Saturday, October 24, 2015

EKOLOGI PERAIRAN SUNGAI CIKUDA UNPAD




EKOLOGI PERAIRAN DI SUNGAI CIKUDA SUMEDANG
 
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Perairan
  


Disusun oleh : Hana Hunafa Hidayat
                                  Npm              :140410100036

 
 
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR 2014






BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
` Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan, Istilah ekologi pertama kali ditemukan oleh Haeckel, seorang ahli biologi pada akhir pertengahan dasawarsa 1960.  Ekologi berkepentingan untuk menyelidiki interaksi antara organisme dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi sendiri tidak terlepas dari pembahasan ekosistemnya  dan hal yang mempengaruhi ekosistem itu terdiri berbagai macam hal khususnya untuk ekosistem perairan faktor yang berpengaruh diantaranya adalah faktor kimia,fisika dan biologi dan hal tersebut dapat sangat mempengaruhi kualitas air perairannya tersebut.
  Ekosistem perairan merupakan suatu unit ekologis yang mempunyai komponen biotik dan abiotik yang saling berhubungan di habitat perairan, Ilmu yang mempelajari peranan laut terbuka tersebut oceanografi, sedangkan ilmu yang mempelajari perairan tawar dan asin di bawah pesisir disebut hymnologi
      Dengan mengetahui hubungan faktor kimia,fisika,biologi dan pengaruhnya dalam suatu perairan maka dapat diketahui pula tingkat pencemarannya sehingga kualitas air dapat diketahui dengan mengkaji pengaruh faktor kimia,fisika,dan biologinya tersebut, pencemaran perairan dapat terjadi akibat dari adanya pemasukan bahan organic maupun anorganik yang menimbulkan dampak tidak baik yang dapat berupa pencemaran logam,bahankimia, pestisida,minyak,sampah dll.
Sungai Cikuda dan cekdam merupakan salah satu ekosistem perairan didekat kampus UNPAD, lokasi penelitian yang tidak jauh dijadikan alasan agar mahasiswa dapat membedakan jenis perairan lotik dan lentik.
Sungai Cikuda merupakan salah satu sungai di Jawa Barat yang di kelilingi oleh pemukiman penduduk, mempunyai panjang ± 10 km, bermata air sungai di kaki Gunung Manglayang di Kabupaten Bandung dan bermuara di Cikeruh.Sungai Cikuda dewasa ini dijadikan sebagai tumpuan masyarakat sekitar untuk pembuangan limbah domestik. Dan Cekdam UNPAD  sebagai ekosistem danau yang berada di area kampus UNPAD menjadi alasan mahasiswa untuk melakukan uji faktor kimia,fisika,biologi dan pengaruhnya dalam suatu perairan
  .


1.2 Identifikasi Masalah

      Bagaimana hubungan antara ekosistem lotik (cikuda)/ lentik (cekdam) dengan parameter fisika, kimia, dan biologinya.
      Bagaimana tingkat pencemaran cikuda dilihat dari parameter dan indeks diversitasnya (Simpson dan Shannon- Wiener).

1.3 Maksud dan Tujuan      

      Dapat membedakan jenis perairan lotik dan lentik.
      Mengetahui cara pengambilan sampel, baik sampel air, plankton, dan benthos.
      Mengetahui hubungan antar faktor fisika, kimia, dan biologi dalam suatu perairan.
      Mengetahui keanekaragaman jenis plankton dan benthos dihubungan dengan tingkat pencemaran

1.4 Waktu dan lokasi

      Hari, Tanggal              : Sabtu, 13 Oktober 2012
      Waktu                         : 08.45 WIB s/d Selesai
      Lokasi Pengamatan     : Cekdam UNPAD
                                              Sungai Cikuda 


2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekologi Perairan
Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan. Istilah ekologi pertama kali ditemukan oleh Haeckel, seorang ahli biologi pada akhir pertengahan dasawarsa 1960. Ekologi berasal dari bahasa Yunani, oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu, sehingga secara harfiah ekologi berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup (Kristanto, 2002).
Ekosistem perairan merupakan suatu unit ekologis yang mempunyai komponen biotik dan abiotik yang saling berhubungan di habitat perairan. Komponen biotik terdiri atas komponen flora dan fauna. Sedangkan komponen atbiotik terdiri atas komponen tidak hidup misalnya air dan sifat fisik dan kimianya. Ilmu yang mempelajari peranan laut terbuka tersebut oceanografi, sedangkan ilmu yang mempelajari perairan tawar dan asin di bawah pesisir disebut hymnologi (Sudaryanti dan Wijarni, 2006).
Berdasarkan salinitasnya, ekosistem perairan yang ada di dunia initerbagi dua, yaitu perairan asin dan perairan tawar. Dalam lymnology,ekosistem air tawar dibagi menjadi dua yaitu ekosistem lentik dan ekosistemlotik . Air tergenang atau habitat lentik (berasal dari kata lenis yang berartitenang) , arusnya cenderung relative tenang, contohnya adalah danau, kolam,rawa, atau pasir terapung. Sedangkan yang termasuk air mengalir atau habitatlotik (berasal dari kata lotus yang berarti tercuci) antara lain mata air, aliran air (brook-creek) atau sungai (Odum, 1993)
            Ekosistem perairan, termasuk ekosistem air tawar, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam ekosistem ini, faktor-faktor tersebut akan salingmempengaruhi melalui hubungan timbal balik dan membentuk suatukarakteristik perairan, faktor-faktor tersebut adalah kimia, fisika, dan biologi.Faktor Kimia terdiri dari Alkalinitas, Biochemical Oxygen Demand (BOD),Dissolved Oxygen (DO), Keasaman (pH). Faktor Fisika terdiri dari Suhu,Kejernihan, Arus, Daya Hantar Listrik. Faktor biologis yang mempengaruhikeadaan perairan tawar adalah bentos dan plankton. Oleh karena itu, denganmempelajari dan mengetahui keadaan parameter kimia, fisika dan biologis kita bisa membedakan ekosistem lentik dan lotik.
2.2. Ekologi Kolam
            kolam adalah daerah perairan yang kecil dimana zona litoralnya relatif bear dan daerah limnetik serta profundal kecil atau tidak ada. Stratifikasi tidak terlalu penting. Kolam dapat dijumpai dikebanyakan daerah dengan curah hujan yang cukup. Kolam-kolam terus menerus terbentuk, contohnya, bila aliran air berpindah, meninggalkan bekas aliran terisolasi sebagai perairan yang tergenang (Odum, 1993).
            Menurut Rifqi (2008), Kolam umumnya di definisikan sebagai kumpulan air yang dangkal dan sifat umumnya relatif merupakan air tenang dan kaya akan vegetasi.
Kolam dapat dibagi atas :
1. Kolam berasal dari danau yang luas.
2. Kolam yang tidak berhubungan dengan danau, ukurannya kecil.
3. Kolam buatan manusia
Berdasarkan musim, kolam dapat di bedakan atas :
1. Kolam sementara
    Kolam sementara / temporary hanya ada pada waktu ada air sementara di waktu lain
    menjadi kering.
2. Kolam permanen
    Kolam permanen berisi air sepanjang tahun

            Ekosistem kolam ditandai oleh adanya bagian perairan yang tidak dalam sehingga (kedalamannya tidak lebih dari 4-5 meter) yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan berakar dapat tumbuh di semua bagian perairan.Tidak ada batasan tegas yang dapat dibuat antara danau dan kolam. Ada perbedaan kepentingan secara ekologis, selain dari ukuran secara keseluruhan. Dalam danau zona limneti dan profundal relatif besar ukurannya dibandingkan dengan zona litoral. Bila sifat-sifatnya kebalikannya biasanya disebut kolam. Jadi zona limnetik adalah daerah produsen utama untuk danau secara keseluruhan (Syafitrianto, 2009).
Klasifikasi perairan lentik sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan perbedaan suhu air, sedangkan klasifikasi perairan lotik justru dipengaruhi oleh kecepatan arus atau pergerakan air sangat dipenagruhi oleh jenis bentang alam (landscape), jenis batuan dasar dan curah hujan semakin rumit bentang alam, semakhn besar ukuran batuan dasar dan sdmakin besar ukuran batuan dasar dan semakin banyak curah hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat (Effendie, 2003).
2.3. Ekologi Sungai
            Menurut Godam (2009), ciri-ciri habitat air tawar adalah :
1. Variasi temperatur atau suhu rendah
2. Kadar garam atau salinitas rendah
3. Penetsasi dari cah`ya matahari kurang
4. Terpengaruh iklim dan cuaca alam sekitar
5. Tumbuhan mikroskopis seperti alga dan fitoplankton sebagai produsen utama.
      Rifqi (2009), menyatakan bahwa Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak mencolok, penetrasi cahaya kurang dan dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar adalah biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat.

 2.4 Siklus Hidrologi
Prinsipnya, air yang berasal dari hujan akan masuk kedalam tanah. Namun tidak semua air dapat ditampung oleh tanah. Hal ini disebabkan karena setiap jenis batuan memiliki kemampuan menyerap yang berbeda-beda. Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui kondensasi, presitipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinyu. Air berevaporasi kemudian jatuh sebagai presitipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es, dan salju. Hujan gerimis atau kabut, pada perjalanan menuju bumi beberapa presitipitasi dapat berevaporasi kembali keatas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinyu dalam tiga cara yang berbeda (Evans, 2009).

2.5  Hubungan Interaksi Antar Organisme
     Menurut Alan (2009), Interaksi antar organisme dapat di kategorikan sebagai berikut:
a. Netral, hubungan tidak saling mengganggu antar organisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak rugi dan tidak merugikan kedua belah pihak.
b. Predasi, hubungan antara mangsa dan pemangsa (Predator). Hubungan ini sangat erat karena tanpa mangsa, predator tidak dapat hidup, sebaliknya predator berfungsi untuk mengontrol populasi mangsa.
c. Komensalisme, hubungan antar organisme yang berbeda species daloam bentuk kehidupan bersama sebagai sumber makanan dalam suatu species diuntungkan yang lain tidak dirugikan
d. Parasitisme, Hubungan antara organisme yang berbeda species salah satu hidup pada organisme mengambil makanan dari inang sehingga bersifat merugikan mangsanya.
e. Mutualisme, hubungan antara dua organisme berbeda species yang sama saling menguntungkan kedua belah pihak.

   2.6 Macam-macam Interaksi
Menurut Cailm (1993), terdapat 9 interaksi penting, yaitu :
1. Neutratisme dimana tidak ada satupun populasi yang berpegaruh dalam asosiasi yang lain.
2. Tipe persaingan yang saling menghalang-halangi (mutual inhibition competition type)  
    yang mana kedua populasi dengan aktif saling mempengaruhi.
3. Tipe persaingan menggunakansumber daya di dalam populasi memiliki pengaruh yang
    mungkin yang lain dalam perjuangannya untuk memproduksi sumber persediaan yang   
    kekurangan.
4. Ameralisme yang mana satu populasi dan yang lain tidak berpengaruh.
5. Parasitisme
6. Comensalisme dimana suatu perairan mengikat yang lain tidak terpengaruh.
7. Pemangsaan, dimana satu populasi merugikan yang lai dengan cara menyerang langsung
    tetapi bergantung pada yang lain.
8. Protocooperation, dimana kedua populasi memperoleh keuntungan
9. Mutualisme dimana pertumbuhan dan kehidupan populasi mendapat keuntungan. 
             Simbiosis adalah hubungan antara dua mahluk hidup yang berbeda jenis. Kebanyakan yang diajarkan adalah 3 macam simbiosis, yaitu metabolisme, komensalisme, dan parasitisme, tetapi ternyata ada juga jenis simbosis yang lain yaitu amensalisme (Anggelina, 2007).
2.7. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Kolam dan Sungai
Dalam ekosistem kolam terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, diantaranya adalah :
 2.7.1 Faktor Biologi
Menurut Kristanto (2004), komponen pembentuk ekosistem adalah komponen hidup dan komponen tidak hidup (dua komponen tersebut hidup dalam satu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kisaran yang teratur, misalnya pada suatu ekosistem kecil, katakanlah aquarium). Ekosistem dalam air terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang melayang dan tergantung dalam air sebagai komponen hidup. Menurut Arfiati (2009), ekosistem air tawar di ikuti oleh organisme dari tingkat sederhana seperti bakteri, jamur dan lainnya sampai organisme tingkat tinggi
Untuk melengkapi kekurangan pendekatan fisika kimiawi dapat dilakukan dengan memberdayakan komunitas makroinvertebrata, yaitu hewan – hewan yang tidak mempunyai tulang belakang dan berukuran relatif tidak bergerak mempnyai siklus hidup yang panjang dan mempunayai keanekaragaman tinggi yan tersebar di hulu sampai di hilir sungai. Ditemukan suatu kelompok mikroinvertebrata mencerminkan kondisi air sungai apakah masih baik (tidak mengalami pencemaran organik tertentu), atau telah mengalami pencemaran organik terlarut atau telah mengganggu (Sudaryanti dan Wijarni, 2006).
a.      Plankton
Plankton merupakan organisme perairan yang bersifat melayang-layang di perairan dimana pergerakannya dipengaruhi oleh arus, angin. Jenis plankton diperairan ada 2 yakni fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai plankton.
Ukuran plankton sangat beraneka ragam dari yang terkecil yang disebut ultra plankton berukuran < 0,005 mm atau milimikron. Termasuk di sini bakteri dan diatom kecil sampai monoplankton berukuran 60-70 mikron, sebagian bersel dan mikroskopis. Termasuk fillum Chrysophyta (Romimohtarto, 2003).
Mengingat peranan plankton sebagai penyedia energi maka fitoplankton termasuk dalam golongan autotrop. Energi hasil fotosintetis ini berasal dari senyawa CO2 terlarut dengan H2O dan zat nutrien lainnya yang terkena sinar matahari (Wibisono, 2005).
     Phytoplankton menghasilkan energi melalui proses photosyntetis menggunakan bahan organik dan sinar matahari sedangkan zooplankton adalah konsumen yang memperoleh energi dan makanan dari phytoplankton siklus hidup phytoplankton yang pendek dapat menyebabkan cepat sekali memberi reaksi (Sutrisno dan Eni, 2004)
       Zooplankton herbivor makan phytoplankton, dan zooplankton dimakan oleh zooplankton karnivore dan oleh ikan predator. Inilah suksesi proses dalam rantai makanan atau jaring-jaring makanan (Brotowidjojo et al., 1995).
 Dengan menggunakan klorofil fitoplankton itu mensintesis subtansi organis, menggunakan energi dari matahari melalui proses fotosintesa, dan memerlukan nutrient (makanan) seperti nitrat, fosfat, fe-anorganik, dan CO2. Protein, lemak, dan karbohidrat merupakan mata rantai penghubung (link) pertama (Produk pertama) dalam rantai makanan (food chains) dalam laut, yang dibuat oleh fitoplankton (bersifat heterotropis). Zooplankton herbivora makan fitoplankton, merubahnya menjadi jaringan tubuh zooplankton (produk kedua), dan zooplankton iti dimakan zooplankton (Produk ketiga). Inilah suksesi trofik dalam rantai makanan atau jaring-jaring makanan (food web) yang merupakan tingkatan-tingkatan. Pada tiap tingkat itu bahan organis hilang melalui ekskresi atau mati yang bukan karena dimakan oleh tingkat berikutnya. Bakteris yang kemudian menguraikan bahan organis tersebut agar dapat digunakan lagi dan terjadi regenerasi (Brotowidjoyo, 1999).
b.      Bentos
Bentos merupakan organisme perairan yang bersifat menetap (sesile) yang berada di dasar perairan yang memiliki rentang mortalitas yang terbatas sehingga dapat dijadikan sebagai indikator kualitas perairan. Jenis bentos diperairan ada bermacam-macam seperti nimfa dan lalat batu sebagai indikator perairan bersih. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai bentos.
Komunitas benthos sensitif pada perubahan kualitas air berbatasan motilitas dan kemampuan yang relatif karena merupakan fungsi kualitas perairan yang relatif tidak dapat didefinisikan melalui permukaan fisik dan kimia dapat didefinisikan melalui organisme benthos. Dalam mempelajari sifat organisme benthos bermanfaat dalam mendeteksi masalah pencemaran air. Pada dasarnya tidak ada organisme yang memberikan reaksi sama pada pencemaran karena adanya hubungan yang sangat kompleks antara faktor genetik dengan parameter kualitas air. Berbagai tingkat pencemaran air menentukan macam organisme di perairan tersebut (Sutrisno dan Eni, 2004).
Menurut Pratiwi, dkk (2004) dalam Parjan (2005), hewan yang hidup didasar perairan adalah mikrozoobenthos, makrozoobenthos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jarring makanan selain itu tingkat kenea ragaman yang terdapat di lingkungan perairan dapat digunakan sebagai indicator pencemaran. Dengan adanya kelompok bonthos yang hidup melekat (sessile) dan daya adaptasi berfariasi terhadap kondisi lingkungan membuat hewan benthos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi penilaian kualitas air. Jika ditemukan umper air tawar, kijina, kerang cacing pipih, siput memiliki over operkulum dan siput tidak beroperkulum yang hidup di perairan tersebut maka dapat digolongkan ke dalam perairan yang berkulitas sedang.
Menurut Musa dan Yanuhar (2006), benthos merupakan organisme maupun hewani (zoobenthos),  yang tinggal didalam dan atau diatas sedimen pada dasar suatu perairan. Berdasarkan ukuranya, organisme hewan benthos digolongkan atas :
1. Macrobenthic (0,425 – 15 mm) banyak dilakukan penelitian
2. Meiobenthic (0,05 – 1 mm)
3. Microbenthic (< 50 mikron, misalnya protozoa, rotifera dan nematoda)
Benthos adalah organisme yang melekat atau berisirahat pada dasar atau hidup didasar endapan binatang benthos dapat dibagi berdasarkan cara makannya menjadi pemakan kenyang (seprti kerang) dan pemakan deposit (seperti sioler) (Odum,1993).
 Menurut Musa dan Yanuhar (2006), bahwa peranan benthos di perairan adalah :
1. Mendaur ulang bahan organik
2. Membantu proses mineralisasi
3. Penting kedudukanya dalam rantai makanan (dipakai untuk menduga kualitas kesuburan    
    perairan)

2.7.2 Faktor Fisika
a. Kedalaman
Kedalaman perairan dimana proses fotosintesis dengan proses respirasi disebut kedalama kompensasi. Kedalaman kompensasi biasanya terjadi pada saat cahaya didalam kolam air hanya tinggal 1% dari seluruh intensitas cahaya yang mengalami penentrasi dipermukaan air. Kedalaman kompensasi sangat dipengaruhi oleh kekeruhan dan keberadaan awan berfluktuasi secara harian dan musiman (Effendi, 2003).
b.Suhu
Pada suhu yang tinggi, metabolisme organisme juga mengalami peningkatan-peningkatan suhu sebesar 10˚C dapat mengakibatkan peningkatan proses metabolisme sebesar dua kali lipat, yang juga menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen. Apabila pencernaan panas ini disertai dengan pencernaan bahan organik maka penurunan oksigen diperirran akan lebih tajam (Musa dan Yanuhar, 2006).
c.       Kecerahan
Kecerahan air yang diukur dari permukaan sampai kedalaman 6 m berkisar antara 70 -80 cm. Perbedaan kisaran nilai kecerahan pada tiap lokasi dapat disebabkan olehfaktor biologi (plankton) dan faktor fisika yaitu perbedaan padatan tersuspensi danterlarut. Nilai kecerahan hasil pengukuran dikategorikan rendah diduga disebabkankarena adanya pergerakan air serta kondisi perairan yang dangkal sehinggamengakibatkan dasar perairan yangdominan lumpur naik ke permukaan,selanjutnya akibatnya partikel lumpurmenghalangi penetrasi cahaya.Sehubungan dengan fenomena tersebut,Hendersen (1978) dalam Garno (2005)mengungkapkan bahwa perairan dengan kecerahan di bawah 300 cm tergolong perairan etnik.

d.      Arus dan Debit Air
Di dalam aliran air yang besar atau sungai, arus dapat berkurang sedemikian rupa sehingga menyerupai kondisi air tergenang. Tetapi, arus adalah faktor utama yang paling penting yang membuat kehidupan kolam dan air deras amat berbeda dan mengatur perbedaan dibeberapa tempat dari suatu aliran air. Kecepatan arus ditentukan oleh kemiringan, kekasaran dan kelebaran dasarnya (Odum, 1993).
2.7.3 Faktor Kimia
 Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air. Pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2002).
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Toksisitas meperlihatkan penigkatan pada pH rendah (Effendi, 2003).
    Menurut Sekarwangi (2008), kolam merupakan suatu ekosistem air (aquatik) sebagai tempat hidup hewan-hewan air, dan vegetasi air. Vegetasi air dan hewan air menjadikan kolam suatu ekosistem yang mempunyai fungsi tertentu. Komponen-komponen kolam terdiri atas senyawa-senyawa abiotik air, CO2, O2, Ca, Nitrogen, garam-garam fosfor, asam aminom dan sebagainya. Organisme produsen (Algae atau ganggang), Organisme mikro konsumen (Larva serangga, crustacea dan ikan) dan Organisme saprofit (Bakteri, Flagellata dan jamur).
                 Komponen abiotik yang berupa bahan organik dan anorganik seperti air, karbondioksida, oksigen, kalsium, garam–garam hidrogen dan anorganik, seperti air dan humus dan sebagainya. Hanya sebagian kecil saja hara makanan penting dalam larutan yang tersedia bagi organisme, sebagian besar tersimpan dalam zarah–zarah endapan dan dalam badan organisme itu sendiri (Rososoedarmo, 1984).
Karakteristik kimia air menyatakan banyaknya senyawa kimia yang terdapat di dalam air, sebagian di antaranya berasal dari alam secara alamiah dan sebagian lagi sebagai kontribusi aktivitas makhluk hidup. Beberapa senyawa kimia yang terdapat didalam air dapat dianalisa dengan beberapa parameter kualitas air. Parameter kualitas air tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :
1. pH
pH merupakan konsentrasi dari ion hidrogen (H+) di dalam air , besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Besaran pH berkisar antara 0-14, nilai pH kurang dari kurang dari 7 menunjukan lingkungan yang asam sedangkan nilai diatas 7 menunjukan lingkungan yang basa , untuk pH = 7 menunjukan bahwa lingkungan tersebut stabil (normal) (Hardjojo dan Jokosetiyanto, 2005). Perairan dengan pH <4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat menyebabkan kematian untuk makhluk hidup yang berada disekitar tempat tmpat terebut, sedangkan untuk pH >9,5 merupakan perairan yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas dari perairan. Perairan laut atau pesisir memiliki pH relativ lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7-8,4. pH dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat an bikarbonat yang dikandungnya (Boyd , 1982). Pescod (1973) menyatakan bahwa toleransi untuk kehidupan akuatik terhadap pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut adanya variassi bermacam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup biota. Perairan basa (7-9) merupakan perairan yang produktif dan berperan mendorong proses perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasi oleh fotoplankton .
pH air yang tidak optimal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembanganbiakan ikan menyebabkan tidak efektifnya pemupukan air di kolam dan meningkatkan daya racun hassil metabolisme seperti NH3 dan H2S. pH air berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik, semakin tinggi kandungan CO2 perairan , maka pH akan menurun dan demikian pula sebaliknya. Fluktuassi ini akan berkurang apabila air mengandung garam CaCO3 (Cholik et al , 2005). Alat yang digunakan untuk mengukur pH adalah kertas lakmus atau pH meter .
2. DO (Oksigen terlarut)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygent) merupakan faktor pembatas bagi kehidupan orgaisme. Perubahan kokonsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh yang tidak langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya dapat membahayakn organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan oksigen terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang biak (Rahayu, 1991).
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan makhluk hidup didalam air maupun hewan teristrial. Penyebab utama berkurangnya oksigen terlarut didalam air adalah adanya bahan-bahan buangan organik yang banyak mengkonsumsi oksigen sewaktu penguraian berlangsung. Konsentrasi oksigen terlarut yang aman bagi kehidupan diperairan sebaiknya harus diatas titik kritis dan tidak terdapat bahan lain yang bersifat beracun, konsentrasi oksigen minimum sebesar 2 mg/l cukup memadai untuk menunjang secara normal komunitas akuatik di perairan (Pescod, 1973). Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya adalah 5-8 mg/l (Mayunar et al, 1995 ; Akbar, 2001). Alat yang digunakan untuk mengukur DO adalah DO meter . Kadar O2(mg/L)= 8000 X mL Na-tiosulfat X N Na-tisufat
50x (V-2)/V




3. BOD (Biochemical Oxigen Demand)
BOD (BiochemicaXl Oxigen Demand) atau kebutuhan oksigen menunjukan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan didalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi. Konsumsi oksigen dapt diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 200 selama 5 hari, dan nilai BOD yang menunjukan jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat diketahui dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelumdan sesudah di inkubasi (hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005).
BOD menunjukan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang terdapat paada botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20oC selama 5 hari dalamkeadaan tanpa cahaya (Boyd, 1982). Berikut ini merupakan tabel derajat pencemaran suatu badan perairan yang dilihat berdasarkan nilai BOD5.

Tabel 1 . Derajat Pencemaran Berdasarkan Nilai BOD5 Kisaran BOD5 (mg/l)
Kriteria kualitas air
<2,9
Tidak tercemar
3,0-5,0
Tercemar ringan
5,1-14,9
Tercemar sedang
>15,0
Tercemar berat
Tabel diatas menyajikan tingkat pencemaran dibadan perairan berdasarkan nilai BOD. Kriteria ini merupakan kriteria untuk organisme budidaya dengan berbagai sistem budidaya. Kadar BOD (mg/l) = Faktor pengenceran X (DO0 hari - DO5 hari)

6. CO2 dan HCO3-
Sumber karbon utama dibumi adalah atmosfer dan perairan. Karbon yang terdapat diatmosfer dan perairan diubah menjadi akrbon organik melalui proses fotosintesis, kemudian masuk kembali ke atmosfer melalui proses respirasi dan dekomposisi yang merupakan proses biologis makhluk hidup. Meskipun persentasi CO2 di atmosfer relaif kecil, tetapi keberadaanya diperairan relatif banyak karena CO2 memiliki sifat kelarutan yang tinggi.
Sebagian kecil CO2 yang terdapat diatmosfer larut kedalam uap air membentuk H2CO3 (asam karbonat) yan g selanjutnya jatuh sebagai hujan. Dengan demikian , air hujan selalu bersifat asam dengan nilai pH sekitar 5,6. Hal serupa terjadi jika CO2 masuk kedalam badan air, sekitar 1% CO2 bereaksi dengan air membentuk H2CO3 . CO2 yang terlarut dalam air membentuk beberapa kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan terbentuk ion H+ sehingga pH perairan menurun. Pada dasarnya keberadaan CO2 diperairan terdapat dalam bentuk gas CO2 bebas , HCO3- ( ion bikarbonat), CO32- (ion karbonat ), dan H2CO3. Proporsi dari keempat bentuk karbon tersebut ebrkaitan dengan nilai Ph.

7. Salinitas
Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) menyatak bahwa salinitas adalah berat garam dalam per kilogram air larut serta merupakan ukuran keasinan air laut dengan pro mil (0/00), salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan terlarut dalam air. Zaat-zat yang terlarut dalam air yang membentuk garam adalah :
1. Unsur utama : khlorida (cl), Natrium/Sodium (Na), oksida sulfat (SO4), dan amgnesium(Mg).
2. Gas terlarut : CO2 , N2,, O2
3. unsur hara : Silika, nitrogen
4. Runut : Besi , mangan , timbal

BAB IIII
METODOLOGI
3.1. Metode
            Metode yang  dilakukan pada penelitian ini adalah metode dekriptif, yaitu survey menentukan lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian, pengambilan sampel air dilakukan tiga kali pengambilan, yang dilakukan di tiga lokasi / stasiun yang berbeda.
Untuk menentukan parameter biologi, faktor-faktor yang diukur adalah dengan mengambil sampel plankton dan bentos yang diambil dari dalam perairan.
Untuk menentukan parameter fisik air, faktor-faktor yang diukur adalah pencatatan, pengukuran suhu air, pengkukuran suhu udara, pengukuran salinitas, pengukuran kejernihan air atau kecerahan, pengukuran kecepatan arus, dan pengukuran konduktivitas,
Untuk menentukan parameter kimia air, faktor-faktor yang diukur adalah pengukuran pH, pengukuran kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen), kadar BOD (Biological Oxygen Deamand), pengukuran kadar HCO3-, dan pengukuran CO2.
Kemudian dihitung nilai indeks keanekaragaman pada dua wilayah yang dijadikan penelitian yaitu jenis ekosistem lentik dan satunya lagi jenis ekosistem lotik. 


3.1    Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan adalah sebagai berikut :
3.1.1 Alat dan Fungsinya
a.    Parameter Fisika
1.  Suhu
-     Termometer Hg       :  Sebagai alat pengukur suhu perairan.
-     Tali Rafia             :  Sebagai alat mengikat Thermometer Hg agar Termometer Hg tidak langsung  tersentuh tangan.
-     Stopwatch           :  Sebagai timer pada saat mengukur suhu.
2.   Kedalaman
-     Tongkat skala      : Untuk mengukur kedalaman kolam.

3.   Kecerahan
-     Karet Gelang       :  Sebagai alat penanda d1 dan d2.
-     Secchi Disk         :  Sebagai alat untuk mengukur kecerahan perairan.
-     Tali                       :  Sebagai alat untuk mengikat Secchi Disk.
-     Penggaris            :  Untuk mengukur panjang tali (d1 dan d2) yang tercelup dalam air.
4. Kecepatan Arus
-     Botol Aqua           : Sebagai alat pelampung dan pengukur kecepatan arus.
-     Stopwatch           : Sebagai alat untuk mengukur waktu kecepatan arus.
-     Tali Rafia 1M       : Sebagai alat untuk indikasi jarak yang di ikatkan pada botol Aqua.
5.   Substrat
-     Eckman grab       : Untuk mengambil substrat di kolam.
-     Timba                  : Untuk tempat substrat setelah diambil dari kolam.
-     Nampan               : Untuk tempat substrat sehebis diambil dari eckman grab.

b. Parameter Kimia
1.  pH (Potensial Hidrogen)
-     Kotak Standard   :  Sebagai alat pembanding nilai air sampel pada pH paper dan untuk mengukur derajat keasaman dalam perairan.
-           Stopwatch           :  Sebagai timer pada saat mengukur pH.

2. Oksigen Terlarut (DO / Dissolved Oxygent)
-     Botol DO              :  Sebagai alat untuk menyimpan sampel air yang akan di hitung nilai Donya.
-     Rak Botol DO           :  Sebagai alat untuk menyimpan botol DO.
-     Pipet Tetes                :  Sebagai alat untuk mengambil larutan MnSO4, NaOH +  
                                         KI, H2SO4   
    pekat, amilum, Na2S2O3.
-     Statif                    :  Sebagai alat penyangga buret.
-     Buret                    :  Sebagai alat untuk mengalirkan titran Na2S2O3.
-     Selang                 :  Sebagai alat untuk mengeluarkan larutan bening dari dalam botol DO.
-     Nampan               :  Sebagai alat untuk meletakkan alat-alat dan bahan praktikum.
-     Corong                 :  Sebagai alat untuk memasukkan larutan ke dalam buret.

c. Parameter Biologi
1. Benthos
-     Eckman grab       : Untuk mengambil bentos di kolam atau/perairan yang  dasarnya berlumpur.
-     Pinset                   : Untuk mengambil bentos di nampan.
-     Nampan               : Untuk tempat mengoyak bentos.
-     Botol film             : Untuk tempat bentos.
-     Mikroskop            : Untuk alat bantu melihat bentos.
-     Tongkat jaring      : Untuk mengambil bentos di perairan arus deras.
-     Saring                  : Untuk menyaring bentos yang tertangkap tongkat jaring.
-     Object Glass        : Untuk membantu pengamatan benthos pada mikroskop.

2. Plankton
-     Air sampel           : untuk bahan sampel kolam yang berisi plankton yang akan diamati.
-     Kertas label          : untuk memberi nama pada botol film.
-     Lugol                    : untuk mengawetkan plankton.
-     Tissue                  : untuk membersihkan alat.

3.2 Cara Kerja
3.2.1 Parameter Biologi
3.2.1.2 Cara Pengambilan Sampel Plankton
Air disaring sebanyak 30 L ke dalam plankon net, lalu permukaan dalam plankton net diisiram dengan  aquades untuk melarutkan plankton yang menempel pada plankton net. Dan suspensi plankton ke dalam botol film yang sudah diberi formalin dan label dan hal ini dilakukan  3 kali ulangan. Dan identifikasi dillakukan di laboratorium dengan memeriksa sampel plankton yang didapat di bawah mikroskop. Kemudian diakurkan dengan tabel kunci identifikasi untuk mengetahui jenis dan jumlah plankton tersebut. Lalu penghitungan atau pencacahan plankton yang telah tersaring dilakukan dengan menggunakan segwidck rafter yang diletakan di bawah mikroskop.
 Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu komunitas
H’  =  - ∑ (ni/N) ln ni/N)

 
Kemudian dihitung nilai keanekaragamannya menggunakan rumus Shannon-Wiener yaitu :
Dimana :
H ¢ = indeks keanekaragaman jenis
         Shannon-Wiener
ni  = jumlah individu suatu jenis
N  = jumlah total individu
D = Σ(n/N)2
 
I = 1-D 
 
Dan dihitung dominansinya dengan menggunakan rumus Indeks Diversitas Simpson yaitu :
   
Dimana :
D = Indeks dominansi Simpson
                    Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah
3.2.1.2 Cara Pengambilan Sampel Bentos                             
            Mengambil sampel bentos pada dasar perairan bisa dengan menggunakan alat yang bernama Ekman Grab atau bisa hanya dengan diambil menggunakan tangan, maka bentos yang sudah di ambil dimasukan ke dalam wadah yang sudah diberi formalin10% untuk pengawetan dan sudah diberi label. Dan identifikasi di lokasi pengamatan dengan metode kennedy, sehingga diperoleh jumlah setiap spesies.identifikasi lebih lanjut dilakukan di laboratorium.
3.2.2 Parameter Fisika
a. kedalaman
             Dilakukan dengan mencelupkan tongkat berskala pada perairan sampai menyentuh dasar lalu dihitung kedalamannya berdasarkan tinggi permukaan yang menyentuk skala pada tongkat. Dilakukan pada beberapa lokasi di hitung rata-ratanya.


b. kecerahan
            Untuk mengukur kejernihan air atau transparansi dapat dilakukan dengan mencelupkan lempeng secchi ke dalam air sanpai warna hitam dan putih yang ada dalam lempeng secchi tersebut tidak dapat dibedakan lagi. Besarnya jarak lempeng secchi dengan permukaan air adalah nilai transparansi.
c. Suhu Air dan Udara
            Pengambilan data suhu air dilakukan dengan cara mengikatkan termometer pada tali sepanjang kra-kira 60 cm dan dicelupkan ke dalam perairan sampai kedalaman kurang lebih 40 cm dari permukaan dan ditunggu  hingga beberapa saat kira-kira 5 menit untuk mengukur suhu airnya dan di catat suhu air yang tertera pada termometernya.
            Pengambilan daa suhu udara dilakukan dengan mengikatkan termometer pada tali sepanjang kra-kira 60 cm dan biarkan menggantung diudara selama waktu tertentu (5 menit).
d. Arus dan Debit Air
            Pertama-tama ikatkan styrofoam ukuran 10x10 cm pada tali sepanjang 2 meter dan di siapkan stopwatch untuk menghitung waktu yang ditempuh styrofoam dan lepaskan styrofoam pada satu titik bersamaan dengan mulainya penghitungan waktu dengan stopwatch dan dihitunga waktu yang ditempuh styrofoam untuk hanyuk mengikuti arus pada bentangan tali sepanjang 2m kemudian hitunglah lebar sungai dari batas air paling pinggir dan ukur pula kedalaman sungai tersebut dengan beberapa kali ulangan di bagian pinggir, tengah dan pinggir. Dan kecepatan arus dan debit airnya dihitung.
e.Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL)
            Untuk mengukur konduktivitas masih digunakan alat SCT meter yang dicelupkan kedalam perairan atau contoh sampel yang diambil. Jarum penunjuk temperatur disesuaikan dengan temperatur saat itu. Tombol diputar dari OFF ke ON dan mengatur jarum penunjuk skala DHL (Daya Hantar Listrik)..
f. Salinitas
Untuk mengukur kadar salinitas dapat digunakan alat SCT meter (Salinity, Condictivity, Thermo) meter dengan cara memutar tombolnya kearah parameter salinitas.
g.Tipe Substrat
            Dilihat tipe substratnya dan ditentukan apakah merupakan tipe substrat kerikil,pasir,lumpur dll.



3.3 Parameter Kimia
a.Derajat Keasaman
            pengambilan data pH meter dilakukan dengan pertama-tama siapkan alat pH meter sedemikian rupa sehingga alat tersebut siap digunakan dan celupkan elemen pengukur pada air dan ditunggu hingga muncul angka pada layar untuk setiap parameter yang diamati dan dicatat angka yang tertera pada layar
b.DO (Disolved Oxygen )
Penentuan kadar DO secara kimiawi dilaboratorium ialah dengam mengambil sampel air dengan menggunakan botol Winkler,kemudian tutup botol tersebut dengan hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara dan di tambahkan 1 ml larutan MnSO4 50% dan ditambahkan larutan reagen O2 dan ditutup hati-hati. Kemudian dikocok. Dibiarkan mengendap selama 15 menit dan larutkan endapan dengan cara menambahkan H2SO4pekat sebanyak 2 ml lalu dikocok sampai larut kemudian dititrasi dengan cara mengambil 50 ml larutan dari botol Winkler dengan menggunakan vol pipet, dimasukan ke dalam Erlenmeyer.
Dititrasi dengan larutan standard Na-tiosulfat 0,01Nsampai berwarna kuning muda dan ditambahkan larutan amilum1% sebagai indikator dan titrasi dilanjutkan dengan hati-hati sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi jernih dan dicatat berapa mL larutan Na-tiosulfat yang digunakan dan dihitung dengan menggunakan rumus :

Kadar O2         =                 
Dimana :
N         = Normalitas thiosulfat
V         = Volume botol Winkler

c.BOD
            dilakukan dengan menyaring sampel air sebanyak kurang lebih 100 mL, lalu dimasukan kedalam 2 botol Winkler dan ditentukan kadar oksigenpada botol yang pertama dan disimpan botol kedua ditempat gelap dan ditentukan kadar oksigennya setelah 5 hari dan dihitung dengan menggunakan rumus :

Kadar BOD    =  Faktor Pengenceran  Kadar (DO nol hari  - DO 5 hari)


d. CO2 dan HCO3-
            Penentuan kadar CO2 adalah dengan mengambil sampel air diambil sebanyak 50 ml, kemudian dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Kemudian sample air tersebut diteteskan larutan fenoptalein sebanyak tiga tetes. Kemudian sample air yang telah diteteskan larutan fenoptalein dititrasi (diteteskan) larutan NaOH 0,1 N sampai warna awal sampel air tersebut (bening) berubah warna menjadi pink muda.  Setelah warna larutan berubah menjadi warna pink, jumlah NaOH yang diteteskan dicatat dan dihitung dengan menggunakan rumus :

Kadar CO2      =     ml NaOH    N NaOH    44

Penentuan kadar HCO3- ialah dengan sampel air diambil sebanyak 50 ml, kemudian dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Kemudian sample air tersebut diteteskan larutan metil orange sebanyak tiga tetes sehingga larutan berwarna orange muda. Kemudian sample air yang telah diteteskan larutan metil orange dititrasi (diteteskan) larutan HCl 0,1 N sampai warna sampel air tersebut  (orang muda) berubah warna menjadi orange tua. Setelah warna larutan berubah menjadi warna pink, jumlah NaOH yang diteteskan dicatat.
Kadar HCO3- =    (ml HCl – ml NaOH)   N HCl  x  61
















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Catatan Lapangan
1. Sungai Cikuda
1. Nama Badan Air                                   = Sungai Cikuda
2. Lokasi                                                   = Cikuda, Jatinangor
3. Tanggal dan Waktu                               = Sabtu, 13 Oktober 2012 (08.45 WIB)
4. Nomor dan Jenis Sampel                      = Stasiun 1, 2,3 dan jenis sampel cair
5. Temperatur air dan Udara                     = 23,67oC (dalam air) & 26,5oC (udara)
6. Tinggi muka air (kedalaman)                = 43 cm
7. Keadaan Cuaca                                     = Cerah
8. Keadaan Fisik Aumber Air                   = Banyak sampah, kotoran, lalat & bau
9. Vegetasi di sekitar Lokasi                     = Poaceae, Bambu, Wedellia & Cosmos
10. Keadaan lingkungan lokasi                 = Di sekitar pemukiman warga
11. Keadaan lokasi pengambilan              = Sangat kotor karena banyak sampah
12. Hasil Pemeriksaan di Lapangan          = Terlampir
13. Nama Pengambil Sampel                    = Kelompok 9 dan kelompok 10

2.  Air Cekdam UNPAD
1. Nama Badan Air                                   = Air Cekdam
2. Lokasi                                                   = kampus UNPAD Jatinangor
3. Tanggal dan Waktu                               = Sabtu, 13 Oktober 2012 (08.45 WIB)
4. Nomor dan Jenis Sampel                      = air cekdam dan  jenis sampel cair
5. Temperatur air dan Udara                     = 29oC (dalam air) & 29,5oC (udara)
6. Tinggi muka air (kedalaman)                = 118,5 cm
7. Keadaan Cuaca                                     = Cerah
8. Keadaan Fisik Aumber Air                   = Air kotor dan berwarna hijau
9. Vegetasi di sekitar Lokasi                     = Rerumputan dan Lumut
10. Keadaan lingkungan lokasi                 = Di wilayah kampus
11. Keadaan lokasi pengambilan              = tidak banyak sampah dan tidak bau
12. Hasil Pemeriksaan di Lapangan          = Terlampir
13. Nama Pengambil Sampel                    = Kelompok 9 dan kelompok 1
1.2        Gambar Denah Lokasi Pengamatan
4.2.1 Sungai Cikuda           
            Description: cikuda 3.JPG

Description: D:\DSC_0540.jpg







                                                                          
Pemilihan lokasi sungai cikuda karena sungai ini dapat mewakili data bagian air dan termasuk dalam perairan lotik serta mudah dijangkau (lebar 8,2 m).
Description: E:\DCIM\100D5100\DSC_0264.JPGDescription: D:\DSC_0539.jpg4.2 2 Air Cekdam







Pemilihan lokasi sungai cikuda karena sungai ini dapat mewakili data bagian air dan termasuk dalam perairan lentik serta mudah dijangkau.

1.3        Parameter Fisika dan Parameter Kimia
No
Parameter
Cikuda
Cekdam
Rata-Rata
Stasiun 1
Stasiun 2
Stasiun 3
Cikuda
Cekdam
1
Kedalaman (cm)
35,5
54,5
39
118,5

118,5
2
Kecerahan (cm)
25
32
37
48,5
31,33
48,5
3
Suhu Air (oC)
24,5
23
23,5
29
23,67
29
4
Suhu Udara(oC)
27
26
26
29,5
26,3
29,5
5
Arus air (m/s2)
1m11s
1m19s
1m30s
-
1m20s
-
6
pH
7,72
7,59
7,54
8,1
7,62
8,1
7
DHL
205
200
205
225
203,3
225
8
Salinitas
0
0
0
0
0
0
9
DO
4,47
4,96
5.12
20,16
4,85
20,16
10
BOD
3.01
2.84
-
20
2,93
0,16
11
COD
800


4000


12
CO2
4,4
8,8
9,8
0
7,67
0
13
HCO3-
109,8
97,6
109,8
183
105,73
183
14
Tipe Substrat
Lumpur
Lumpur
Lumpur
Lumpur
Lumpur
Lumpur

1.4        Parameter Biologi
4.4.1 Plankton
1. Plankton Sungai Cikuda
No
Nama Spesies
Gambar
Jumlah
Indeks Simpson
D = ∑ (ni/N)2
1
Zygnema Sp.
Description: F:\zygnema 100 x.jpg
6
(6/27)2  = 0,049
2
Ullothrix Sp.
Description: F:\ulothrix 40x.jpg
1
(1/27)2  = 0,001
3
Spirogyra Sp.
Description: F:\spirogyra 100x.jpg
5
(5/27)2  = 0,034
4
Nitchzia Sp.
Description: F:\nitzchia 100x.jpg
1
(1/27)2  = 0,001
5
Tubifex Sp.
Description: F:\65418_478729562148851_932591371_n.jpg
1
(1/27)2  = 0,001
6
Trichorcerca Sp.
Description: F:\Trichocerea 100x.jpg
1
(1/27)2  = 0,001
7
Eucalanus Sp.
Description: F:\eucalanus 40x.jpg
5
(5/27)2  = 0.034
8
Porcellanidae (Carapaceae)
Description: F:\porcellanidae 40x.jpg
1
(1/27)2  = 0,001
9
Euprimno Sp.
Description: F:\euprimno 100x.jpg
4
(4/27)2  = 0,002
10
Naucilus Sp.
Description: F:\cyclop.jpg
1
(1/27)2  = 0,001
11
Euphasid Sp.
Description: F:\222399_478731168815357_2023770831_n.jpg
2
(2/27)2  =  0,005
Jumlah
27
 0, 13

Indeks Diversitas Simpson untuk plankton di sungai cikuda dengan diversitas sebesar 0,13 yaitu :
I = 1-D
   = 1 – 0,13
   = 0,87
Indeks Diversitas Simpson sungai cikuda yaitu 0,87. Hal ini menunjukan bahwa tercemar ringan menuju tercemar sedang.

2.Plankton Air Cekdam
No
Nama Spesies
Gambar
Jumlah
Indeks Simpson
D = ∑ (ni/N)2
1
Serolina darella
Description: http://marinebio.org/_n/i/zooplankton/juvenile_octopus_a.jpg
5
(5/47)2  = 0,011
2
Paraclanus indicus

12
(12/47)2  = 0,065
3
Spirogyra Sp.
Description: F:\spirogyra 100x.jpg
11
(11/47)2  = 0,055
4
Gomphosphaeria Sp.
Description: http://www.glerl.noaa.gov/seagrant/GLWL/Algae/Cyanophyta/Images/MTUGomphosphaeria_aponina.jpg 
2
(2/47)2  = 0,002
5
Cyclops Sp.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdl4QBZ-pGVWZ5OYTkhyphenhyphenaVzFPMaHJY5YclVnOHpSHlMq_4YvDZfiRZ4vrgqgjOJsVJhJ4_dc9hb8LzWB2k4oP_dUeLkyI_SJudcDZBdrZZm2UMXqv6HPkcGlUQ1RTWUATScDZJjnpXmFKL/s400/cyclopsIMGP9745.jpg
4
(4/47)2  = 0,007
6
Agmenellum Sp.
Description: http://university.uog.edu/botany/474/images/merismopedia2294sm.jpg
3
(3/47)2  = 0,004
7
Pelagothuria Sp.

4
(4/47)2  = 0.007
8
Talochestia morino

6
(6/47)2  = 0,016
Jumlah
47
0,167

Indeks Diversitas Simpson untuk plankton di sungai cikuda dengan diversitas sebesar  0,167 yaitu:
I = 1-D
   = 1 – 0,167
   = 0,833
Indeks Diversitas Simpson sungai cikuda yaitu 0,833. Hal ini menunjukan bahwa
tercemar ringan menuju sedang.
1.4.2        Benthos
1.      Benthos Sungai Cikuda
No
Nama Spesies
Gambar
Jumlah
Indeks Shannon-Wiener
(ni/N) ln ni/N)
1
Hirudo medicinalis
Description: F:\486996_512286725448680_85486504_n.jpg
2
(2/123) ln (2/123) = -0,168
2
Melanoides torulosa
Description: F:\293809_512287628781923_1850273967_n.jpg
100
(100/123) ln (100/123) =
-0,204
3
Anentome Helena
Description: http://badmanstropicalfish.com/species-gallery/species-images/mb_pictures/shari/Assassin_Snail.jpg
10
(10/123) ln (10/123) = -0,216
4
Littorina sondaica
Description: http://www.discoverlife.org/IM/I_MWS/0712/320/Littorina_saxatilis,I_MWS71282.jpg
11
(11/123) ln (11/123) = -0,067
Jumlah
123
-0,655


Indeks Diversitas Shannon-Wiener untuk benthos di sungai cikuda yaitu :
H’  =  - ∑ (ni/N) ln ni/N)
   = - (-0,655)
   = 0,655
Indeks Diversitas Shannon - Wiener sungai cikuda yaitu 0,655. Hal ini menunjukan bahwa sungai cikuda tercemar berat (Wilha ,1975).
2.      Benthos Air Cekdam
No
Nama Spesies
Gambar
Jumlah
Indeks Shannon-Wiener
(ni/N) ln ni/N)
1
Filooaludina javanica
Description: F:\426317_512285882115431_374964894_n.jpg
3
(3/52) ln (3/52) = -0,165
2
Melanoides tuberculata
Description: F:\66328_512286058782080_286940517_n.jpg
2
(2/52) ln (2/52) = -0,125
3
Pila  scutata
Description: http://guerrero.guy.pagesperso-orange.fr/coq/09186.jpg
9
(9/52) ln (9/52) = -0, 304
4
Clypeomorus coralum

8
(8/52) ln (8/52) = -0, 288
5
Littorina melanostoma
Description: http://mangrove.nus.edu.sg/guidebooks/photos/2204.jpg
10
(10/52) ln (10/52) = -0,317
6
Bellamya javanica
Description: i0000785013b.jpg (366×419)
7
(7/52) ln (7/52) = -0,270
7
Thiara scabra
Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/b/b7/Thiara_winteri_001.jpg/220px-Thiara_winteri_001.jpg
13
(13/52) ln (13/52) = -0,347
Jumlah
52
-1,816
     Indeks Diversitas Shannon-Wiener untuk benthos di sungai cekdam yaitu :
H’  =  - ∑ (ni/N) ln ni/N)
   = - (-1,816)
   = 1,816
Indeks Diversitas Shannon - Wiener sungai cekdam yaitu  0,655. Hal ini menunjukan bahwa sungai cikuda tercemar  ringan (Lee dkk, 1975).







4.2 PEMBAHASAN
       Pada praktikum ekologi perairan kali ini bertujuan untuk membedakan jenis perairan lotik dan lentik, mengetahui cara pengambilan sampel, baik sampel air, plankton, dan benthos,mengetahui hubungan antar faktor fisika, kimia, dan biologi dalam suatu perairan.
mengetahui keanekaragaman jenis plankton dan benthos dihubungan dengan tingkat pencemarannya air pada sungai Cikuda dan Cekdam UNPAD.

      PEMBAHASAN PERAIRAN SUNGAI CIKUDA
          Sungai ini memiliki hasil catatan lapangan dari kelompok 9 praktikum ekologi perairan menguji air yang diambil sampel pada Sabtu, 13 Oktober 2012 (08.45 WIB) memiliki hasil air dengan temperatur 23,67oC dan temperatur udara 26,5oC menunjukan bahwa keadaan perairan memang pada berada pada negara tropis dengan iklim yang sedang dan berpengaruh pada suhu dan temperatur pada perairan sungainya. Tinggi muka airnya adalah 43 cm karena daerah ini memanglah area sungai dangkal dan kadang menjadi area pembuangan air masyarakat di sekitar daerah sungai cikuda oleh karenanya ditemukan banyak sampah kotoran dan lalat yang menyebabkan air tercemar dan memilki bau dari sampah yang ikut hanyut pada aliran sungai tersebut, Vegetasi yang ditemukan pada keadaan sekitar sungai adalah tumbuhan dari famili Poaceae, Bambu, Wedellia & Cosmos.
            Dilakukan  pengujian pengaruh biologi pada praktikum kali ini yaitu dengan dengan mengambil sampel plankton dan bentos yang berperan sebagai indikator pencemaran. Untuk plankton dihitung kestabilan keanekaragamannya dengan menggunakan Indeks Simpson  dan untuk bentos dihitung nilai pencemarannya menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, dan pengujian untuk sampel plankton dan bentos dilakukan tiga kali pada tiga stasiun disatu wilayah namun hasil yang didapat digunakan sebagai satuan sampel yang sama.
Indeks keanekaragaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus simpson (Kreb,1985). Nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 0-1, jika nilai indeks mendekati 0 maka keanekaragamannya rendah dan jika nilai indeks mendekati 1 maka keanekaragamannya tinggi. Kestabilan ekosistem perairan dikatakan baik jika mempunyai nilai indeks keanekaragaman Simpson antar 0,6-0,8(Odum,1971).
Spesies plankton yang ditemukan pada praktikum kali ini didapakan dengan nilai indeks simpsonnya masing-masing adalah Zygnema Sp sebesar 0,049, Ullothrix Sp sebesar 0,001, Spirogyra Sp. sebesar 0,034. Nitchzia Sp. sebesar 0,001. Tubifex Sp. sebesar 0,001. Trichorcerca Sp. sebesar  0,001. Eucalanus sebesar Sp 0.034. Porcellanidae sebesar 0,001. Euprimno sebesar Sp. 0,002. Naucilus Sp. sebesar 0,001. Dan Euphasid sebesar  Sp. 0,005
Pada spesies plankton yang di hitung nilai Indeks Diversitas Simpson keseluruhannya memiliki nilai rata-rata 0,87. Hal ini menunjukan bahwa keanekaragaman spesies plankton  sungai cikuda memiliki nilai yang stabil.
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener mempunyai nilai sebagai berikut :
Kisaran nilai indeks keanekaragaman (H’) berkisar antara 0.23-0.49 termasuk dalam kategori lingkungan yang buruk (Wibisono,2005).
• Kisaran nilai indeks keanekaragaman (H’) berkisar antara 0.6 – 1.46 termasuk dalam kategori lingkungan yang buruk hingga sedang (Wibisono,2005)
• Kisaran nilai indeks keanekaragaman (H’) 1,5- 2,3026 termasuk kategori lingkungan sedang
   (dari Krebs, 1985).
Kisaran nilai indeks keanekaragaman (H’) >2  termasuk dalam kategori lingkungan yang belum tercemar (Odum, 19750).
Spesies bentos yang ditemukan pada praktikum kali ini adalah Hirudo medicinalis Melanoides torulosa, Anentome Helena, Littorina sondaica
Pada spesies bentos yang di hitung nilai Indeks Diversitas Shannon- Wiener keseluruhannya memiliki nilai rata-rata Indeks Diversitas Shannon- Wiener rata-rata bentos pada sungai cikuda yaitu 0,655. Hal ini menunjukan bahwa sungai cikuda memiliki kisaran nilai indeks keanekaragaman berkisar antara  0.6 – 1.46 yang berarti termasuk dalam kategori lingkungan yang buruk hingga sedang..
          Keuntungan yang didapat dari indikator biologi adalah dapat merefleksikan keseluruhan kualitas ekologi dan mengintegrasikan berbagai akibat yang berbeda, memberikan pengukuran yang akurat mengenai pengaruh komunitas biologi dan pengukuran fluktuasi lingkungan (Devi, 2002
Organisme akuatik yang penting di perairan adalah plankton yang mempunyai peranan sebagai dasar kehidupan organisme akuatik lainnya. Plankton didalam perairan sangat dipengaruhi oleh interaksinya dengan faktor fisika, kimiadan biologi perairan. Kondisi fisika, kimia dan biologi suatu perairan di pengaruhi oleh dinamika lingkungan baik lingkungan di dalam maupun di luar perairan.
Tingginya nilai kelimpahan planktonyang diperoleh tersebut diduga disebabkan olehparameter-parameter lingkungan yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan plankton (fitoplankton) berada pada kisaran yang sesuai, seperti suhu dan pH perairan berada pada nilai yang optimal untuk mendukung kehidupan plankton kelimpahan individu pada tiap kedalaman mencirikan tingkat produktivitas suatu perairan, makin tinggi nilai kelimpahan plankton semakin tinggi produktivitasnya. .
Dinamika jenis zooplankton tersebut diduga belum dapat dipastikan penyebabnya karena faktor-faktor yang mempengaruhinya cukup kompleks seperti ketersediaan makanan, arus air dan gerak zooplankton (Garno, 1993).
Nilai stabil keanekaragaman plankton yang dihitung dengan indeks Diversitas Shannon- Wiener pada percobaan di sungai cikuda kali ini diduga disebabkan penetrasi cahaya yang masuk keperairan yang semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Karena sungai ini memiliki kedalaman 0,4 cm dan proses fotosintesis sendiri dapat berlangsung optimal Pada kedalaman 0 -2 atau 2-4.
Pada kedalaman 0-2 m suhu airberkisar antara 30-31oC, pada kedalaman 2-4 m suhu air berkisar antara 29-31oC danpada kedalaman 4-6 m suhu air berkisar antara 29-30oC. Penurunan suhu antarlapisan kedalaman terlihat relatif kecil.Nilai kisaran tersebut adalah normal bagiperkembangan plankton di perairan umum pada daerah tropis, yaitu 21 -35oC(Wardoyo, 1983). Menurut Wetzel (1983), Fitoplankton masih dapat berkembang pada suhu antara 20-30 oC.
Kecerahan air yang diukur dari permukaan sampai kedalaman 6 m berkisar antara 70 -
80 cm. Perbedaan kisaran nilai kecerahan pada tiap lokasi dapat disebabkan olehfaktor biologi (plankton) dan faktor fisika yaitu perbedaan padatan tersuspensi danterlarut. Nilai kecerahan hasil pengukuran dikategorikan rendah diduga disebabkankarena adanya pergerakan air serta kondisi perairan yang dangkal sehinggamengakibatkan dasar perairan yangdominan lumpur naik ke permukaan,selanjutnya akibatnya partikel lumpurmenghalangi penetrasi cahaya.Sehubungan dengan fenomena tersebut,Hendersen (1978) dalam Garno (2005)mengungkapkan bahwa perairan dengankecerahan di bawah 300 cm tergolong perairan etnik.
            Kadar garam (salinitas) dalam air bervariasi, dari kadar garam yang rendah di sungai,kadar garam di muara, dan kadar garam yang tinggi di laut. Hal ini menyebabkan keterbatasan penyebaran plankton. Beberapa plankton yang hidup terbatas pada air tawar dan pada saat berpindah ke laut akan menyebabkan kematian, namun pada perairan air di sungai cikuda faktor salinitas ini tidaklah begitu berpengaruh karena keanekaragaman plankton yang ditemukan jumlahnya banyak.
            .

         Parameter fisikanya mempunyai kedalaman rata-ratanya 43 cm yang berarti perairan dangkal, kecerahan rata-raanya 31,33 pada pengujian menggunakan lempeng sechi yang berarti air tersebut telah memiliki sedikit pencemaran karena air yang menunjukan kekeruhan pada lempeng sechi tersebut, suhu airnya 23,67 derajat celcius karena perairan berada di daerah negara tropis, suhu udaranya 26,27 karena cuaca pada saat pengamatan dalam keadaan mendung , ph air nya 7,62 yang berarti belum banyak tercemar asam dari logam-logam sampah dan basa baik dari limbah deterjen pemukiman dan lainnya. Dhl nya 303,3 yang menunjukan air memiliki daya hantar listrik yang lumayan baik. Dan memiliki DO atau kebutuhan oksigen bagi air yang dibutuhkan untuk melakukan degradasi, nilai DO dari air sampel cikuda ini sendiri adalah sebesar 4,85 dan ini berarti hanya sedikit oksigen yang dibutuhkan karena air belum begitu banyak membutuhkan oksigen untuk dekomposisi bahan organiknya.
               BOD perairannnya sebesar 2,93 yang menunjukan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses dekomposisi bahan organik, CO2 nya 7,67 karena air nya masih sangat baru diambil dan CO2 ini adalah menunjukan bahwa bila nilai CO2 nya besar maka air memiliki oksigen yang sedikit dan CO2 pun dapat berfungsi sebagai indicator mikroorganisme didalam perairan masih dapat berfotosintesis, karbondioksida sendiri sangat diperlukan untukproses fotosintesis yaitu sebagai sumber karbon. Kandungan karbondioksida disetiap kedalaman nilainya selalu  menurun.Pada kedalaman 0-2 m nilainya berkisarantara 4,99-6,59, pada kedalaman 2-4 mnilainya berkisar antara 4,39- 6,39 danpada kedalaman 4-6 m nilainya berkisarantara 4,32-5,99 mg/l.
               Nilai HCO3- nya 105,73 yang berkaitan dengan nilai ph nya, karena nilai HCO3- nya tidak terlalu tinggi maka PH nya pun tidak akan terlalu asam terkait dengan kandungan H+ yang dapat menyebabkan senyawa asam. Tipe substrat pada perairan kali ini adalah lumpur karena banyak tanaman yang terdekomposisi dan  hanyut masuk ke perairan atau pun memang tipe daerah tersebut memiliki jenis tanah yang memiliki banyak humus.
    Perairan sungai di cikuda ini merupakan perairan dengan ekosistem lotik, menurut Odum ekositem lotik adalah ekosistem perairan yang memiliki ciri adanya aliran air ( arus) yang nyata dan hal ini berpengaruh terhadap pertukaran tanah dan airan kelarutan oksigen pada perairannya.
Kandungan oksigen terlarut pada perairan cikuda ini adalah sebesar 4,85 mg/l merupakan nilai yang baik untuk dekomposisi bahan organik karena  Menurut Wetzel (1983) oksigen terlarut yang baik berkisar antara3,4-5,6 mg/l. bertambahnya kedalaman dapat menurunkan konsentrasi oksigen terlarut. Penurunan kandungan oksigen terlarut disebabkan tingginya aktivitas dekomposisi bahan organik dari jenis pankton didalam perairan.
           Perubahan pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya aktivitas manusia di sekitar ekosistem dan iklim. Seperti perairan di sungai cikuda ini menunjukan bahwa aktivitas manusia lah yang berpengaruh pada perairan kali ini. Dengan keadaan sungai kadang di gunakan warga sebagai pembuangan limbah rumah tangga di kehidupan sehari-harinya, akan tetapi faktor-faktor seperti biologi,fisika dan kimianya tidak menyebabkan pencemaran pada perairan sungai cikuda kali ini. Yang ditunjukan dengan nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dengan nilai pencemaran yang sedang.
PEMBAHASAN PERAIRAN CEK DAM
       Pada praktikum kali ini selain melakukan pengujian oleh kelompok 9 pada sampel air sungai cikuda juga melakukan uji sampel air dari cekdam UNPAD. Praktikum dilakukan pada Sabtu, 13 Oktober 2012 (08.45 WIB) memiliki temperatur air 29oC karena suhu air ini merupakan suhu air pada daerah iklim tropis yang mempengaruhi temperatur airnya menjadi suhu sedang. Sedangkan temperatur udara sebesar  & 29,5oC karena cuaca pada saat melakukan penelitian pada keadaan cerah, kemudian tinggi muka air memiliki kedalaman 118,5 cm namun keadaan fisik sumber air kotor dan berwarna hijau karena terdapat banyak lumut pada pinggir perairan atau pun alga yang terkandung. Dan vegetasi yang ditemukan disekitar lokasi adalah hanya berupa rerumputan dan lumut karena daerah tersebut memiliki kelembaban yang tinggi, akan tetapi air yang keruh pada air cekdam ini bukan lah hanyutan dari pada limbah maupun sampah, akan tetapi kekeruhan yang terjadi hanyalah disebabkan dari lumut maupun alga tersebut. Karena area cekdam ini meupakan wilayah kampus UNPAD yang jauh dari pembuangan air kotor.
Indeks keanekaragaman dapat dihitung dengan menggunakan rumus simpson (Kreb,1985). Nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 0-1, jika nilai indeks mendekati 0 maka keanekaragamannya rendah dan jika nilai indeks mendekati 1 maka keanekaragamannya tinggi. Kestabilan ekosistem perairan dikatakan baik jika mempunyai nilai indeks keanekaragaman Simpson antar 0,6-0,8(Odum,1971).
Plankton yang ditemukan adalah  Serolina darella, Paraclanus Spirogyra Sp.  Gomphosphaeria Sp.    Cyclops Sp. Agmenellum Sp. Pelagothuria Sp, Talochestia morino. Indeks Diversitas Simpson sungai cikuda yaitu 0,833. Hal ini menunjukan bahwa tercemar ringan menuju sedang. Bentos yang ditemukan adalah Filooaludina javanica, Melanoides tuberculata, Pila  scutata, Clypeomorus coralum, Littorina melanostoma, Bellamya javanica, Thiara scabra
Data parameter fisikanya memiliki kedalaman 118,5 yang merupakan area perairan yang dalam kemudian kecerahan yang diukur dengan menggunkan lempeng sechi menunjukan pada 48,5 cm, berarti air tersebut tidak terlalu keruh karena lempeng sechi yang dijatuhkan pun pada pada bagian permukaan yang tidak terlalu dalam. Suhu airnya  29 derajat karena berada pada daerah iklim tropis dansuhu udara29,5 karena cuaca saat penelitian sangatlah cerah sehingga derajat yang diukur terhitung   merupakan udara hangat. DHL nya 225 berarti air ini cukup memiliki daya hantar listrik yang baik. DO nya sebesar 20,16 berarti oksigen yang dibutuhkan air untuk dekomposisi pencemarannya sangat besar. BOD nya pun sebesar 0,16 berarti oksigen yang  dibutuhkan mikroorganisme untuk melakukan dekomposisi pada air tersebut hanya dibutuhkan sedikit saja.
                  Ekositem perairan seperti cekdam ini merupakan ekosisem lentik. Ekosistem lentik adalah ekosistem perairan dengan arus yang relatif lemah. Airnya cenderung tergenang dan tenang .contohnya adalah danau, bendungan dan kolam ( Odum, 1971).
                Pada ekosistem perairan terdapat berbagai parameter yang digunakan gunanya adalah sebagai acuan untuk mengenal kondisi lingkungnnya, diantaranya ialah DO,suu, salinitas,dll. Parameter ini dapat berubah-ubah. Dan perubahanya dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya aktivitas manusia di sekitar ekosistem dan iklim. Berubahnya parameter kualitas air tersebut dapat mempengruhi kehidupan biota air. Perubahan yang ekstrim dan mendadak dapat menyebabkan kematian biota. Sedangkan perubahan yang terus-menerus akan dapat menyebabkan perubahan morfologis, fisiologis dan tingkah laku biota perairan sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan. Namun pada perairan daerah cekdam ini perubahan kualitas airnya tersebut merupakan ekosistem yang tidak dapat diganggu oleh aktivitas manusia karena keadaannya yang jarang dipakai kegiatan disekitar cekdam tersebut.akan tetapi perubahan kualitas airnya tersebut dapat dipengaruhi oleh iklim dan biota airnya itu sendiri yang menyebabkan perubahan  kualitas dan bentuk ekosisemnya itu sendiri.




KESIMPULAN
1.      Perairan sungai di cikuda ini merupakan perairan dengan ekosistem lotik, menurut Odum
ekositem lotik adalah ekosistem perairan yang melmiliki ciri adanya aliran air ( arus) yang nyata.hal ini berpengaruh trhadap pertukaran tanah dan air. Dan kelarutan oksigen. Kecepatan arus dapat berbariasai amat besar di tempat yang berbeda dari suatu aliran air yang sama dan dari waktu ke waktu . di dalam aliran air yang besar seperti sungai, arus dapat berkurang sedemikian rupa seningga menyerupai kondisi air yang terenang ( Odum,1971)
Ekositem perairan seperti cekdam ini merupakan ekosisem lentik. Ekosistem lentik adalah ekosistem perairan dengan arus yang relatif lemah. Airnya cenderung tergenang dan tenang .contohnya adalah danau, bendungan dan kolam ( Odum, 1971).
2.      Hubungan faktor kimia,fisika,dan biologi yang menyebabkan pencemaran pada suatu perairan dapat terjadi akibat dari adanya pemasukan bahan organic maupun anorganik yang menimbulkan dampak tidak baik berupa pencemaran logam,bahan kimia, pestisida,minyak,sampah dll pada perairan yang kemudian berhubungan dengan faktor biologinya seperti plankton dan bentos yang keberadaannya akan terganggu atau bahkan mati karena tercemar bahan-bahan kimia dari limbah tersebut. dan faktor fisika pun seperti kedalaman,kecerahan dan suhu akan mempengaruhi lamanya proses dekomposisi kembali air yang tercemar tersebut.
3.           a. Indeks Diversitas Simpson plankton sungai cikuda yaitu 0,87. Hal ini menunjukan         bahwa  keanekaragamannya memiliki nilai yang stabil, sedangkan Indeks Diversitas Shannon-   Wiener sungai cikuda yaitu 0,655. Hal ini menunjukan bahwa sungai cikuda tercemar berat.
b. Indeks Diversitas Simpson sungai cekdam yaitu 0,833. Hal ini menunjukan bahwa     tercemar ringan menuju sedang, sedangkan  Indeks Diversitas Shannon - Wiener sungai cekdam  yaitu  0,655. Hal ini menunjukan bahwa sungai cikuda tercemar  ringan







LAMPIRAN
Description: prak ekper 11.jpgDescription: prak ekper 6.jpgDescription: prak ekper 5.jpg



   Penambahan sampel air                                Penambahan sampel air                    Sampel air + Reagen O2
       dengan Reagen O2                                         dengan MnSO4                                      + MnSO4
Description: prak ekper 2.jpgDescription: F:\284081_478728165482324_1843440578_n.jpgDescription: prak ekper 1.jpg



   Sampel Air + Reagen O2                Sampel Air yang telah                   Proses Titrasi sampel air
+ MnSO4+ H2SO4 dalam Winkler               siap dititrasi
Description: F:\482899_478728318815642_115890343_n.jpgDescription: F:\36597_478728608815613_857645184_n.jpgDescription: F:\304376_478727318815742_1105575907_n.jpg



Sampel air sebleum dititrasi           Titrasi awal sampai warna              Titrasi akhir sampai sampel
                                                                Menjadi kuning bening                      air berwarna bening
                                                                Lalu ditambah amilum
Description: cikuda 1.JPGDescription: cikuda 4.JPGDescription: cekdam 1.JPG



Pengambilan plankton                      Pengukuran kedalaman,                      Pengukuran arus
Dengan Plankton net                        kecerahan dan suhu


Perhitungan DO

·         Stasiun 1 CikudaDO0
= 4,47

·         Stasiun  2 Cikuda DO0
= 4,96

·         Stasiun 3 Cikuda DO0
=  5,12

·         Stasiun Cekdam DO0
= 20,16

·         Pengulangan 1 Cikuda DO5
= 1,63

·         Pengulangan 2 Cikuda DO5
= 1,95



·         Cekdam  DO5
= 0,16
Perhitungan CO2
·         Stasiun 1 Cikuda
                                                           = 4,4

·         Stasiun 2 Cikuda
                                                           = 8,8
·         Stasiun 3 Cikuda
                                                            = 8,8

·         Stasiun Cekdam
=  0
          Perhitungan HCO3
·         Stasiun 1 Cikuda
= 109,8
                         
·         Stasiun 2 Cikuda
= 97,9
·         Stasiun 3 Cikuda
= 109,8
·         Stasiun Cekdam
= 
Perhitungan BOD


·         Cikuda pengulangan 1

= 2,84

·         Cikuda pengulangan 2

= 3,01

·         Cekdam
= 20


Perhitungan COD


·         Cekdam
= 4000

·         Cikuda
                                                           = 800






DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, M. D, Djoko T. dan Eko M. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan
Budidaya Air. Liberty: Yogyakarta
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. LPPM. Universitas Kristen Petra : Surabaya
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University. Press: Yogyakarta
Resosoedarmo, S, Kuswara K dan Aprilani S. 1992. Pengantar Ekologi. Penerbit PT. Remaja
Rosda Karya: Bandung
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta
Syaftrianto, Irmawan. 2009. Ekosistem Kolam. http://pustaka.ut.ac.id/pustaka/ diakses
tanggal 9 Desember 2009 pukul 19.00 WIB.
Sudaryanti, S dan Wijarni. 2006. Biomonitoring. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya:
Malang
Akbar , S . 2001. Pembesaran Ikan Kerapu Bebek dan Kerapu Macan di Keramba Jaring Apung . Prosiding Lokakarya Nasional. RISTEK-DKP-BPPT.
Alaerst G dan Sartika S. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional Surabaya.
Boyd.1982.Water Quality For Pond Fish Culture.Elsevier Scientific Publishing Company.Amsterdam The Netherland
Cholik, et al.2005. Akuakultur: Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Kerjasama Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman Akuarium Air Tawar TMII. PT. Victoria Kreasi Mandiri. 415 halaman.
Hardjojo dan Jokosetiyanto.2005.Pengukuran dan Analisis Kulitas Air.Edisi ke-1,Modul1-6.Universitas terbuka.Jakarta
Lee CD, Wang SB dan Kuo CL. 1987. Bhentic and Fish as Biological Indicator of Water Quality with References of Water Pollution Control in Developing Countries. Bangkok.
Mayunar, Purba R dan Imanto PT. 1995. Pemilihan Lokasi untuk Budidaya Ikan Laut. Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring Apung bagi Budidaya Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Kerjasama antara Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian – Forum Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Agribisnis
(FKKPA). Jakarta 12 – 13 April, No. 38: 179 – 187.
Rahayu.1991. Penelitian Kadar Oksigen Terlarut (DO) dalam Air bagi
Kehidupan Ikan. BPPT No. XLV/1991. Jakarta



No comments:

Post a Comment