DAMPAK PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN SARANA
AKOMODASI WISATA TERHADAP PARIWISATA BERKELANJUTAN DI BALI :
Rossi
Evita, I Nyoman Sirtha,I Nyoman Sunartha
ABSTRACT
The tourism industry is one of the
largest industries in the world. The tourism industry can absorb the labor
force in large numbers, to increase income and economy and can provide a large
contribution to a country. As one of the world's largest industry, tourism
development is expected to boost the economy so as to improve the welfare of
the community in which tourism is developed. The development of tourism must be
supported by all aspects and tourism support facilities such as: place of
accommodation (accommodation facilities: e.g. hotels, villas, etc.),
restaurant, travel agent, money changer, transportation, infrastructure and
tourism destinations that are offered to tourists. The aim of this research is
to determine how the impact of the construction of tourist accommodation
facilities, especially construction of villas in Bali towards sustainable
tourism and fatherly looking out strategies that must be done to achieve
sustainable tourism in Bali in the future. Type of data used was qualitative
and quantitative data obtained from literature study, documentation and
interviews via email. The analysis uses descriptive qualitative analysis
method. The results showed that in terms of economic development of the
construction of the villa has a positive impact on increasing revenue. In
addition to the positive impact on increasing revenue, negative impact that
posed that is productive agricultural land is reduced so that the diminishing
agricultural output each year, and pollution to the environment. In realizing
sustainable tourism required an appropriate strategy like development of
ecotourism and government policies as well as good cooperation between the
government and the tourism industry.
Kata
Kunci: dampak, perkembangan sarana akomodasi wisata, pariwisata berkelanjutan
1. PENDAHULUAN
Industri
pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Industri pariwisata
dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, mampu meningkatkan
pendapatan dan perekonomian serta dapat memberikan kontribusi yang besar pada
suatu negara. Hal inilah yang mendorong banyak negara tertarik untuk mengembangkan
pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan, terutama bagi negara yang
sedang berkembang termasuk Indonesia.
Sebagai salah
satu industri terbesar di dunia, perkembangan pariwisata diharapkan pariwisata
mampu meningkatkan perekonomian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dimana dikembangkannya pariwisata tersebut. Selain itu pariwisata
dapat memberikan manfaat bagi pelestarian alam, budaya serta lingkungan dan
berkelanjutan. Tetapi pada kenyataannya, manfaat ekonomi yang diperoleh dari
sektor pariwisata sering dibarengi dengan timbulnya masalah berkurangnya sumber
daya alam, masalah sosial budaya, dan lingkungan. Banyak dampak negatif yang
ditimbulkan dengan adanya perkembangan pariwisata, hal ini dikarenakan konsep
pariwisata pada awalnya mengarah kepada “mass tourism” ( pariwisata
massal), seperti berkurangnya sumber daya alam, tercemarnya lingkungan,
banyaknya pengalihan fungsi lahan produktif,
terjadinya eksploitasi sosial-budaya serta meningkatnya kriminalitas.
Hal inilah yang terjadi pada daerah-daerah yang mengembangkan pariwisata
terutama pada Bali sebagai destinasi pariwisata yang sering kunjungi wisatawan
di Indonesia.
Pengembangan
pariwisata harus didukung oleh semua aspek dan fasilitas-fasilitas pendukung
pariwisata lainnya seperti: tempat penginapan (sarana akomodasi: misalnya
hotel, villa, dan lain-lain), restaurant, travel agen, money changer, alat
transfortasi, infrastruktur serta
destinasi pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Salah satu tantangan
yang dihadapi adalah berkaitan dengan ancaman kerusakan lingkungan akibat dari
operasi dan keberadaan berbagai fasilitas pariwisata, seperti; hotel, villa,
restoran, artshops, biro perjalanan dan fasilitas penunjang lainnya.
Pulau Bali merupakan ikon pariwisata di
Indonesia dan juga menjadi salah satu tujuan wisata dunia. Dengan beraneka
ragam keindahan sumber daya alam, seni dan budaya serta kekhasan dan keunikan tradisi masyarakat
Bali, mampu memberikan daya tarik tersendiri kepada wisatawan baik wisatawan
domestik maupun wisatawan mancanegara.
Keberadaan villa
sebagai sarana penunjang atau fasilitas pendukung industri pariwisata, juga
membuka peluang bagi pengusaha atau investor untuk membangun villa. Beberapa
tahun terakhir, pembangunan villa semakin meningkat terutama di daerah kuta.
Jumlah villa yang ada sekitar 650 dengan total kamar 3.958 unit. Pengembangan
villa terbanyak terdapat di kabupaten badung, dengan persebaran jumlah vila
dominan terdapat di Kecamatan Kuta Utara yang mengambil porsi 45,60%, Kecamatan
Kuta 18,31%, Kuta Selatan 17,78%, Mengwi 17,61%, dan Abianemal 0,70%. Dari
jumlah itu, sebagian besar berlokasi di pedesaan yakni 57,41% dan sisanya di
pinggir pantai. Berdasarkan data statistik diatas, pembangunan villa terbanyak
berada di kecamatan Kuta Utara.
Banyak wisatawan
yang menjadikan villa sebagai alternatif penginapan, terutama bagi wisatawan
asing lebih memilih villa sebagai tempat peristirahatan daripada menginap di
hotel-hotel mewah. Alasan mereka memilih villa adalah selain menyediakan
pelayanan dan service lebih secara personal, villa juga memberi tingkat
kenyamanan dan keamanan yang lebih untuk terhindar dari ancaman-ancaman teror
maupun kriminal yang biasanya menyerang kelompok-kelompok wisatawan tertentu.
Semakin banyak
permintaan terhadap villa sebagai alternatif penginapan, sehingga pertumbuhan
pembangunan villa juga meningkat terutama di wilayah kuta utara. Perkembangan
villa ini memberikan pengaruh terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan
pada daerah ini. Sedikit banyak perkembangan villa memberikan dampak terhadap
lingkungan yang ada disekitarnya.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan menyangkut berbagai aspek
diantaranya lingkungan, ekonomi, dan sosial. Artinya Pembangunan pariwisata
harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan
dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara
ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat” (Piagam Pariwisata
Berkelanjutan, 1995).
Bali adalah
sebuah pulau kecil dengan luas 5.632 km2, dengan penduduk hampir 4
juta orang, memiliki keterbatasan daya dukung baik fisik maupun daya dukung
secara lingkungan. Oleh karena itu, sebagai destinasi wisata yang sudah
terkenal ke mancanegara, pembangunan keberlanjutan pada pariwisata Bali
merupakan suatu keharusan terutama di daerah yang banyak terdapat sarana
akomodasi pariwasata dan fasilitas pariwisata pendukung lainnya untuk
mengurangi dampak yang disebabkan oleh kegiatan pariwisata terutama terhadap
dampak lingkungan.
Perkembangan
industri pariwisata memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat
Bali, selain itu juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Lahan
hijau mulai berkurang, bahkan lahan pertanian beralih fungsi untuk lokasi
hotel, vila dan bangunan perumahan. Banyak vila dibangun mengabaikan peraturan
pemerintah yang telah ditentukan. Sehingga banyak dampak pada lingkungan fisik
di mana lokasi pembangunan vila dan fasilitas wisata lainnya.
Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan, harus
menghindari pariwisata massal. Semua negara yang mengembangkan sektor
pariwisata, menginginkan sejumlah besar wisatawan datang ke negara mereka.
Secara ekonomi, meningkatnya jumlah turis memiliki dampak positif terhadap
perekonomian suatu negara, tetapi sebaliknya berpengaruh negatif pada
lingkungan. Salah satu upaya untuk
mengurangi dampak negatif dari pariwisata massal (mass tourism), yaitu
pengembangan pariwisata alternatif yang lebih peduli dengan kelestarian
lingkungan dan juga merupakan pengembangan pariwisata berkelanjutan.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dalam penelitian ini ada dua
pertanyaan kunci yang perlu jawaban dan mencoba untuk menanggapi permasalahan
yang ada, yaitu:
a.
Bagaimana
dampak yang ditimbulkan dari pembangunan sarana akomodasi terutama vila?
b.
Bagaimana
strategi yang dilakukan untuk mencapai
pembangunan pariwisata berkelanjutan Bali di masa depan?
3. TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan
penelitian ini dapat digolongkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
Tujuan Umum
Secara umum
penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak yang ditimbulkan dengan
perkembangan pembangunan sarana akomodasi terutama pembangunan vila terhadap
pariwisata berkelanjutan di Bali.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui
bagaimana dampak dari perkembangan pembangunan sarana akomodasi wisata
b.
Mengetahui strategi
yang harus dilakukan untuk mencapai pariwisata berkelanjutan Bali dimasa akan
datang
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis:
Manfaat
Akademis
a.
Diharapkan
penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmiah, masukan bagi ilmu
pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji dampak dari pembangunan sarana
akomodasi wisata sehingga pariwisata berkelanjutan dapat diwujudkan.
b.
Dapat
menambah literatur bahan kajian penelitian dalam analisi dampak yang
ditimbulkan dengan perkembangan pembangunan sarana akomodasi wisata .
Manfaat
Praktis
a.
Sebagai
gambaran untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dengan adanya perkembangan
industri pariwisata khususnya dalam pembangunan sarana akomodasi terhadap
pariwisata berkelanjutan.
b.
Bagi
pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada instansi
terkait dalam mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh industri pariwisata
sehingga dapat menjadi acuan dalam menentukan straategi atau kebijakan yang
diambil dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan dengan bekerja sama dengan
para pelaku pariwisata dengan melibatkan masyarakat yang berada disekitar
industri pariwisata.
4. METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha
mendeskripsikan/menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan
akurat (Kusmayadi, 2000:29). Menurut Nazir
metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan
interprestasi yang tepat (Nazir, 1999:63).
Jenis data yang
dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data kualitatif yaitu data
yang berbentuk kalimat atau uraian dan data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka
(Nawawi, 2007:103).
Penelitian ini
menggunakan data sekunder. Sumber data sekunder yaitu data yang bersumber
bibliografis dan dokumentasi yaitu data yang berasal dari bahan kepustakaan, baik berupa ensiklopedi, buku,
artikel karya ilmiah dan data yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah
diperoleh dari sumber tidak langsung
yang telah ada atau data yang diperoleh dari dokumen dan arsip resmi (Moleong,
2010:159).
Dalam
menganalisis data penelitian yaitu bersifat kualitatif, deskriptif dan
interpretatif. Seluruh data diperoleh dari berbagai sumber baik studi
dokumentasi, ditranskripsikan dalam bentuk tulisan dan pendeskripsian ini
bersifat interpretatif (Moleong, 2010:114). Data perolehan hasil penelitian
selanjutnya dianalisis secara kualitatif
dengan interpretatip yaitu dengan melalui beberapa proses seperti:
verifikasi data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Penyajian hasil
analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif melalui penyampaian
dalam bentuk verbal dengan menggunakan teknik deskriftif interpretatif artinya hasil analisis dipaparkan dan diinterpretasikan sesuai dengan teori dan
kerangka pemikiran yang berlaku umum.
5.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Perkembangan Sarana Akomodasi Wisata
Akomodasi adalah suatu yang disediakan untuk memenuhi
kebutuhan, misalnya tempat menginap atau tempat tinggal sementara bagi orang
yang bepergian. Dalam kepariwisataan akomodasi merupakan suatu industri, jadi
pengertian industri akomodasi adalah suatu komponen industri pariwisata, karena
akomodasi dapat berupa suatu tempat atau kamar dimana orang-orang / pengunjung
/ wisatawan dapat beristirahat /menginap / tidur, mandi, makan dan minum serta
menikmati jasa pelayanan dan hiburan yang tersedia.
Akomodasi wisata secara umum dapat dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu :
a.
Akomodasi Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan
semata-mata untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
b.
Akomodasi Semi
Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan bukan
semata-mata untuk tujuan komersil, tetapi juga untuk tujuan sosial (masyarakat
yang kurang mampu).
c.
Akomodasi Non Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan diopersikan
semata-mata untuk tujuan non komersil, yaitu tidak mencari keuntungan atau
semata-mata untuk tujuan sosial atau bantuan secara cuma-cuma, namun khusus
untuk golongan/kalangan tertentu dan juga untuk tujuan tertentu.
Jenis-jenis Sarana Akomodasi:
a.
The Tourist Hotel
Hotel ini adalah bentuk akomodasi wisata
tertua. Ada tiga hotel di Perancis, yaitu hotels counterparts, hotel
jaringan (chain hotels), rantai hotel
dan relawan (chain hotels and volunteers).
b.
Les Campings (hotel diluar)
Terdiri dari tiga lokasi: lokasi
dipinggir jalan (lokasi bagi para wisatawan tidak hanya memilih tinggal); menyewa
ruang dalam setahun (lokasi tergantung pada residential tenancies, yaitu satu
klien untuk seluruh periode pembukaan kamp); dan sewa lokasi (lokasi kelompok
akomodasi yang tenang (Chalet, bungalo atau rumah mobil (caravan)).
c.
Furniture tourism
Ini adalah bentuk akomodasi wisata yang
ditujukan untuk klien dari bagian yang ingin tinggal beberapa hari, didasarkan
pada sewa tetap untuk perhari, mingguan atau bulanan dan yang tidak memilih
menetap.
d.
Residences Wisata (Résidences
de tourisme)
Jenis akomodasi yang menawarkan
akomodasi individu dan kelompok, disewa perhari, mingguan atau bulanan,
diklasifikasikan dari bintang 1 sampai bintang 4 tergantung pada peralatan dan
jasa yang ditawarkan.
e.
Liburan Desa (Villages de
vacances in French dan
Holiday Villages in English)
Holiday Villages menawarkan liburan
pada harga tetap dengan pemberian makanan atau sarana untuk persiapan.
f.
Résidences secondaires (rumah kedua)
Menurut INSEE (Institut National de la Statistique et
des Etudes Economiques), definisi Résidences secondaires (rumah kedua)
adalah rumah yang digunakan untuk akhir pekan, rekreasi atau liburan.
Untuk mendukung
industri pariwisata, dan pertama kali dibangunlah Hotel Bali Beach yang terletak di
Sanur. Sekarang, Hotel Bali Beach dikenal dengan Inna Grand Bali
Beach. Pada waktu itu, Hotel Bali Beach satu-satunya hunian wisata
yang bertingkat di Bali yaitu terdiri dari 10 lantai, sementara akomodasi yang
lain hanya memiliki satu lantai. Inna Grand Bali Beach mulai beroperasi
pada November 1966. Sejak itu, pembangunan sarana akomodasi mulai berkembang.
Di Sanur, pembangunan fasilitas akomodasi yang lebih terencana dan terorganisir
karena berdampingan sebelah Inna Grand Bali Beach Hotel.
Pengembangan
fasilitas akomodasi berkelas international dimulai dengan pengembangan daerah
Nusa Dua sebagai kawasan wisata dengan standar internasional. Hotel pertama
yang dibangun adalah Nusa Dua Beach Hotel pada periode 1981-1983. Dua
tahun kemudian, mereka membangun tiga hotel lainnya adalah Hotel Puri Bali,
Bali Hotel Melia Sol (sekarang Melia Bali Resort, Villas & Spa)
dan Club Med merupakan sebuah investasi asing asal Perancis. Kemudian
pada tahun 1991, mereka membangun empat hotel di dunia. Pembangunan kawasan
Nusa Dua dikelola oleh perusahaan untuk pengembangan pariwisata di Bali (Bali
Tourism Development Corporation).
Di daerah Kuta, fasilitas akomodasi tumbuh secara alami
sesuai dengan model hunian yang ada di wilayah ini. Fasilitas penginapan di
wilayah ini didominasi oleh jenis keluarga angkat (indekos) dan dewan dibandingkan
dengan hotel dengan standar. Dan daerah Ubud, dimana akomodasi yang ditandai
dengan rumah-rumah penduduk dengan suasana pedesaan.
Dengan berkembangnya pariwisata di pulau Dewata ini,
pembangunan sarana akomodasi ini berkembang pesat, khususnya di wilayah Badung,
Denpasar dan Gianyar. Dengan demikian, pemerintah daerah memutuskan untuk
mendedikasikan 15 area akomodasi Bali dan promosi pariwisata. Sampai saat ini,
di Bali, ada lebih dari 35.000 kamar hotel dengan berbagai jenis akomodasi
seperti vila, hotel bintang lima. Dengan jenis akomodasi lainnya juga beragam,
ada model rumah, hotel, villa, cottage dan hotel butik (pondok).
Salah satu jenis tempat penginapan yang dikembangkan di
pulau seribu pura ini adalah Villa. Villa adalah salah satu sarana akomodasi
lain dari hotel yang menawarkan layanan dan suasana untuk menjalani kehidupan
pribadi lebih dari usaha akomodasi lainnya. Biasanya dalam bentuk villa
bangunan tunggal atau kompleks bangunan dengan berbagai fasilitas pendukung
seperti rumah keluarga, seperti dapur, kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi,
kolam renang, garasi, dan lain-lain.
Bahkan, ada
beberapa vila yang memiliki konsep standar seperti hotel mewah bintang 5. Pengembangan vila
pertama kali diamati pada akhir 1980-an dengan konstruksi "The Villas"
di Seminyak. Sejak itu, banyak akomodasi jenis vila dibangun di kawasan wisata
Kabupaten Badung khususnya, atau di Kuta Utara.
Berdasarkan data
yang tersedia di Biro Pusat Statistik Provinsi Bali, jumlah hotel berbintang 1
sampai 5 di Bali pada 2009 mencapai jumlah hotel 149. Sementara itu, jumlah
non-bintang hotel dan akomodasi wisata seperti villa atau cottage, untuk tahun
2009, ada 1515. Angka ini lebih tinggi daripada dalam empat tahun sebelumnya
(2005) di mana ada 1477. Hal ini menunjukkan seberapa cepat berkembang
akomodasi wisata di Bali. Berdasarkan data Bali
Villa Association, jumlah vila cukup besar yaitu lebih kurang 638 buah yang tersebar di seluruh Bali.
5.2
Dampak Perkembangan Sarana Akomodasi
Sebelum mengembangkan industri
pariwisata, perekonomian Bali didasarkan pada pertanian dan perkebunan. Orang
Bali telah bekerja sebagai petani. Pertanian di Bali, khususnya sawah dan
sistem irigasi yang disebut "Subak" adalah daya tarik bagi wisatawan.
Dengan berkembangnya industri pariwisata yang juga diikuti dengan perkembangan
pembangunan sarana akomodasi wisata serta fasilitas pendukung lainnya, selain
dampak positif terhadap meningkatnya perekonomian dan bertambahnya lowongan
pekerjaan sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Dampak positif dengan adanya
perkembangan industri pariwisata dapat dilihat dari meningakatnya pendapatan
asli daerah. Selain dampak positif yang dirasakan, timbulkan juga dampak
negatif dengan adanya perkembangan pariwisata terutama dengan pembangunan
sarana akomodasi dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya terutama terhadap
lingkungan.
Di Bali, dampak
negatif dari pengembangan pariwisata pada lingkungan fisik sangat mudah untuk
menemukan, baik di tanah atau darat, laut dan udara. Kehancuran dan polusi antara lain air (termasuk air tanah dan air
permukaan) serta tanah dan udara. Berkurangnya lahan produktif untuk pertanian
karena banyak bangunan berada di lahan pertanian yang subur dialihfungsikan
untuk pembangunan sarana akomodasi dan infrastruktur lainnya, sehingga hasil
produksi pertanian semakin berkurang dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data
statistik kabupaten Badung, pada tahun 2009 rata-rata produksi pertanian dalah
67,36 kwintal 2009 / ha dengan luas panen 18.790 ha dan produksi 126.575 ton
total. Hasil ini turun dari 2008, rata-rata produksi pertanian mencapai 67,74
kwintal / ha dengan 19.012 ha luas panen dan produksi total 128.779 ton. Adapun
penurunan produksi beras pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008, itu adalah
-1,12%. Jika kita menganalisis jumlah produksi beras 2005-2009, persentase
penurunan adalah 0,021% karena penurunan luas lahan -1,71%. Masyarakat
pertanian yang bergantung pada pertanian untuk pendapatan, mengalami kerugian
untuk biaya pengolahan beras dan biaya hidup terus meningkat.
5.3 Perkembangan
Pariwisata Bali
Perkembangan Pariwisata Indonesia
khususnya Bali sudah mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan dengan adanya
kebijakan pemerintah terhadap infrastruktur, fasilitas, objek, dan atraksi
pariwisata. Investasi mulai dibuka untuk penanaman modal asing maupun dalam
negeri dalam membangun fasilitas akomodasi, transportasi, telekomunikasi, serta
pendukung pariwisata lainnya. Perkembangan pariwisata Bali dari tahun 1999-2010
berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1: Jumlah wisatawan pada tahun
1999-2010
No
|
Tahun
|
Jumlah Wisatawan
|
1
|
1999
|
1.355.799
|
2
|
2000
|
1.412.839
|
3
|
2001
|
1.356.774
|
4
|
2002
|
1.285.844
|
5
|
2003
|
993.029
|
6
|
2004
|
1.458.309
|
7
|
2005
|
1.386.449
|
8
|
2006
|
1.260.317
|
9
|
2007
|
1.664.854
|
10
|
2008
|
1.868.892
|
11
|
2009
|
2.229.945
|
12
|
2010
|
2.576.142
|
Sumber: Dinas
Pariwisata Provinsi Bali
Berdasarkan tabel diatas, jumlah
wisatawan yang datang ke Bali tahun 2000 meningkat sebesar 4,21% dibandingkan
dengan tahun 1999. tetapi dalam tiga tahun ke depan, jumlah wisatawan mengalami
penurunan . Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang terjadi pada waktu itu,
karena krisis ekonomi dan bom di Bali yang mengakibatkan banyak meninggalnya
turis asing pada tahun 2002. Sehingga pada tahun 2003 jumlah wisatawan menurun drastis.
Pada
tahun 2004, situasi telah membaik dan keinginan wisatawan kembali ke Bali. Dari
tahun 2003, peningkatan jumlah wisatawan yang datang mencapai 46,85%. Ini
berarti bahwa Bali masih merupakan daya tarik besar bagi wisatawan baik
domestik maupun asing. Seperti pada tahun 2002, juga pada tahun 2005 terjadi
pengeboman kedua di Bali. Dua tahun berturut-turut telah menghasilkan penurunan
kedatangan wisatawan. Tetapi pada tahun berikutnya (2007), jumlah wisatawan
meningkat sampai tahun 2009. Peningkatan jumlah wisatawan meningkat 19,32%
dibandingkan tahun 2008.
Berdasarkan
data yang tersedia pada Biro Pusat Statistik, pengembangan pariwisata di Bali
dengan melihat jumlah wisatawan asing yang tiba di Bali pada tahun 2010
mencapai 2.576.142 pengunjung. Data ini menunjukkan bahwa wisatawan asing yang
datang ke Bali naik 8,01% dibandingkan dengan tahun 2009. Kemudian pada tahun
2011, untuk kuartal pertama (Januari-April), para wisatawan mencapai 848.899
orang atau lebih dari 13,37% dibandingkan kuartal yang sama tahun 2010. Dengan
Australia, Cina, Jepang, Malaysia, dan Taiwan yang memegang jumlah terbesar
dengan persentase masing-masing 25,90% 8,39% 7,59% 6,19% dan 4,65%.
5.4 Strategi
dalam pembangunan pariwisata Bali
a. Penerapan
Konsep Ekowisata
Salah satu masalah yang ditemukan di bidang pariwisata
adalah wisatawan yang tiba di suatu destinasi wisata dalam jumlah besar yaitu
kita sebut "pariwisata massal (mass tourism)". Masalah yang
ditimbulkan oleh pariwisata massal terutama berdampak terhadap lingkungan dan
aspek sosial budaya. Bali adalah sebuah pulau kecil, dengan adanya kedatangan
wisatawan dalam jumlah besar pada periode yang sama dapat mempengaruhi
keseimbangan lingkungan Bali.
Dalam
pembangunan pariwisata berkelanjutan di Bali dan meminimalkan pariwisata
massal, kita harus mengembangkan pariwisata alternatif yang lebih peduli dengan
kelestarian lingkungan. Sebagai contoh: ekowisata, hijau pariwisata, wisata
budaya, wisata religi, wisata alam, pariwisata berbasis masyarakat.
Menurut TIES
(International Ecotourism Society), merupakan asosiasi pertama yang
berkomitmen mempromosikan prinsip-prinsip ekowisata, definisi ekowisata adalah
suatu bentuk perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah-daerah alami dan
berkontribusi terhadap perlindungan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
setempat.
Ekowisata
bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada wisatawan dan menyediakan dana
untuk konservasi ekologis, pemberdayaan masyarakat lokal, untuk menawarkan
manfaat dalam pembangunan ekonomi secara langsung dan untuk menjaga budaya yang
berbeda.
Ada dua contoh tanggung jawab
lingkungan, yaitu:
a.
Perjalanan
bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan dan menopang kesejahteraan
masyarakat setempat.
b.
Perjalanan
bertanggung jawab ke daerah-daerah alami yang melestarikan lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Ekowisata
merupakan sebuah produk wisata yang memberikan penghormatan pada kehidupan dan
kebudayaan masyarakat setempat, tidak merusak lingkungan serta dalam jumlah
kecil. Wisatawan yang datang pun berkualitas yang lebih peduli akan
keberlangsungan lingkungan dan cinta pada alam serta mau belajar tentang
nilai-nilai budaya masyarakat yang dikunjungi. Ekowisata bertitik berat pada
tiga hal utama yaitu: keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat
ekonomi, dan secara psikologis dapat diterima dalam kehidupan masyarakat.
b. Konsep Tri
Hita Karana
Tri Hita Karana
(THK) berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu: tri berate tiga, hita berarti
baik, senang, gembira, lestari, selamat atau sejahtera, dan karana yang
beraarti sebab, sebab-musabab atau lantaran. Jadi THK berarti tiga penyebab
kebaikan, kesejahteraan, atau kebahagian, yang bersumber dari tiga hubungan
yang harmonis, antara manusia dengan Tuhan Yang Maha esa, antara sesame manusia
dan antara manusia dengan alam serta makhluk hidup lainnya. (Wijaya
Kusuma,2000; Yudiata,2000 dalam Raka Dalam,2007)
Ketiga konsep
yang paling populer di Bali sebagai berikut:
a.
Parhyangan
Parhyangan adalah satu dari tiga yang
berkaitan dengan konsep tuhan. Pada tahap ini, manusia diminta untuk menjaga
keselarasan dan keseimbangan dengan Tuhan.
b.
Pawongan
Pawongan adalah sebuah konsep yang
dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan antara manusia dan
manusia, dan konsep ini menggarisbawahi bagaimana untuk menjaga hubungan baik
dengan orang lain.
c.
Pelemahan
Palemahan,
kata ini berasal dari kata lemah yang berarti tanah atau lingkungan. Secara
umum, Pelemahan dan Tri Hita Karana memiliki aspek yang berhubungan dengan
lingkungan.
Penerapan konsep
Tri Hita Karana dalam industri pariwisata khususnya dalam pembangunan
pariwisata berkelanjutan, secara ringkas perusahaan yang sesuai dengan falsafah
Tri Hita Karana mesti memperhatikan aspek-aspek dalam bidang pelemahan
berikut: (1) adanya komitmen perusahaan terhadap kualitas lingkungan; (2)
Penerapan langgam (stil, gaya) dan konsep arsitektur Bali (Tri Mandala, Tri
Angga, dan lain-lain); (3) Pelestarian dan Pengembangan ekosistem; (4)
Pengelolaan limbah (cair, padat dan gas); serta buangan yang berbahaya dan beracun;
(5) Partisipasi perusahaan terhadap masalah lingkungan dalam lingkup lokal,
nasional, dan internasional; (6) Pengorganisasian yang jelas terhadap
pengelolaan lingkungan; (7) Penghematan energi dan sumber daya alam; (8)
Penamaan ruangan, bangunan, dan lain-lain yang sesuai dengan budaya Bali; (9)
Pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan hukum positif/berlaku; (10) Melakukan
pemantauan berkala serta evaluasi pengelolaan lingkungan.
6. SIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan tentang
Dampak Perkembangan Pembangunan Sarana Akomodasi Wisata Terhadap Pariwisata
Berkelanjutan Bali : “Perkembangan Pembangunan Vila di Kuta Utara” dapat
ditarik kesimpulan bahwa dampak yang ditimbulkan baik secara positif maupun
negatif yaitu pada aspek ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan. Secara ekonomi,
dampak positif yang diperoleh adalah meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD)
dengan adanya pembayaran pajak yang diterima pemerintah daerah. Selain itu,
berkembangnya pembangunan sarana akomodasi juga membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitarnya.
Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa dengan banyaknya pembangunan vila dan sarana
akomodasi lainnya di lahan pertanian memberikan dampak negatif yang dirasakan
oleh masyarakat terutama petani yang berada di sekitar kawasan pembangunan
vila. Dengan banyak bangunan villa dan fasilitas wisata lainnya, banyak lahan
produktif untuk pertanian telah diubah menjadi tempat-tempat akomodasi wisata.
Sehingga dari tahun ke tahun hasil produksi pertanian mengalami penurunan maka
mengurangi pendapatan bagi petani. Selain itu, dampak pembangunan terhadap
lingkungan sekitarnya, seperti aliran air untuk pertanian karena dialihkan
untuk kebutuhan konstruksi.
Untuk
mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Bali, strategi yang yang
dilakukan adalah dengan menerapkan konsep ekowisata dalam pengembangan
pariwisata dan juga menerapkan konsep Tri Hita Karana yang merupakan konsep
filosofis yang meresap dalam kehidupan masyarakat Bali (Hindu).
Untuk
mengurangi dampak negatif yang timbul dengan berkembangnya industri pariwisata
khususnya dalam perkembangan pembangunan sarana akomodasi, perlu adanya
kerjasama antara pemerintah selaku pembuat kebijkan dengan pelaku industri
pariwisata serta melibatkan masyarakat lokal yang berada di daerah pembangunan
industri pariwisata terutama yang berkaitan dengan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Le
Tourisme en France. INSEE. P98. www.tourisme.gouv.fr
Badan Pusat
Statistik Provinsi Bali 2010. http://bali.bps.go.id/tabel.php?id=8.
Cosmology and
Tri Hita Karana Concept
:http://www.balistarisland.com/Bali-Information/Balinese-Concept.htm.
Dalem,
A.A.G.R.2007.Filosofi Tri Hita Karana dan Implementasinya dalam Industri
Pariwisata.UPT Penerbit Universitas Udayana bekerja sama dengan Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup. Denpasar
David Fennel.
2008. Ecotourism, third edition. Great Britain by TJ International Ltd,
Padstow, Cornwall. p22
Ismoyo Soemarlan
“Chairman Bali Villa Association” http://izinusahadibali.multiply.com/ journal/
item/38/Asosiasi_Vila_Bali_Keluhkan_Birokrasi_Izin_Yang_Rumit
Jenis-jenis Akomodasi
Wisata:
http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-akomodasi-pariwisata.html
Kusmayadi dan
Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy J.
2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: RosdaKarya
DAMPAK PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN SARANA
AKOMODASI WISATA TERHADAP PARIWISATA BERKELANJUTAN DI BALI :
Rossi
Evita, I Nyoman Sirtha,I Nyoman Sunartha
ABSTRACT
The tourism industry is one of the
largest industries in the world. The tourism industry can absorb the labor
force in large numbers, to increase income and economy and can provide a large
contribution to a country. As one of the world's largest industry, tourism
development is expected to boost the economy so as to improve the welfare of
the community in which tourism is developed. The development of tourism must be
supported by all aspects and tourism support facilities such as: place of
accommodation (accommodation facilities: e.g. hotels, villas, etc.),
restaurant, travel agent, money changer, transportation, infrastructure and
tourism destinations that are offered to tourists. The aim of this research is
to determine how the impact of the construction of tourist accommodation
facilities, especially construction of villas in Bali towards sustainable
tourism and fatherly looking out strategies that must be done to achieve
sustainable tourism in Bali in the future. Type of data used was qualitative
and quantitative data obtained from literature study, documentation and
interviews via email. The analysis uses descriptive qualitative analysis
method. The results showed that in terms of economic development of the
construction of the villa has a positive impact on increasing revenue. In
addition to the positive impact on increasing revenue, negative impact that
posed that is productive agricultural land is reduced so that the diminishing
agricultural output each year, and pollution to the environment. In realizing
sustainable tourism required an appropriate strategy like development of
ecotourism and government policies as well as good cooperation between the
government and the tourism industry.
Kata
Kunci: dampak, perkembangan sarana akomodasi wisata, pariwisata berkelanjutan
1. PENDAHULUAN
Industri
pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Industri pariwisata
dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, mampu meningkatkan
pendapatan dan perekonomian serta dapat memberikan kontribusi yang besar pada
suatu negara. Hal inilah yang mendorong banyak negara tertarik untuk mengembangkan
pariwisata sebagai salah satu sektor pembangunan, terutama bagi negara yang
sedang berkembang termasuk Indonesia.
Sebagai salah
satu industri terbesar di dunia, perkembangan pariwisata diharapkan pariwisata
mampu meningkatkan perekonomian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dimana dikembangkannya pariwisata tersebut. Selain itu pariwisata
dapat memberikan manfaat bagi pelestarian alam, budaya serta lingkungan dan
berkelanjutan. Tetapi pada kenyataannya, manfaat ekonomi yang diperoleh dari
sektor pariwisata sering dibarengi dengan timbulnya masalah berkurangnya sumber
daya alam, masalah sosial budaya, dan lingkungan. Banyak dampak negatif yang
ditimbulkan dengan adanya perkembangan pariwisata, hal ini dikarenakan konsep
pariwisata pada awalnya mengarah kepada “mass tourism” ( pariwisata
massal), seperti berkurangnya sumber daya alam, tercemarnya lingkungan,
banyaknya pengalihan fungsi lahan produktif,
terjadinya eksploitasi sosial-budaya serta meningkatnya kriminalitas.
Hal inilah yang terjadi pada daerah-daerah yang mengembangkan pariwisata
terutama pada Bali sebagai destinasi pariwisata yang sering kunjungi wisatawan
di Indonesia.
Pengembangan
pariwisata harus didukung oleh semua aspek dan fasilitas-fasilitas pendukung
pariwisata lainnya seperti: tempat penginapan (sarana akomodasi: misalnya
hotel, villa, dan lain-lain), restaurant, travel agen, money changer, alat
transfortasi, infrastruktur serta
destinasi pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Salah satu tantangan
yang dihadapi adalah berkaitan dengan ancaman kerusakan lingkungan akibat dari
operasi dan keberadaan berbagai fasilitas pariwisata, seperti; hotel, villa,
restoran, artshops, biro perjalanan dan fasilitas penunjang lainnya.
Pulau Bali merupakan ikon pariwisata di
Indonesia dan juga menjadi salah satu tujuan wisata dunia. Dengan beraneka
ragam keindahan sumber daya alam, seni dan budaya serta kekhasan dan keunikan tradisi masyarakat
Bali, mampu memberikan daya tarik tersendiri kepada wisatawan baik wisatawan
domestik maupun wisatawan mancanegara.
Keberadaan villa
sebagai sarana penunjang atau fasilitas pendukung industri pariwisata, juga
membuka peluang bagi pengusaha atau investor untuk membangun villa. Beberapa
tahun terakhir, pembangunan villa semakin meningkat terutama di daerah kuta.
Jumlah villa yang ada sekitar 650 dengan total kamar 3.958 unit. Pengembangan
villa terbanyak terdapat di kabupaten badung, dengan persebaran jumlah vila
dominan terdapat di Kecamatan Kuta Utara yang mengambil porsi 45,60%, Kecamatan
Kuta 18,31%, Kuta Selatan 17,78%, Mengwi 17,61%, dan Abianemal 0,70%. Dari
jumlah itu, sebagian besar berlokasi di pedesaan yakni 57,41% dan sisanya di
pinggir pantai. Berdasarkan data statistik diatas, pembangunan villa terbanyak
berada di kecamatan Kuta Utara.
Banyak wisatawan
yang menjadikan villa sebagai alternatif penginapan, terutama bagi wisatawan
asing lebih memilih villa sebagai tempat peristirahatan daripada menginap di
hotel-hotel mewah. Alasan mereka memilih villa adalah selain menyediakan
pelayanan dan service lebih secara personal, villa juga memberi tingkat
kenyamanan dan keamanan yang lebih untuk terhindar dari ancaman-ancaman teror
maupun kriminal yang biasanya menyerang kelompok-kelompok wisatawan tertentu.
Semakin banyak
permintaan terhadap villa sebagai alternatif penginapan, sehingga pertumbuhan
pembangunan villa juga meningkat terutama di wilayah kuta utara. Perkembangan
villa ini memberikan pengaruh terhadap pembangunan pariwisata berkelanjutan
pada daerah ini. Sedikit banyak perkembangan villa memberikan dampak terhadap
lingkungan yang ada disekitarnya.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan menyangkut berbagai aspek
diantaranya lingkungan, ekonomi, dan sosial. Artinya Pembangunan pariwisata
harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan
dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara
ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat” (Piagam Pariwisata
Berkelanjutan, 1995).
Bali adalah
sebuah pulau kecil dengan luas 5.632 km2, dengan penduduk hampir 4
juta orang, memiliki keterbatasan daya dukung baik fisik maupun daya dukung
secara lingkungan. Oleh karena itu, sebagai destinasi wisata yang sudah
terkenal ke mancanegara, pembangunan keberlanjutan pada pariwisata Bali
merupakan suatu keharusan terutama di daerah yang banyak terdapat sarana
akomodasi pariwasata dan fasilitas pariwisata pendukung lainnya untuk
mengurangi dampak yang disebabkan oleh kegiatan pariwisata terutama terhadap
dampak lingkungan.
Perkembangan
industri pariwisata memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat
Bali, selain itu juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Lahan
hijau mulai berkurang, bahkan lahan pertanian beralih fungsi untuk lokasi
hotel, vila dan bangunan perumahan. Banyak vila dibangun mengabaikan peraturan
pemerintah yang telah ditentukan. Sehingga banyak dampak pada lingkungan fisik
di mana lokasi pembangunan vila dan fasilitas wisata lainnya.
Dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan, harus
menghindari pariwisata massal. Semua negara yang mengembangkan sektor
pariwisata, menginginkan sejumlah besar wisatawan datang ke negara mereka.
Secara ekonomi, meningkatnya jumlah turis memiliki dampak positif terhadap
perekonomian suatu negara, tetapi sebaliknya berpengaruh negatif pada
lingkungan. Salah satu upaya untuk
mengurangi dampak negatif dari pariwisata massal (mass tourism), yaitu
pengembangan pariwisata alternatif yang lebih peduli dengan kelestarian
lingkungan dan juga merupakan pengembangan pariwisata berkelanjutan.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dalam penelitian ini ada dua
pertanyaan kunci yang perlu jawaban dan mencoba untuk menanggapi permasalahan
yang ada, yaitu:
a.
Bagaimana
dampak yang ditimbulkan dari pembangunan sarana akomodasi terutama vila?
b.
Bagaimana
strategi yang dilakukan untuk mencapai
pembangunan pariwisata berkelanjutan Bali di masa depan?
3. TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan
penelitian ini dapat digolongkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu:
Tujuan Umum
Secara umum
penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak yang ditimbulkan dengan
perkembangan pembangunan sarana akomodasi terutama pembangunan vila terhadap
pariwisata berkelanjutan di Bali.
Tujuan Khusus
a.
Mengetahui
bagaimana dampak dari perkembangan pembangunan sarana akomodasi wisata
b.
Mengetahui strategi
yang harus dilakukan untuk mencapai pariwisata berkelanjutan Bali dimasa akan
datang
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis:
Manfaat
Akademis
a.
Diharapkan
penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmiah, masukan bagi ilmu
pengetahuan dan pengalaman dalam mengkaji dampak dari pembangunan sarana
akomodasi wisata sehingga pariwisata berkelanjutan dapat diwujudkan.
b.
Dapat
menambah literatur bahan kajian penelitian dalam analisi dampak yang
ditimbulkan dengan perkembangan pembangunan sarana akomodasi wisata .
Manfaat
Praktis
a.
Sebagai
gambaran untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan dengan adanya perkembangan
industri pariwisata khususnya dalam pembangunan sarana akomodasi terhadap
pariwisata berkelanjutan.
b.
Bagi
pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada instansi
terkait dalam mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh industri pariwisata
sehingga dapat menjadi acuan dalam menentukan straategi atau kebijakan yang
diambil dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan dengan bekerja sama dengan
para pelaku pariwisata dengan melibatkan masyarakat yang berada disekitar
industri pariwisata.
4. METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang berusaha
mendeskripsikan/menggambarkan/melukiskan fenomena atau hubungan antar fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual dan
akurat (Kusmayadi, 2000:29). Menurut Nazir
metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan
interprestasi yang tepat (Nazir, 1999:63).
Jenis data yang
dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data kualitatif yaitu data
yang berbentuk kalimat atau uraian dan data kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka
(Nawawi, 2007:103).
Penelitian ini
menggunakan data sekunder. Sumber data sekunder yaitu data yang bersumber
bibliografis dan dokumentasi yaitu data yang berasal dari bahan kepustakaan, baik berupa ensiklopedi, buku,
artikel karya ilmiah dan data yang diterbitkan oleh lembaga pemerintah
diperoleh dari sumber tidak langsung
yang telah ada atau data yang diperoleh dari dokumen dan arsip resmi (Moleong,
2010:159).
Dalam
menganalisis data penelitian yaitu bersifat kualitatif, deskriptif dan
interpretatif. Seluruh data diperoleh dari berbagai sumber baik studi
dokumentasi, ditranskripsikan dalam bentuk tulisan dan pendeskripsian ini
bersifat interpretatif (Moleong, 2010:114). Data perolehan hasil penelitian
selanjutnya dianalisis secara kualitatif
dengan interpretatip yaitu dengan melalui beberapa proses seperti:
verifikasi data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Penyajian hasil
analisis data penelitian ini dilakukan secara kualitatif melalui penyampaian
dalam bentuk verbal dengan menggunakan teknik deskriftif interpretatif artinya hasil analisis dipaparkan dan diinterpretasikan sesuai dengan teori dan
kerangka pemikiran yang berlaku umum.
5.
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Perkembangan Sarana Akomodasi Wisata
Akomodasi adalah suatu yang disediakan untuk memenuhi
kebutuhan, misalnya tempat menginap atau tempat tinggal sementara bagi orang
yang bepergian. Dalam kepariwisataan akomodasi merupakan suatu industri, jadi
pengertian industri akomodasi adalah suatu komponen industri pariwisata, karena
akomodasi dapat berupa suatu tempat atau kamar dimana orang-orang / pengunjung
/ wisatawan dapat beristirahat /menginap / tidur, mandi, makan dan minum serta
menikmati jasa pelayanan dan hiburan yang tersedia.
Akomodasi wisata secara umum dapat dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu :
a.
Akomodasi Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan
semata-mata untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.
b.
Akomodasi Semi
Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan dioperasikan bukan
semata-mata untuk tujuan komersil, tetapi juga untuk tujuan sosial (masyarakat
yang kurang mampu).
c.
Akomodasi Non Komersil, yaitu akomodasi yang dibangun dan diopersikan
semata-mata untuk tujuan non komersil, yaitu tidak mencari keuntungan atau
semata-mata untuk tujuan sosial atau bantuan secara cuma-cuma, namun khusus
untuk golongan/kalangan tertentu dan juga untuk tujuan tertentu.
Jenis-jenis Sarana Akomodasi:
a.
The Tourist Hotel
Hotel ini adalah bentuk akomodasi wisata
tertua. Ada tiga hotel di Perancis, yaitu hotels counterparts, hotel
jaringan (chain hotels), rantai hotel
dan relawan (chain hotels and volunteers).
b.
Les Campings (hotel diluar)
Terdiri dari tiga lokasi: lokasi
dipinggir jalan (lokasi bagi para wisatawan tidak hanya memilih tinggal); menyewa
ruang dalam setahun (lokasi tergantung pada residential tenancies, yaitu satu
klien untuk seluruh periode pembukaan kamp); dan sewa lokasi (lokasi kelompok
akomodasi yang tenang (Chalet, bungalo atau rumah mobil (caravan)).
c.
Furniture tourism
Ini adalah bentuk akomodasi wisata yang
ditujukan untuk klien dari bagian yang ingin tinggal beberapa hari, didasarkan
pada sewa tetap untuk perhari, mingguan atau bulanan dan yang tidak memilih
menetap.
d.
Residences Wisata (Résidences
de tourisme)
Jenis akomodasi yang menawarkan
akomodasi individu dan kelompok, disewa perhari, mingguan atau bulanan,
diklasifikasikan dari bintang 1 sampai bintang 4 tergantung pada peralatan dan
jasa yang ditawarkan.
e.
Liburan Desa (Villages de
vacances in French dan
Holiday Villages in English)
Holiday Villages menawarkan liburan
pada harga tetap dengan pemberian makanan atau sarana untuk persiapan.
f.
Résidences secondaires (rumah kedua)
Menurut INSEE (Institut National de la Statistique et
des Etudes Economiques), definisi Résidences secondaires (rumah kedua)
adalah rumah yang digunakan untuk akhir pekan, rekreasi atau liburan.
Untuk mendukung
industri pariwisata, dan pertama kali dibangunlah Hotel Bali Beach yang terletak di
Sanur. Sekarang, Hotel Bali Beach dikenal dengan Inna Grand Bali
Beach. Pada waktu itu, Hotel Bali Beach satu-satunya hunian wisata
yang bertingkat di Bali yaitu terdiri dari 10 lantai, sementara akomodasi yang
lain hanya memiliki satu lantai. Inna Grand Bali Beach mulai beroperasi
pada November 1966. Sejak itu, pembangunan sarana akomodasi mulai berkembang.
Di Sanur, pembangunan fasilitas akomodasi yang lebih terencana dan terorganisir
karena berdampingan sebelah Inna Grand Bali Beach Hotel.
Pengembangan
fasilitas akomodasi berkelas international dimulai dengan pengembangan daerah
Nusa Dua sebagai kawasan wisata dengan standar internasional. Hotel pertama
yang dibangun adalah Nusa Dua Beach Hotel pada periode 1981-1983. Dua
tahun kemudian, mereka membangun tiga hotel lainnya adalah Hotel Puri Bali,
Bali Hotel Melia Sol (sekarang Melia Bali Resort, Villas & Spa)
dan Club Med merupakan sebuah investasi asing asal Perancis. Kemudian
pada tahun 1991, mereka membangun empat hotel di dunia. Pembangunan kawasan
Nusa Dua dikelola oleh perusahaan untuk pengembangan pariwisata di Bali (Bali
Tourism Development Corporation).
Di daerah Kuta, fasilitas akomodasi tumbuh secara alami
sesuai dengan model hunian yang ada di wilayah ini. Fasilitas penginapan di
wilayah ini didominasi oleh jenis keluarga angkat (indekos) dan dewan dibandingkan
dengan hotel dengan standar. Dan daerah Ubud, dimana akomodasi yang ditandai
dengan rumah-rumah penduduk dengan suasana pedesaan.
Dengan berkembangnya pariwisata di pulau Dewata ini,
pembangunan sarana akomodasi ini berkembang pesat, khususnya di wilayah Badung,
Denpasar dan Gianyar. Dengan demikian, pemerintah daerah memutuskan untuk
mendedikasikan 15 area akomodasi Bali dan promosi pariwisata. Sampai saat ini,
di Bali, ada lebih dari 35.000 kamar hotel dengan berbagai jenis akomodasi
seperti vila, hotel bintang lima. Dengan jenis akomodasi lainnya juga beragam,
ada model rumah, hotel, villa, cottage dan hotel butik (pondok).
Salah satu jenis tempat penginapan yang dikembangkan di
pulau seribu pura ini adalah Villa. Villa adalah salah satu sarana akomodasi
lain dari hotel yang menawarkan layanan dan suasana untuk menjalani kehidupan
pribadi lebih dari usaha akomodasi lainnya. Biasanya dalam bentuk villa
bangunan tunggal atau kompleks bangunan dengan berbagai fasilitas pendukung
seperti rumah keluarga, seperti dapur, kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi,
kolam renang, garasi, dan lain-lain.
Bahkan, ada
beberapa vila yang memiliki konsep standar seperti hotel mewah bintang 5. Pengembangan vila
pertama kali diamati pada akhir 1980-an dengan konstruksi "The Villas"
di Seminyak. Sejak itu, banyak akomodasi jenis vila dibangun di kawasan wisata
Kabupaten Badung khususnya, atau di Kuta Utara.
Berdasarkan data
yang tersedia di Biro Pusat Statistik Provinsi Bali, jumlah hotel berbintang 1
sampai 5 di Bali pada 2009 mencapai jumlah hotel 149. Sementara itu, jumlah
non-bintang hotel dan akomodasi wisata seperti villa atau cottage, untuk tahun
2009, ada 1515. Angka ini lebih tinggi daripada dalam empat tahun sebelumnya
(2005) di mana ada 1477. Hal ini menunjukkan seberapa cepat berkembang
akomodasi wisata di Bali. Berdasarkan data Bali
Villa Association, jumlah vila cukup besar yaitu lebih kurang 638 buah yang tersebar di seluruh Bali.
5.2
Dampak Perkembangan Sarana Akomodasi
Sebelum mengembangkan industri
pariwisata, perekonomian Bali didasarkan pada pertanian dan perkebunan. Orang
Bali telah bekerja sebagai petani. Pertanian di Bali, khususnya sawah dan
sistem irigasi yang disebut "Subak" adalah daya tarik bagi wisatawan.
Dengan berkembangnya industri pariwisata yang juga diikuti dengan perkembangan
pembangunan sarana akomodasi wisata serta fasilitas pendukung lainnya, selain
dampak positif terhadap meningkatnya perekonomian dan bertambahnya lowongan
pekerjaan sehingga dapat mengurangi pengangguran.
Dampak positif dengan adanya
perkembangan industri pariwisata dapat dilihat dari meningakatnya pendapatan
asli daerah. Selain dampak positif yang dirasakan, timbulkan juga dampak
negatif dengan adanya perkembangan pariwisata terutama dengan pembangunan
sarana akomodasi dan fasilitas pendukung pariwisata lainnya terutama terhadap
lingkungan.
Di Bali, dampak
negatif dari pengembangan pariwisata pada lingkungan fisik sangat mudah untuk
menemukan, baik di tanah atau darat, laut dan udara. Kehancuran dan polusi antara lain air (termasuk air tanah dan air
permukaan) serta tanah dan udara. Berkurangnya lahan produktif untuk pertanian
karena banyak bangunan berada di lahan pertanian yang subur dialihfungsikan
untuk pembangunan sarana akomodasi dan infrastruktur lainnya, sehingga hasil
produksi pertanian semakin berkurang dari tahun ke tahun.
Berdasarkan data
statistik kabupaten Badung, pada tahun 2009 rata-rata produksi pertanian dalah
67,36 kwintal 2009 / ha dengan luas panen 18.790 ha dan produksi 126.575 ton
total. Hasil ini turun dari 2008, rata-rata produksi pertanian mencapai 67,74
kwintal / ha dengan 19.012 ha luas panen dan produksi total 128.779 ton. Adapun
penurunan produksi beras pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008, itu adalah
-1,12%. Jika kita menganalisis jumlah produksi beras 2005-2009, persentase
penurunan adalah 0,021% karena penurunan luas lahan -1,71%. Masyarakat
pertanian yang bergantung pada pertanian untuk pendapatan, mengalami kerugian
untuk biaya pengolahan beras dan biaya hidup terus meningkat.
5.3 Perkembangan
Pariwisata Bali
Perkembangan Pariwisata Indonesia
khususnya Bali sudah mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan dengan adanya
kebijakan pemerintah terhadap infrastruktur, fasilitas, objek, dan atraksi
pariwisata. Investasi mulai dibuka untuk penanaman modal asing maupun dalam
negeri dalam membangun fasilitas akomodasi, transportasi, telekomunikasi, serta
pendukung pariwisata lainnya. Perkembangan pariwisata Bali dari tahun 1999-2010
berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1: Jumlah wisatawan pada tahun
1999-2010
No
|
Tahun
|
Jumlah Wisatawan
|
1
|
1999
|
1.355.799
|
2
|
2000
|
1.412.839
|
3
|
2001
|
1.356.774
|
4
|
2002
|
1.285.844
|
5
|
2003
|
993.029
|
6
|
2004
|
1.458.309
|
7
|
2005
|
1.386.449
|
8
|
2006
|
1.260.317
|
9
|
2007
|
1.664.854
|
10
|
2008
|
1.868.892
|
11
|
2009
|
2.229.945
|
12
|
2010
|
2.576.142
|
Sumber: Dinas
Pariwisata Provinsi Bali
Berdasarkan tabel diatas, jumlah
wisatawan yang datang ke Bali tahun 2000 meningkat sebesar 4,21% dibandingkan
dengan tahun 1999. tetapi dalam tiga tahun ke depan, jumlah wisatawan mengalami
penurunan . Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang terjadi pada waktu itu,
karena krisis ekonomi dan bom di Bali yang mengakibatkan banyak meninggalnya
turis asing pada tahun 2002. Sehingga pada tahun 2003 jumlah wisatawan menurun drastis.
Pada
tahun 2004, situasi telah membaik dan keinginan wisatawan kembali ke Bali. Dari
tahun 2003, peningkatan jumlah wisatawan yang datang mencapai 46,85%. Ini
berarti bahwa Bali masih merupakan daya tarik besar bagi wisatawan baik
domestik maupun asing. Seperti pada tahun 2002, juga pada tahun 2005 terjadi
pengeboman kedua di Bali. Dua tahun berturut-turut telah menghasilkan penurunan
kedatangan wisatawan. Tetapi pada tahun berikutnya (2007), jumlah wisatawan
meningkat sampai tahun 2009. Peningkatan jumlah wisatawan meningkat 19,32%
dibandingkan tahun 2008.
Berdasarkan
data yang tersedia pada Biro Pusat Statistik, pengembangan pariwisata di Bali
dengan melihat jumlah wisatawan asing yang tiba di Bali pada tahun 2010
mencapai 2.576.142 pengunjung. Data ini menunjukkan bahwa wisatawan asing yang
datang ke Bali naik 8,01% dibandingkan dengan tahun 2009. Kemudian pada tahun
2011, untuk kuartal pertama (Januari-April), para wisatawan mencapai 848.899
orang atau lebih dari 13,37% dibandingkan kuartal yang sama tahun 2010. Dengan
Australia, Cina, Jepang, Malaysia, dan Taiwan yang memegang jumlah terbesar
dengan persentase masing-masing 25,90% 8,39% 7,59% 6,19% dan 4,65%.
5.4 Strategi
dalam pembangunan pariwisata Bali
a. Penerapan
Konsep Ekowisata
Salah satu masalah yang ditemukan di bidang pariwisata
adalah wisatawan yang tiba di suatu destinasi wisata dalam jumlah besar yaitu
kita sebut "pariwisata massal (mass tourism)". Masalah yang
ditimbulkan oleh pariwisata massal terutama berdampak terhadap lingkungan dan
aspek sosial budaya. Bali adalah sebuah pulau kecil, dengan adanya kedatangan
wisatawan dalam jumlah besar pada periode yang sama dapat mempengaruhi
keseimbangan lingkungan Bali.
Dalam
pembangunan pariwisata berkelanjutan di Bali dan meminimalkan pariwisata
massal, kita harus mengembangkan pariwisata alternatif yang lebih peduli dengan
kelestarian lingkungan. Sebagai contoh: ekowisata, hijau pariwisata, wisata
budaya, wisata religi, wisata alam, pariwisata berbasis masyarakat.
Menurut TIES
(International Ecotourism Society), merupakan asosiasi pertama yang
berkomitmen mempromosikan prinsip-prinsip ekowisata, definisi ekowisata adalah
suatu bentuk perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah-daerah alami dan
berkontribusi terhadap perlindungan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat
setempat.
Ekowisata
bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada wisatawan dan menyediakan dana
untuk konservasi ekologis, pemberdayaan masyarakat lokal, untuk menawarkan
manfaat dalam pembangunan ekonomi secara langsung dan untuk menjaga budaya yang
berbeda.
Ada dua contoh tanggung jawab
lingkungan, yaitu:
a.
Perjalanan
bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan dan menopang kesejahteraan
masyarakat setempat.
b.
Perjalanan
bertanggung jawab ke daerah-daerah alami yang melestarikan lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Ekowisata
merupakan sebuah produk wisata yang memberikan penghormatan pada kehidupan dan
kebudayaan masyarakat setempat, tidak merusak lingkungan serta dalam jumlah
kecil. Wisatawan yang datang pun berkualitas yang lebih peduli akan
keberlangsungan lingkungan dan cinta pada alam serta mau belajar tentang
nilai-nilai budaya masyarakat yang dikunjungi. Ekowisata bertitik berat pada
tiga hal utama yaitu: keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat
ekonomi, dan secara psikologis dapat diterima dalam kehidupan masyarakat.
b. Konsep Tri
Hita Karana
Tri Hita Karana
(THK) berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu: tri berate tiga, hita berarti
baik, senang, gembira, lestari, selamat atau sejahtera, dan karana yang
beraarti sebab, sebab-musabab atau lantaran. Jadi THK berarti tiga penyebab
kebaikan, kesejahteraan, atau kebahagian, yang bersumber dari tiga hubungan
yang harmonis, antara manusia dengan Tuhan Yang Maha esa, antara sesame manusia
dan antara manusia dengan alam serta makhluk hidup lainnya. (Wijaya
Kusuma,2000; Yudiata,2000 dalam Raka Dalam,2007)
Ketiga konsep
yang paling populer di Bali sebagai berikut:
a.
Parhyangan
Parhyangan adalah satu dari tiga yang
berkaitan dengan konsep tuhan. Pada tahap ini, manusia diminta untuk menjaga
keselarasan dan keseimbangan dengan Tuhan.
b.
Pawongan
Pawongan adalah sebuah konsep yang
dibutuhkan untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan antara manusia dan
manusia, dan konsep ini menggarisbawahi bagaimana untuk menjaga hubungan baik
dengan orang lain.
c.
Pelemahan
Palemahan,
kata ini berasal dari kata lemah yang berarti tanah atau lingkungan. Secara
umum, Pelemahan dan Tri Hita Karana memiliki aspek yang berhubungan dengan
lingkungan.
Penerapan konsep
Tri Hita Karana dalam industri pariwisata khususnya dalam pembangunan
pariwisata berkelanjutan, secara ringkas perusahaan yang sesuai dengan falsafah
Tri Hita Karana mesti memperhatikan aspek-aspek dalam bidang pelemahan
berikut: (1) adanya komitmen perusahaan terhadap kualitas lingkungan; (2)
Penerapan langgam (stil, gaya) dan konsep arsitektur Bali (Tri Mandala, Tri
Angga, dan lain-lain); (3) Pelestarian dan Pengembangan ekosistem; (4)
Pengelolaan limbah (cair, padat dan gas); serta buangan yang berbahaya dan beracun;
(5) Partisipasi perusahaan terhadap masalah lingkungan dalam lingkup lokal,
nasional, dan internasional; (6) Pengorganisasian yang jelas terhadap
pengelolaan lingkungan; (7) Penghematan energi dan sumber daya alam; (8)
Penamaan ruangan, bangunan, dan lain-lain yang sesuai dengan budaya Bali; (9)
Pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan hukum positif/berlaku; (10) Melakukan
pemantauan berkala serta evaluasi pengelolaan lingkungan.
6. SIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan tentang
Dampak Perkembangan Pembangunan Sarana Akomodasi Wisata Terhadap Pariwisata
Berkelanjutan Bali : “Perkembangan Pembangunan Vila di Kuta Utara” dapat
ditarik kesimpulan bahwa dampak yang ditimbulkan baik secara positif maupun
negatif yaitu pada aspek ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan. Secara ekonomi,
dampak positif yang diperoleh adalah meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD)
dengan adanya pembayaran pajak yang diterima pemerintah daerah. Selain itu,
berkembangnya pembangunan sarana akomodasi juga membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitarnya.
Hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa dengan banyaknya pembangunan vila dan sarana
akomodasi lainnya di lahan pertanian memberikan dampak negatif yang dirasakan
oleh masyarakat terutama petani yang berada di sekitar kawasan pembangunan
vila. Dengan banyak bangunan villa dan fasilitas wisata lainnya, banyak lahan
produktif untuk pertanian telah diubah menjadi tempat-tempat akomodasi wisata.
Sehingga dari tahun ke tahun hasil produksi pertanian mengalami penurunan maka
mengurangi pendapatan bagi petani. Selain itu, dampak pembangunan terhadap
lingkungan sekitarnya, seperti aliran air untuk pertanian karena dialihkan
untuk kebutuhan konstruksi.
Untuk
mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan di Bali, strategi yang yang
dilakukan adalah dengan menerapkan konsep ekowisata dalam pengembangan
pariwisata dan juga menerapkan konsep Tri Hita Karana yang merupakan konsep
filosofis yang meresap dalam kehidupan masyarakat Bali (Hindu).
Untuk
mengurangi dampak negatif yang timbul dengan berkembangnya industri pariwisata
khususnya dalam perkembangan pembangunan sarana akomodasi, perlu adanya
kerjasama antara pemerintah selaku pembuat kebijkan dengan pelaku industri
pariwisata serta melibatkan masyarakat lokal yang berada di daerah pembangunan
industri pariwisata terutama yang berkaitan dengan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Le
Tourisme en France. INSEE. P98. www.tourisme.gouv.fr
Badan Pusat
Statistik Provinsi Bali 2010. http://bali.bps.go.id/tabel.php?id=8.
Cosmology and
Tri Hita Karana Concept
:http://www.balistarisland.com/Bali-Information/Balinese-Concept.htm.
Dalem,
A.A.G.R.2007.Filosofi Tri Hita Karana dan Implementasinya dalam Industri
Pariwisata.UPT Penerbit Universitas Udayana bekerja sama dengan Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup. Denpasar
David Fennel.
2008. Ecotourism, third edition. Great Britain by TJ International Ltd,
Padstow, Cornwall. p22
Ismoyo Soemarlan
“Chairman Bali Villa Association” http://izinusahadibali.multiply.com/ journal/
item/38/Asosiasi_Vila_Bali_Keluhkan_Birokrasi_Izin_Yang_Rumit
Jenis-jenis Akomodasi
Wisata:
http://pariwisatadanteknologi.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-akomodasi-pariwisata.html
Kusmayadi dan
Endar Sugiarto. 2000. Metodologi Penelitian Dalam Bidang Kepariwisataan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy J.
2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: RosdaKarya
No comments:
Post a Comment