfaat Akademis
a.       Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmiah, masukan bagi ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji dampak dari pembangunan sarana akomodasi wisata sehingga pariwisata berkelanjutan dapat diwujudkan.
b.      Dapat menambah literatur bahan kajian penelitian dalam analisi dampak yang ditimbulkan dengan perkembangan pembangunan sarana akomodasi wisata .
Manfaat Praktis
a.          Sebagai gambaran untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dengan adanya perkembangan industri pariwisata khususnya dalam pembangunan sarana akomodasi terhadap pariwisata berkelanjutan.
b.         Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada instansi terkait dalam mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh industri pariwisata sehingga dapat menjadi acuan dalam menentukan straategi atau kebijakan yang diambil dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan dengan bekerja sama dengan para pelaku pariwisata dengan melibatkan masyarakat yang berada disekitar industri pariwisata.

4. METODE PENELITIAN

Penelitian ini  menggunakan  metode deskriptif kualitatif  yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan/menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena  yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat (Kusmayadi, 2000:29). Menurut Nazir  metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interprestasi yang tepat (Nazir, 1999:63).
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data kualitatif  yaitu data  yang berbentuk kalimat atau uraian dan data kuantitatif  yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka (Nawawi, 2007:103).
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Sumber data sekunder yaitu data yang bersumber bibliografis dan dokumentasi yaitu data yang berasal dari bahan  kepustakaan, baik berupa ensiklopedi, buku, artikel karya ilmiah dan data yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah diperoleh dari sumber tidak  langsung yang telah ada atau data yang diperoleh dari dokumen dan arsip resmi (Moleong, 2010:159).
Dalam menganalisis data penelitian yaitu bersifat kualitatif, deskriptif dan interpretatif. Seluruh data diperoleh dari berbagai sumber baik studi dokumentasi, ditranskripsikan dalam bentuk tulisan dan pendeskripsian ini bersifat interpretatif (Moleong, 2010:114). Data perolehan hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara kualitatif  dengan interpretatip yaitu dengan melalui beberapa proses seperti: verifikasi data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Penyajian hasil analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif melalui penyampaian dalam bentuk verbal dengan menggunakan teknik deskriftif interpretatif  artinya hasil analisis dipaparkan  dan diinterpretasikan sesuai dengan teori dan kerangka pemikiran yang berlaku  umum.

5.  HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Perkembangan Sarana Akomodasi Wisata
Akomodasi adalah suatu yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya tempat menginap atau tempat tinggal sementara bagi orang yang bepergian. Dalam kepariwisataan akomodasi merupakan suatu industri, jadi pengertian industri akomodasi adalah suatu komponen industri pariwisata, karena akomodasi dapat berupa suatu tempat atau kamar dimana orang-orang / pengunjung / wisatawan dapat beristirahat /menginap / tidur, mandi, makan dan minum serta menikmati jasa pelayanan dan hiburan yang tersedia.

Akomodasi wisata secara umum dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
a.       Akomodasi Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan semata-mata untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
b.      Akomodasi Semi Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan bukan semata-mata untuk tujuan komersil, tetapi juga untuk tujuan sosial (masyarakat yang kurang mampu).
c.        Akomodasi Non Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan diopersikan semata-mata untuk tujuan non komersil, yaitu tidak mencari keuntungan atau semata-mata untuk tujuan sosial atau bantuan secara cuma-cuma, namun khusus untuk golongan/kalangan tertentu dan juga untuk tujuan tertentu.

Jenis-jenis Sarana Akomodasi:
a.      The Tourist Hotel
Hotel ini adalah bentuk akomodasi wisata tertua. Ada tiga hotel di Perancis, yaitu hotels counterparts, hotel jaringan (chain hotels), rantai hotel dan relawan (chain hotels and volunteers).
b.      Les Campings (hotel diluar)
Terdiri dari tiga lokasi: lokasi dipinggir jalan (lokasi bagi para wisatawan tidak hanya memilih tinggal); menyewa ruang dalam setahun (lokasi tergantung pada residential tenancies, yaitu satu klien untuk seluruh periode pembukaan kamp); dan sewa lokasi (lokasi kelompok akomodasi yang tenang (Chalet, bungalo atau rumah mobil (caravan)).
c.       Furniture tourism
Ini adalah bentuk akomodasi wisata yang ditujukan untuk klien dari bagian yang ingin tinggal beberapa hari, didasarkan pada sewa tetap untuk perhari, mingguan atau bulanan dan yang tidak memilih menetap.
d.      Residences Wisata (Résidences de tourisme)
Jenis akomodasi yang menawarkan akomodasi individu dan kelompok, disewa perhari, mingguan atau bulanan, diklasifikasikan dari bintang 1 sampai bintang 4 tergantung pada peralatan dan jasa yang ditawarkan.
e.       Liburan Desa (Villages de vacances in French dan Holiday Villages in English)
Holiday Villages menawarkan liburan pada harga tetap dengan pemberian makanan atau sarana untuk persiapan.
f.       Résidences secondaires (rumah kedua)
Menurut INSEE (Institut National de la Statistique et des Etudes Economiques), definisi Résidences secondaires (rumah kedua) adalah rumah yang digunakan untuk akhir pekan, rekreasi atau liburan.

Untuk mendukung industri pariwisata, dan pertama kali dibangunlah Hotel Bali Beach yang terletak di Sanur. Sekarang, Hotel Bali Beach dikenal dengan Inna Grand Bali Beach. Pada waktu itu, Hotel Bali Beach satu-satunya hunian wisata yang bertingkat di Bali yaitu terdiri dari 10 lantai, sementara akomodasi yang lain hanya memiliki satu lantai. Inna Grand Bali Beach mulai beroperasi pada November 1966. Sejak itu, pembangunan sarana akomodasi mulai berkembang. Di Sanur, pembangunan fasilitas akomodasi yang lebih terencana dan terorganisir karena berdampingan sebelah Inna Grand Bali Beach Hotel.
Pengembangan fasilitas akomodasi berkelas international dimulai dengan pengembangan daerah Nusa Dua sebagai kawasan wisata dengan standar internasional. Hotel pertama yang dibangun adalah Nusa Dua Beach Hotel pada periode 1981-1983. Dua tahun kemudian, mereka membangun tiga hotel lainnya adalah Hotel Puri Bali, Bali Hotel Melia Sol (sekarang Melia Bali Resort, Villas & Spa) dan Club Med merupakan sebuah investasi asing asal Perancis. Kemudian pada tahun 1991, mereka membangun empat hotel di dunia. Pembangunan kawasan Nusa Dua dikelola oleh perusahaan untuk pengembangan pariwisata di Bali (Bali Tourism Development Corporation).
Di daerah Kuta, fasilitas akomodasi tumbuh secara alami sesuai dengan model hunian yang ada di wilayah ini. Fasilitas penginapan di wilayah ini didominasi oleh jenis keluarga angkat (indekos) dan dewan dibandingkan dengan hotel dengan standar. Dan daerah Ubud, dimana akomodasi yang ditandai dengan rumah-rumah penduduk dengan suasana pedesaan.
Dengan berkembangnya pariwisata di pulau Dewata ini, pembangunan sarana akomodasi ini berkembang pesat, khususnya di wilayah Badung, Denpasar dan Gianyar. Dengan demikian, pemerintah daerah memutuskan untuk mendedikasikan 15 area akomodasi Bali dan promosi pariwisata. Sampai saat ini, di Bali, ada lebih dari 35.000 kamar hotel dengan berbagai jenis akomodasi seperti vila, hotel bintang lima. Dengan jenis akomodasi lainnya juga beragam, ada model rumah, hotel, villa, cottage dan hotel butik (pondok).
Salah satu jenis tempat penginapan yang dikembangkan di pulau seribu pura ini adalah Villa. Villa adalah salah satu sarana akomodasi lain dari hotel yang menawarkan layanan dan suasana untuk menjalani kehidupan pribadi lebih dari usaha akomodasi lainnya. Biasanya dalam bentuk villa bangunan tunggal atau kompleks bangunan dengan berbagai fasilitas pendukung seperti rumah keluarga, seperti dapur, kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi, kolam renang, garasi, dan lain-lain.
Bahkan, ada beberapa vila yang memiliki konsep standar seperti  hotel mewah bintang 5. Pengembangan vila pertama kali diamati pada akhir 1980-an dengan konstruksi "The Villas" di Seminyak. Sejak itu, banyak akomodasi jenis vila dibangun di kawasan wisata Kabupaten Badung khususnya, atau di Kuta Utara.
Berdasarkan data yang tersedia di Biro Pusat Statistik Provinsi Bali, jumlah hotel berbintang 1 sampai 5 di Bali pada 2009 mencapai jumlah hotel 149. Sementara itu, jumlah non-bintang hotel dan akomodasi wisata seperti villa atau cottage, untuk tahun 2009, ada 1515. Angka ini lebih tinggi daripada dalam empat tahun sebelumnya (2005) di mana ada 1477. Hal ini menunjukkan seberapa cepat berkembang akomodasi wisata di Bali. Berdasarkan data Bali Villa Association, jumlah vila cukup besar yaitu lebih kurang 638 buah yang tersebar di seluruh Bali.

5.2 Dampak Perkembangan Sarana Akomodasi
Sebelum mengembangkan industri pariwisata, perekonomian Bali didasarkan pada pertanian dan perkebunan. Orang Bali telah bekerja sebagai petani. Pertanian di Bali, khususnya sawah dan sistem irigasi yang disebut "Subak" adalah daya tarik bagi wisatawan. Dengan berkembangnya industri pariwisata yang juga diikuti dengan perkembangan pembangunan sarana akomodasi wisata serta fasilitas pendukung lainnya, selain dampak positif terhadap meningkatnya perekonomian dan bertambahnya lowongan pekerjaan sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Dampak positif dengan adanya perkembangan industri pariwisata dapat dilihat dari meningakatnya pendapatan asli daerah. Selain dampak positif yang dirasakan, timbulkan juga dampak negatif dengan adanya perkembangan pariwisata terutama dengan pembangunan sarana akomodasi dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya terutama terhadap lingkungan.
Di Bali, dampak negatif dari pengembangan pariwisata pada lingkungan fisik sangat mudah untuk menemukan, baik di tanah atau darat, laut dan udara. Kehancuran dan polusi  antara lain air (termasuk air tanah dan air permukaan) serta tanah dan udara. Berkurangnya lahan produktif untuk pertanian karena banyak bangunan berada di lahan pertanian yang subur dialihfungsikan untuk pembangunan sarana akomodasi dan infrastruktur lainnya, sehingga hasil produksi pertanian semakin berkurang dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data statistik kabupaten Badung, pada tahun 2009 rata-rata produksi pertanian dalah 67,36 kwintal 2009 / ha dengan luas panen 18.790 ha dan produksi 126.575 ton total. Hasil ini turun dari 2008, rata-rata produksi pertanian mencapai 67,74 kwintal / ha dengan 19.012 ha luas panen dan produksi total 128.779 ton. Adapun penurunan produksi beras pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008, itu adalah -1,12%. Jika kita menganalisis jumlah produksi beras 2005-2009, persentase penurunan adalah 0,021% karena penurunan luas lahan -1,71%. Masyarakat pertanian yang bergantung pada pertanian untuk pendapatan, mengalami kerugian untuk biaya pengolahan beras dan biaya hidup terus meningkat.

5.3 Perkembangan Pariwisata Bali
Perkembangan Pariwisata Indonesia khususnya Bali sudah mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan dengan adanya kebijakan pemerintah terhadap infrastruktur, fasilitas, objek, dan atraksi pariwisata. Investasi mulai dibuka untuk penanaman modal asing maupun dalam negeri dalam membangun fasilitas akomodasi, transportasi, telekomunikasi, serta pendukung pariwisata lainnya. Perkembangan pariwisata Bali dari tahun 1999-2010 berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1: Jumlah wisatawan pada tahun 1999-2010
No
Tahun
Jumlah Wisatawan
1
1999
1.355.799
2
2000
1.412.839
3
2001
1.356.774
4
2002
1.285.844
5
2003
993.029
6
2004
1.458.309
7
2005
1.386.449
8
2006
1.260.317
9
2007
1.664.854
10
2008
1.868.892
11
2009
2.229.945
12
2010
2.576.142
Sumber: Dinas Pariwisata Provinsi Bali
Berdasarkan tabel diatas, jumlah wisatawan yang datang ke Bali tahun 2000 meningkat sebesar 4,21% dibandingkan dengan tahun 1999. tetapi dalam tiga tahun ke depan, jumlah wisatawan mengalami penurunan . Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang terjadi pada waktu itu, karena krisis ekonomi dan bom di Bali yang mengakibatkan banyak meninggalnya turis asing pada tahun 2002. Sehingga pada tahun 2003 jumlah wisatawan menurun drastis.
Pada tahun 2004, situasi telah membaik dan keinginan wisatawan kembali ke Bali. Dari tahun 2003, peningkatan jumlah wisatawan yang datang mencapai 46,85%. Ini berarti bahwa Bali masih merupakan daya tarik besar bagi wisatawan baik domestik maupun asing. Seperti pada tahun 2002, juga pada tahun 2005 terjadi pengeboman kedua di Bali. Dua tahun berturut-turut telah menghasilkan penurunan kedatangan wisatawan. Tetapi pada tahun berikutnya (2007), jumlah wisatawan meningkat sampai tahun 2009. Peningkatan jumlah wisatawan meningkat 19,32% dibandingkan tahun 2008.
Berdasarkan data yang tersedia pada Biro Pusat Statistik, pengembangan pariwisata di Bali dengan melihat jumlah wisatawan asing yang tiba di Bali pada tahun 2010 mencapai 2.576.142 pengunjung. Data ini menunjukkan bahwa wisatawan asing yang datang ke Bali naik 8,01% dibandingkan dengan tahun 2009. Kemudian pada tahun 2011, untuk kuartal pertama (Januari-April), para wisatawan mencapai 848.899 orang atau lebih dari 13,37% dibandingkan kuartal yang sama tahun 2010. Dengan Australia, Cina, Jepang, Malaysia, dan Taiwan yang memegang jumlah terbesar dengan persentase masing-masing 25,90% 8,39% 7,59% 6,19% dan 4,65%.

5.4  Strategi  dalam pembangunan pariwisata Bali
a. Penerapan Konsep Ekowisata
Salah satu masalah yang ditemukan di bidang pariwisata adalah wisatawan yang tiba di suatu destinasi wisata dalam jumlah besar yaitu kita sebut "pariwisata massal (mass tourism)". Masalah yang ditimbulkan oleh pariwisata massal terutama berdampak terhadap lingkungan dan aspek sosial budaya. Bali adalah sebuah pulau kecil, dengan adanya kedatangan wisatawan dalam jumlah besar pada periode yang sama dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan Bali.
Dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan di Bali dan meminimalkan pariwisata massal, kita harus mengembangkan pariwisata alternatif yang lebih peduli dengan kelestarian lingkungan. Sebagai contoh: ekowisata, hijau pariwisata, wisata budaya, wisata religi, wisata alam, pariwisata berbasis masyarakat.
Menurut TIES (International Ecotourism Society), merupakan asosiasi pertama yang berkomitmen mempromosikan prinsip-prinsip ekowisata, definisi ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah-daerah alami dan berkontribusi terhadap perlindungan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Ekowisata bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada wisatawan dan menyediakan dana untuk konservasi ekologis, pemberdayaan masyarakat lokal, untuk menawarkan manfaat dalam pembangunan ekonomi secara langsung dan untuk menjaga budaya yang berbeda.
Ada dua contoh tanggung jawab lingkungan, yaitu:
a.       Perjalanan bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan dan menopang kesejahteraan masyarakat setempat.
b.      Perjalanan bertanggung jawab ke daerah-daerah alami yang melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Ekowisata merupakan sebuah produk wisata yang memberikan penghormatan pada kehidupan dan kebudayaan masyarakat setempat, tidak merusak lingkungan serta dalam jumlah kecil. Wisatawan yang datang pun berkualitas yang lebih peduli akan keberlangsungan lingkungan dan cinta pada alam serta mau belajar tentang nilai-nilai budaya masyarakat yang dikunjungi. Ekowisata bertitik berat pada tiga hal utama yaitu: keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologis dapat diterima dalam kehidupan masyarakat.
b. Konsep Tri Hita Karana
Tri Hita Karana (THK) berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu: tri berate tiga, hita berarti baik, senang, gembira, lestari, selamat atau sejahtera, dan karana yang beraarti sebab, sebab-musabab atau lantaran. Jadi THK berarti tiga penyebab kebaikan, kesejahteraan, atau kebahagian, yang bersumber dari tiga hubungan yang harmonis, antara manusia dengan Tuhan Yang Maha esa, antara sesame manusia dan antara manusia dengan alam serta makhluk hidup lainnya. (Wijaya Kusuma,2000; Yudiata,2000 dalam Raka Dalam,2007)
Ketiga konsep yang paling populer di Bali sebagai berikut:
a.      Parhyangan
Parhyangan adalah satu dari tiga yang berkaitan dengan konsep tuhan. Pada tahap ini, manusia diminta untuk menjaga keselarasan dan keseimbangan dengan Tuhan.
b.      Pawongan
Pawongan adalah sebuah konsep yang dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan antara manusia dan manusia, dan konsep ini menggarisbawahi bagaimana untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain.
c.       Pelemahan
Palemahan, kata ini berasal dari kata lemah yang berarti tanah atau lingkungan. Secara umum, Pelemahan dan Tri Hita Karana memiliki aspek yang berhubungan dengan lingkungan.
Penerapan konsep Tri Hita Karana dalam industri pariwisata khususnya dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, secara ringkas perusahaan yang sesuai dengan falsafah Tri Hita Karana mesti memperhatikan aspek-aspek dalam bidang pelemahan berikut: (1) adanya komitmen perusahaan terhadap kualitas lingkungan; (2) Penerapan langgam (stil, gaya) dan konsep arsitektur Bali (Tri Mandala, Tri Angga, dan lain-lain); (3) Pelestarian dan Pengembangan ekosistem; (4) Pengelolaan limbah (cair, padat dan gas); serta buangan yang berbahaya dan beracun; (5) Partisipasi perusahaan terhadap masalah lingkungan dalam lingkup lokal, nasional, dan internasional; (6) Pengorganisasian yang jelas terhadap pengelolaan lingkungan; (7) Penghematan energi dan sumber daya alam; (8) Penamaan ruangan, bangunan, dan lain-lain yang sesuai dengan budaya Bali; (9) Pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan hukum positif/berlaku; (10) Melakukan pemantauan berkala serta evaluasi pengelolaan lingkungan.

6. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian   yang dilakukan tentang Dampak Perkembangan Pembangunan Sarana Akomodasi Wisata Terhadap Pariwisata Berkelanjutan Bali : “Perkembangan Pembangunan Vila di Kuta Utara” dapat ditarik kesimpulan bahwa dampak yang ditimbulkan baik secara positif maupun negatif yaitu pada aspek ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan. Secara ekonomi, dampak positif yang diperoleh adalah meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD) dengan adanya pembayaran pajak yang diterima pemerintah daerah. Selain itu, berkembangnya pembangunan sarana akomodasi juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dengan banyaknya pembangunan vila dan sarana akomodasi lainnya di lahan pertanian memberikan dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat terutama petani yang berada di sekitar kawasan pembangunan vila. Dengan banyak bangunan villa dan fasilitas wisata lainnya, banyak lahan produktif untuk pertanian telah diubah menjadi tempat-tempat akomodasi wisata. Sehingga dari tahun ke tahun hasil produksi pertanian mengalami penurunan maka mengurangi pendapatan bagi petani. Selain itu, dampak pembangunan terhadap lingkungan sekitarnya, seperti aliran air untuk pertanian karena dialihkan untuk kebutuhan konstruksi.
Untuk mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Bali, strategi yang yang dilakukan adalah dengan menerapkan konsep ekowisata dalam pengembangan pariwisata dan juga menerapkan konsep Tri Hita Karana yang merupakan konsep filosofis yang meresap dalam kehidupan masyarakat Bali (Hindu).
Untuk mengurangi dampak negatif yang timbul dengan berkembangnya industri pariwisata khususnya dalam perkembangan pembangunan sarana akomodasi, perlu adanya kerjasama antara pemerintah selaku pembuat kebijkan dengan pelaku industri pariwisata serta melibatkan masyarakat lokal yang berada di daerah pembangunan industri pariwisata terutama yang berkaitan dengan lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2008. Le Tourisme en France. INSEE. P98. www.tourisme.gouv.fr
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali 2010. http://bali.bps.go.id/tabel.php?id=8.
Cosmology and Tri Hita Karana Concept :http://www.balistarisland.com/Bali-Information/Balinese-Concept.htm.
Dalem, A.A.G.R.2007.Filosofi Tri Hita Karana dan Implementasinya dalam Industri Pariwisata.UPT Penerbit Universitas Udayana bekerja sama dengan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup. Denpasar
David Fennel. 2008. Ecotourism, third edition. Great Britain by TJ International Ltd, Padstow, Cornwall. p22
Ismoyo Soemarlan “Chairman Bali Villa Association” http://izinusahadibali.multiply.com/ journal/ item/38/Asosiasi_Vila_Bali_Keluhkan_Birokrasi_Izin_Yang_Rumit
Jenis-jenis Akomodasi Wisata: http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-akomodasi-pariwisata.html

Kusmayadi dan Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.  Bandung: RosdaKarya






 

No comments:

Post a Comment