EKOLOGI PERAIRAN DI SUNGAI CIKUDA SUMEDANG
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Perairan
Disusun oleh
: Hana Hunafa Hidayat
Npm :140410100036
JURUSAN
BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJAJARAN
JATINANGOR
2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
` Ekologi didefinisikan sebagai
ilmu tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan, Istilah
ekologi pertama kali ditemukan oleh Haeckel, seorang ahli biologi pada akhir
pertengahan dasawarsa 1960. Ekologi
berkepentingan untuk menyelidiki interaksi antara organisme dengan
lingkungannya. Pembahasan ekologi sendiri tidak terlepas dari pembahasan ekosistemnya dan hal yang mempengaruhi ekosistem itu
terdiri berbagai macam hal khususnya untuk ekosistem perairan faktor yang
berpengaruh diantaranya adalah faktor kimia,fisika dan biologi dan hal tersebut
dapat sangat mempengaruhi kualitas air perairannya tersebut.
Ekosistem perairan merupakan suatu unit ekologis yang mempunyai komponen
biotik dan abiotik yang saling berhubungan di habitat perairan, Ilmu yang
mempelajari peranan laut terbuka tersebut oceanografi, sedangkan ilmu yang
mempelajari perairan tawar dan asin di bawah pesisir disebut hymnologi
Dengan mengetahui hubungan faktor
kimia,fisika,biologi dan pengaruhnya dalam suatu perairan maka dapat diketahui
pula tingkat pencemarannya sehingga kualitas air dapat diketahui dengan
mengkaji pengaruh faktor kimia,fisika,dan biologinya tersebut, pencemaran perairan dapat terjadi akibat
dari adanya pemasukan bahan organic maupun anorganik yang menimbulkan dampak
tidak baik yang dapat berupa pencemaran logam,bahankimia,
pestisida,minyak,sampah dll.
Sungai Cikuda dan cekdam
merupakan salah satu ekosistem perairan didekat kampus UNPAD, lokasi penelitian
yang tidak jauh dijadikan alasan agar mahasiswa dapat membedakan jenis perairan
lotik dan lentik.
Sungai Cikuda merupakan salah satu sungai di Jawa
Barat yang di kelilingi oleh pemukiman penduduk, mempunyai panjang ± 10 km,
bermata air sungai di kaki Gunung Manglayang di Kabupaten Bandung dan bermuara
di Cikeruh.Sungai Cikuda dewasa ini dijadikan sebagai tumpuan masyarakat
sekitar untuk pembuangan limbah domestik. Dan Cekdam UNPAD sebagai ekosistem danau yang berada di area
kampus UNPAD menjadi alasan mahasiswa untuk melakukan uji faktor kimia,fisika,biologi dan pengaruhnya
dalam suatu perairan
.
1.2 Identifikasi Masalah
•
Bagaimana
hubungan antara ekosistem lotik (cikuda)/ lentik (cekdam) dengan parameter
fisika, kimia, dan biologinya.
•
Bagaimana
tingkat pencemaran cikuda dilihat dari parameter dan indeks diversitasnya
(Simpson dan Shannon- Wiener).
1.3
Maksud dan Tujuan
•
Dapat membedakan jenis perairan lotik dan lentik.
•
Mengetahui cara pengambilan sampel, baik sampel
air, plankton, dan benthos.
•
Mengetahui hubungan antar faktor fisika, kimia,
dan biologi dalam suatu perairan.
•
Mengetahui keanekaragaman jenis plankton dan
benthos dihubungan dengan tingkat pencemaran
1.4 Waktu dan lokasi
• Hari, Tanggal
: Sabtu, 13 Oktober 2012
• Waktu : 08.45 WIB s/d Selesai
• Lokasi Pengamatan : Cekdam UNPAD
Sungai Cikuda
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekologi
Perairan
Ekologi didefinisikan sebagai ilmu tentang
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan. Istilah ekologi
pertama kali ditemukan oleh Haeckel, seorang ahli biologi pada akhir
pertengahan dasawarsa 1960. Ekologi berasal dari bahasa Yunani, oikos yang
berarti rumah dan logos yang berarti ilmu, sehingga secara harfiah ekologi
berarti ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup (Kristanto, 2002).
Ekosistem perairan merupakan suatu unit
ekologis yang mempunyai komponen biotik dan abiotik yang saling berhubungan di
habitat perairan. Komponen biotik terdiri atas komponen flora dan fauna.
Sedangkan komponen atbiotik terdiri atas komponen tidak hidup misalnya air dan
sifat fisik dan kimianya. Ilmu yang mempelajari peranan laut terbuka tersebut
oceanografi, sedangkan ilmu yang mempelajari perairan tawar dan asin di bawah
pesisir disebut hymnologi (Sudaryanti dan Wijarni, 2006).
Berdasarkan salinitasnya, ekosistem perairan yang
ada di dunia initerbagi dua, yaitu perairan asin dan perairan tawar. Dalam lymnology,ekosistem air tawar dibagi menjadi dua yaitu ekosistem
lentik dan ekosistemlotik . Air tergenang atau habitat lentik (berasal dari kata lenis yang
berartitenang) , arusnya cenderung relative tenang, contohnya adalah
danau, kolam,rawa, atau pasir terapung. Sedangkan yang termasuk air mengalir
atau habitatlotik (berasal dari kata lotus yang berarti tercuci) antara lain
mata air, aliran air (brook-creek) atau sungai (Odum, 1993)
Ekosistem perairan, termasuk ekosistem air tawar, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam ekosistem ini, faktor-faktor tersebut akan salingmempengaruhi melalui hubungan timbal balik dan membentuk suatukarakteristik
perairan, faktor-faktor
tersebut adalah kimia, fisika, dan biologi.Faktor
Kimia terdiri dari Alkalinitas, Biochemical Oxygen Demand (BOD),Dissolved
Oxygen (DO), Keasaman (pH). Faktor Fisika terdiri dari Suhu,Kejernihan, Arus,
Daya Hantar Listrik. Faktor biologis yang mempengaruhikeadaan perairan tawar
adalah bentos dan plankton. Oleh karena itu, denganmempelajari dan
mengetahui keadaan parameter kimia, fisika dan biologis kita bisa
membedakan ekosistem lentik dan lotik.
2.2. Ekologi
Kolam
kolam adalah daerah perairan yang kecil
dimana zona litoralnya relatif bear dan daerah limnetik serta profundal kecil
atau tidak ada. Stratifikasi tidak terlalu penting. Kolam dapat dijumpai dikebanyakan
daerah dengan curah hujan yang cukup. Kolam-kolam terus menerus terbentuk,
contohnya, bila aliran air berpindah, meninggalkan bekas aliran terisolasi
sebagai perairan yang tergenang (Odum, 1993).
Menurut Rifqi (2008), Kolam umumnya di definisikan sebagai kumpulan air
yang dangkal dan sifat umumnya relatif merupakan air tenang dan kaya akan vegetasi.
Kolam dapat dibagi atas :
1. Kolam berasal dari danau yang luas.
2. Kolam yang tidak berhubungan dengan danau, ukurannya kecil.
3. Kolam buatan manusia
1. Kolam berasal dari danau yang luas.
2. Kolam yang tidak berhubungan dengan danau, ukurannya kecil.
3. Kolam buatan manusia
Berdasarkan musim, kolam dapat di bedakan atas :
1. Kolam sementara
Kolam sementara / temporary hanya ada pada waktu ada air sementara di waktu lain
1. Kolam sementara
Kolam sementara / temporary hanya ada pada waktu ada air sementara di waktu lain
menjadi kering.
2. Kolam permanen
Kolam permanen berisi air sepanjang tahun
2. Kolam permanen
Kolam permanen berisi air sepanjang tahun
Ekosistem kolam ditandai
oleh adanya bagian perairan yang tidak dalam sehingga (kedalamannya tidak lebih
dari 4-5 meter) yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan berakar dapat tumbuh di semua
bagian perairan.Tidak ada batasan tegas yang dapat dibuat antara danau dan kolam.
Ada perbedaan kepentingan secara ekologis, selain dari ukuran secara
keseluruhan. Dalam danau zona limneti dan profundal relatif besar ukurannya
dibandingkan dengan zona litoral. Bila sifat-sifatnya kebalikannya biasanya
disebut kolam. Jadi zona limnetik adalah daerah produsen utama untuk danau
secara keseluruhan (Syafitrianto, 2009).
Klasifikasi perairan lentik
sangat dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan perbedaan suhu air, sedangkan
klasifikasi perairan lotik justru dipengaruhi oleh kecepatan arus atau
pergerakan air sangat dipenagruhi oleh jenis bentang alam (landscape), jenis
batuan dasar dan curah hujan semakin rumit bentang alam, semakhn besar ukuran
batuan dasar dan sdmakin besar ukuran batuan dasar dan semakin banyak curah
hujan, pergerakan air semakin kuat dan kecepatan arus semakin cepat (Effendie,
2003).
2.3. Ekologi
Sungai
Menurut Godam (2009), ciri-ciri habitat air tawar
adalah :
1. Variasi temperatur atau suhu rendah
2. Kadar garam atau salinitas rendah
3. Penetsasi dari cah`ya matahari kurang
4. Terpengaruh iklim dan cuaca alam sekitar
5. Tumbuhan mikroskopis seperti alga dan fitoplankton sebagai produsen
utama.
Rifqi (2009), menyatakan bahwa Ciri-ciri ekosistem
air tawar antara lain variasi suhu tidak mencolok, penetrasi cahaya kurang dan
dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah
ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat
dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar adalah biasanya bersel satu
dan dinding selnya kuat.
2.4
Siklus
Hidrologi
Prinsipnya, air yang berasal dari hujan akan
masuk kedalam tanah. Namun tidak semua air dapat ditampung oleh tanah. Hal ini
disebabkan karena setiap jenis batuan memiliki kemampuan menyerap yang
berbeda-beda. Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak
pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer melalui
kondensasi, presitipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera
merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara
kontinyu. Air berevaporasi kemudian jatuh sebagai presitipitasi dalam bentuk
hujan, salju, hujan batu, hujan es, dan salju. Hujan gerimis atau kabut, pada
perjalanan menuju bumi beberapa presitipitasi dapat berevaporasi kembali keatas
atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai
tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinyu
dalam tiga cara yang berbeda (Evans, 2009).
2.5
Hubungan Interaksi Antar Organisme
Menurut Alan (2009), Interaksi antar organisme dapat
di kategorikan sebagai berikut:
a. Netral, hubungan tidak saling mengganggu antar organisme dalam habitat
yang sama yang bersifat tidak rugi dan tidak merugikan kedua belah pihak.
b. Predasi, hubungan antara mangsa dan pemangsa (Predator). Hubungan ini
sangat erat karena tanpa mangsa, predator tidak dapat hidup, sebaliknya
predator berfungsi untuk mengontrol populasi mangsa.
c. Komensalisme, hubungan antar organisme yang berbeda species daloam
bentuk kehidupan bersama sebagai sumber makanan dalam suatu species diuntungkan
yang lain tidak dirugikan
d. Parasitisme, Hubungan antara organisme yang berbeda species salah satu
hidup pada organisme mengambil makanan dari inang sehingga bersifat merugikan
mangsanya.
e. Mutualisme, hubungan antara dua organisme berbeda species yang sama
saling menguntungkan kedua belah pihak.
2.6 Macam-macam Interaksi
Menurut Cailm (1993), terdapat 9 interaksi penting, yaitu :
1. Neutratisme dimana tidak ada satupun populasi yang berpegaruh dalam
asosiasi yang lain.
2. Tipe persaingan yang saling menghalang-halangi (mutual inhibition
competition type)
yang mana kedua populasi dengan aktif saling
mempengaruhi.
3. Tipe persaingan menggunakansumber daya di dalam populasi memiliki
pengaruh yang
mungkin yang lain dalam perjuangannya untuk
memproduksi sumber persediaan yang
kekurangan.
4. Ameralisme yang mana satu populasi dan yang lain tidak berpengaruh.
5. Parasitisme
6. Comensalisme dimana suatu perairan mengikat yang lain tidak
terpengaruh.
7. Pemangsaan, dimana satu populasi merugikan yang lai dengan cara
menyerang langsung
tetapi bergantung pada yang lain.
8. Protocooperation, dimana kedua populasi memperoleh keuntungan
9. Mutualisme dimana pertumbuhan dan kehidupan populasi mendapat
keuntungan.
Simbiosis adalah hubungan antara dua mahluk hidup yang berbeda jenis. Kebanyakan
yang diajarkan adalah 3 macam simbiosis, yaitu metabolisme, komensalisme, dan
parasitisme, tetapi
ternyata ada juga jenis simbosis yang lain yaitu amensalisme (Anggelina, 2007).
2.7.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Ekosistem Kolam dan Sungai
Dalam ekosistem kolam terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi, diantaranya adalah :
2.7.1 Faktor Biologi
Menurut Kristanto (2004),
komponen pembentuk ekosistem adalah komponen hidup dan komponen tidak hidup
(dua komponen tersebut hidup dalam satu tempat dan berinteraksi membentuk suatu
kisaran yang teratur, misalnya pada suatu ekosistem kecil, katakanlah aquarium).
Ekosistem dalam air terdiri dari
ikan, tumbuhan air, plankton yang melayang dan tergantung dalam air sebagai
komponen hidup. Menurut Arfiati (2009), ekosistem air tawar di ikuti oleh organisme dari
tingkat sederhana seperti bakteri, jamur dan lainnya sampai organisme tingkat
tinggi
Untuk melengkapi
kekurangan pendekatan fisika kimiawi dapat dilakukan dengan memberdayakan
komunitas makroinvertebrata, yaitu hewan – hewan yang tidak mempunyai tulang
belakang dan berukuran relatif tidak bergerak mempnyai siklus hidup yang
panjang dan mempunayai keanekaragaman tinggi yan tersebar di hulu sampai di
hilir sungai. Ditemukan suatu kelompok mikroinvertebrata mencerminkan kondisi
air sungai apakah masih baik (tidak mengalami pencemaran organik tertentu),
atau telah mengalami pencemaran organik terlarut atau telah mengganggu
(Sudaryanti dan Wijarni, 2006).
a. Plankton
Plankton merupakan organisme perairan yang
bersifat melayang-layang di perairan dimana pergerakannya dipengaruhi oleh
arus, angin. Jenis plankton diperairan ada 2 yakni fitoplankton (plankton
nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Berikut ini adalah penjelasan lebih
lanjut mengenai plankton.
Ukuran plankton sangat beraneka ragam dari yang
terkecil yang disebut ultra plankton berukuran < 0,005 mm atau milimikron.
Termasuk di sini bakteri dan diatom kecil sampai monoplankton berukuran 60-70
mikron, sebagian bersel dan mikroskopis. Termasuk fillum Chrysophyta
(Romimohtarto, 2003).
Mengingat peranan plankton sebagai penyedia energi
maka fitoplankton termasuk dalam golongan autotrop. Energi hasil fotosintetis
ini berasal dari senyawa CO2 terlarut dengan H2O dan zat nutrien lainnya yang
terkena sinar matahari (Wibisono, 2005).
Phytoplankton menghasilkan
energi melalui proses photosyntetis menggunakan bahan organik dan sinar
matahari sedangkan zooplankton adalah konsumen yang memperoleh energi dan
makanan dari phytoplankton siklus hidup phytoplankton yang pendek dapat
menyebabkan cepat sekali memberi reaksi (Sutrisno dan Eni, 2004)
Zooplankton herbivor makan phytoplankton, dan
zooplankton dimakan oleh zooplankton karnivore dan oleh ikan predator. Inilah
suksesi proses dalam rantai makanan atau jaring-jaring makanan (Brotowidjojo et
al., 1995).
Dengan menggunakan klorofil fitoplankton itu
mensintesis subtansi organis, menggunakan energi dari matahari melalui proses
fotosintesa, dan memerlukan nutrient (makanan) seperti nitrat, fosfat,
fe-anorganik, dan CO2. Protein, lemak, dan karbohidrat merupakan mata rantai
penghubung (link) pertama (Produk pertama) dalam rantai makanan (food chains)
dalam laut, yang dibuat oleh fitoplankton (bersifat heterotropis). Zooplankton
herbivora makan fitoplankton, merubahnya menjadi jaringan tubuh zooplankton
(produk kedua), dan zooplankton iti dimakan zooplankton (Produk ketiga). Inilah
suksesi trofik dalam rantai makanan atau jaring-jaring makanan (food web) yang
merupakan tingkatan-tingkatan. Pada tiap tingkat itu bahan organis hilang
melalui ekskresi atau mati yang bukan karena dimakan oleh tingkat berikutnya.
Bakteris yang kemudian menguraikan bahan organis tersebut agar dapat digunakan
lagi dan terjadi regenerasi (Brotowidjoyo, 1999).
b. Bentos
Bentos merupakan organisme perairan yang
bersifat menetap (sesile) yang berada di dasar perairan yang memiliki rentang
mortalitas yang terbatas sehingga dapat dijadikan sebagai indikator kualitas
perairan. Jenis bentos diperairan ada bermacam-macam seperti nimfa dan lalat
batu sebagai indikator perairan bersih. Berikut ini adalah penjelasan lebih
lanjut mengenai bentos.
Komunitas benthos sensitif pada perubahan
kualitas air berbatasan motilitas dan kemampuan yang relatif karena merupakan
fungsi kualitas perairan yang relatif tidak dapat didefinisikan melalui
permukaan fisik dan kimia dapat didefinisikan melalui organisme benthos. Dalam
mempelajari sifat organisme benthos bermanfaat dalam mendeteksi masalah
pencemaran air. Pada dasarnya tidak ada organisme yang memberikan reaksi sama
pada pencemaran karena adanya hubungan yang sangat kompleks antara faktor
genetik dengan parameter kualitas air. Berbagai tingkat pencemaran air
menentukan macam organisme di perairan tersebut (Sutrisno dan Eni, 2004).
Menurut Pratiwi, dkk (2004) dalam Parjan
(2005), hewan yang hidup didasar perairan adalah mikrozoobenthos,
makrozoobenthos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam ekosistem
perairan sehubungan dengan peranannya sebagai organisme kunci dalam jarring
makanan selain itu tingkat kenea ragaman yang terdapat di lingkungan perairan
dapat digunakan sebagai indicator pencemaran. Dengan adanya kelompok bonthos
yang hidup melekat (sessile) dan daya adaptasi berfariasi terhadap kondisi
lingkungan membuat hewan benthos seringkali digunakan sebagai petunjuk bagi
penilaian kualitas air. Jika ditemukan umper air tawar, kijina, kerang cacing
pipih, siput memiliki over operkulum dan siput tidak beroperkulum yang hidup di
perairan tersebut maka dapat digolongkan ke dalam perairan yang berkulitas
sedang.
Menurut Musa dan Yanuhar (2006), benthos merupakan
organisme maupun hewani (zoobenthos), yang tinggal didalam dan atau
diatas sedimen pada dasar suatu perairan. Berdasarkan ukuranya, organisme hewan
benthos digolongkan atas :
1. Macrobenthic (0,425 – 15 mm) banyak dilakukan
penelitian
2. Meiobenthic (0,05 – 1 mm)
3. Microbenthic (< 50 mikron, misalnya protozoa,
rotifera dan nematoda)
Benthos adalah organisme yang melekat atau
berisirahat pada dasar atau hidup didasar endapan binatang benthos dapat dibagi
berdasarkan cara makannya menjadi pemakan kenyang (seprti kerang) dan pemakan
deposit (seperti sioler) (Odum,1993).
Menurut Musa dan Yanuhar (2006), bahwa
peranan benthos di perairan adalah :
1. Mendaur ulang bahan organik
2. Membantu proses mineralisasi
3. Penting kedudukanya dalam rantai makanan (dipakai untuk menduga kualitas kesuburan
1. Mendaur ulang bahan organik
2. Membantu proses mineralisasi
3. Penting kedudukanya dalam rantai makanan (dipakai untuk menduga kualitas kesuburan
perairan)
2.7.2 Faktor Fisika
a. Kedalaman
Kedalaman perairan dimana proses
fotosintesis dengan proses respirasi disebut kedalama kompensasi. Kedalaman
kompensasi biasanya terjadi pada saat cahaya didalam kolam air hanya tinggal 1%
dari seluruh intensitas cahaya yang mengalami penentrasi dipermukaan air.
Kedalaman kompensasi sangat dipengaruhi oleh kekeruhan dan keberadaan awan
berfluktuasi secara harian dan musiman (Effendi, 2003).
b.Suhu
Pada suhu yang tinggi, metabolisme organisme juga mengalami peningkatan-peningkatan
suhu sebesar 10˚C dapat mengakibatkan peningkatan proses metabolisme sebesar
dua kali lipat, yang juga menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen. Apabila pencernaan panas ini disertai dengan
pencernaan bahan organik maka penurunan oksigen diperirran akan lebih tajam
(Musa dan Yanuhar, 2006).
c.
Kecerahan
Kecerahan air yang diukur dari permukaan sampai kedalaman 6 m berkisar
antara 70 -80 cm. Perbedaan kisaran nilai kecerahan pada tiap lokasi dapat
disebabkan olehfaktor biologi (plankton) dan faktor fisika yaitu perbedaan
padatan tersuspensi danterlarut. Nilai kecerahan hasil pengukuran dikategorikan
rendah diduga disebabkankarena adanya pergerakan air serta kondisi perairan
yang dangkal sehinggamengakibatkan dasar perairan yangdominan lumpur naik ke
permukaan,selanjutnya akibatnya partikel lumpurmenghalangi penetrasi
cahaya.Sehubungan dengan fenomena tersebut,Hendersen (1978) dalam Garno
(2005)mengungkapkan bahwa perairan dengan kecerahan
di bawah 300 cm tergolong perairan etnik.
d.
Arus dan Debit Air
Di dalam aliran air yang besar atau
sungai, arus dapat berkurang sedemikian rupa sehingga menyerupai kondisi air tergenang. Tetapi,
arus adalah faktor utama yang paling penting yang membuat kehidupan kolam dan
air deras amat berbeda dan mengatur perbedaan dibeberapa tempat dari suatu
aliran air. Kecepatan arus ditentukan oleh kemiringan, kekasaran dan kelebaran
dasarnya (Odum, 1993).
2.7.3 Faktor
Kimia
Organisme
air dapat hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH dengan kisaran
toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan
organisme air. Pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang
bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup
organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi
(Barus, 2002).
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap
perubahan pH dan menyukai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses
biokimiawi perairan misalnya proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah.
Toksisitas meperlihatkan penigkatan pada pH rendah (Effendi, 2003).
Menurut Sekarwangi (2008), kolam merupakan suatu ekosistem
air (aquatik) sebagai tempat hidup hewan-hewan air, dan vegetasi air. Vegetasi
air dan hewan air menjadikan kolam suatu ekosistem yang mempunyai fungsi
tertentu. Komponen-komponen kolam terdiri atas senyawa-senyawa abiotik air,
CO2, O2, Ca, Nitrogen, garam-garam fosfor, asam aminom dan sebagainya.
Organisme produsen (Algae atau ganggang), Organisme mikro konsumen (Larva
serangga, crustacea dan ikan) dan Organisme saprofit (Bakteri, Flagellata dan
jamur).
Komponen abiotik yang berupa bahan organik dan anorganik seperti air,
karbondioksida, oksigen, kalsium, garam–garam hidrogen dan anorganik, seperti
air dan humus dan sebagainya. Hanya sebagian kecil saja hara makanan penting
dalam larutan yang tersedia bagi organisme, sebagian besar tersimpan dalam
zarah–zarah endapan dan dalam badan organisme itu sendiri (Rososoedarmo, 1984).
Karakteristik kimia air menyatakan banyaknya senyawa kimia yang
terdapat di dalam air, sebagian di antaranya berasal dari alam secara alamiah
dan sebagian lagi sebagai kontribusi aktivitas makhluk hidup. Beberapa senyawa
kimia yang terdapat didalam air dapat dianalisa dengan beberapa parameter
kualitas air. Parameter kualitas air tersebut dapat digolongkan sebagai berikut
:
1. pH
pH merupakan konsentrasi dari ion hidrogen (H+) di dalam air ,
besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Besaran pH
berkisar antara 0-14, nilai pH kurang dari kurang dari 7 menunjukan lingkungan yang
asam sedangkan nilai diatas 7 menunjukan lingkungan yang basa , untuk pH = 7
menunjukan bahwa lingkungan tersebut stabil (normal) (Hardjojo dan
Jokosetiyanto, 2005). Perairan dengan pH <4 merupakan perairan yang sangat
asam dan dapat menyebabkan kematian untuk makhluk hidup yang berada disekitar
tempat tmpat terebut, sedangkan untuk pH >9,5 merupakan perairan yang sangat
basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas dari
perairan. Perairan laut atau pesisir memiliki pH relativ lebih stabil dan
berada dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7-8,4. pH
dipengaruhi oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat
an bikarbonat yang dikandungnya (Boyd , 1982). Pescod (1973) menyatakan bahwa
toleransi untuk kehidupan akuatik terhadap pH bergantung kepada banyak faktor
meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut adanya variassi bermacam-macam
anion dan kation, jenis dan daur hidup biota. Perairan basa (7-9) merupakan
perairan yang produktif dan berperan mendorong proses perubahan bahan organik
dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasi oleh fotoplankton .
pH air yang tidak optimal berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembanganbiakan ikan menyebabkan tidak efektifnya pemupukan air di kolam dan
meningkatkan daya racun hassil metabolisme seperti NH3 dan H2S. pH air
berfluktuasi mengikuti kadar CO2 terlarut dan memiliki pola hubungan terbalik,
semakin tinggi kandungan CO2 perairan , maka pH akan menurun dan demikian pula
sebaliknya. Fluktuassi ini akan berkurang apabila air mengandung garam CaCO3
(Cholik et al , 2005). Alat yang digunakan untuk mengukur pH adalah kertas
lakmus atau pH meter .
2. DO (Oksigen terlarut)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygent) merupakan faktor pembatas bagi
kehidupan orgaisme. Perubahan kokonsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan
efek langsung yang berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan
pengaruh yang tidak langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang
pada akhirnya dapat membahayakn organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan
oksigen terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang
biak (Rahayu, 1991).
Oksigen
terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan makhluk hidup didalam air
maupun hewan teristrial. Penyebab utama berkurangnya oksigen terlarut didalam
air adalah adanya bahan-bahan buangan organik yang banyak mengkonsumsi oksigen
sewaktu penguraian berlangsung. Konsentrasi oksigen terlarut yang aman bagi
kehidupan diperairan sebaiknya harus diatas titik kritis dan tidak terdapat
bahan lain yang bersifat beracun, konsentrasi oksigen minimum sebesar 2 mg/l
cukup memadai untuk menunjang secara normal komunitas akuatik di perairan
(Pescod, 1973). Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya
adalah 5-8 mg/l (Mayunar et al, 1995 ; Akbar, 2001). Alat yang digunakan
untuk mengukur DO adalah DO meter . Kadar O2(mg/L)= 8000 X mL Na-tiosulfat X
N Na-tisufat
50x
(V-2)/V
3. BOD (Biochemical Oxigen
Demand)
BOD
(BiochemicaXl Oxigen Demand) atau kebutuhan oksigen menunjukan jumlah oksigen
terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah atau mengoksidasi
bahan-bahan buangan didalam air. Jika konsumsi oksigen tinggi yang ditunjukan
dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan
bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi. Konsumsi oksigen dapt
diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 200 selama 5 hari, dan nilai BOD
yang menunjukan jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat diketahui dengan
menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelumdan sesudah di
inkubasi (hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005).
BOD
menunjukan jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob
yang terdapat paada botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20oC selama 5
hari dalamkeadaan tanpa cahaya (Boyd, 1982). Berikut ini merupakan tabel
derajat pencemaran suatu badan perairan yang dilihat berdasarkan nilai BOD5.
Tabel
diatas menyajikan tingkat pencemaran dibadan perairan berdasarkan nilai BOD.
Kriteria ini merupakan kriteria untuk organisme budidaya dengan berbagai
sistem budidaya. Kadar BOD (mg/l) = Faktor pengenceran X (DO0 hari - DO5
hari)
|
||||||||||
|
6. CO2 dan HCO3-
Sumber karbon utama dibumi adalah atmosfer dan perairan. Karbon yang
terdapat diatmosfer dan perairan diubah menjadi akrbon organik melalui proses
fotosintesis, kemudian masuk kembali ke atmosfer melalui proses respirasi dan
dekomposisi yang merupakan proses biologis makhluk hidup. Meskipun persentasi
CO2 di atmosfer relaif kecil, tetapi keberadaanya diperairan relatif banyak
karena CO2 memiliki sifat kelarutan yang tinggi.
Sebagian kecil CO2 yang
terdapat diatmosfer larut kedalam uap air membentuk H2CO3 (asam karbonat) yan g
selanjutnya jatuh sebagai hujan. Dengan demikian , air hujan selalu bersifat
asam dengan nilai pH sekitar 5,6. Hal serupa terjadi jika CO2 masuk kedalam
badan air, sekitar 1% CO2 bereaksi dengan air membentuk H2CO3 . CO2 yang
terlarut dalam air membentuk beberapa kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan
terbentuk ion H+ sehingga pH perairan menurun. Pada dasarnya keberadaan CO2
diperairan terdapat dalam bentuk gas CO2 bebas , HCO3- ( ion bikarbonat), CO32-
(ion karbonat ), dan H2CO3. Proporsi dari keempat bentuk karbon tersebut
ebrkaitan dengan nilai Ph.
7. Salinitas
Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) menyatak bahwa salinitas adalah
berat garam dalam per kilogram air larut serta merupakan ukuran keasinan air
laut dengan pro mil (0/00), salinitas merupakan parameter penunjuk jumlah bahan
terlarut dalam air. Zaat-zat yang terlarut dalam air yang membentuk garam adalah
:
1. Unsur utama : khlorida (cl), Natrium/Sodium (Na), oksida
sulfat (SO4), dan amgnesium(Mg).
2. Gas terlarut : CO2 , N2,, O2
3. unsur hara : Silika, nitrogen
4. Runut : Besi , mangan ,
timbal
BAB IIII
METODOLOGI
3.1. Metode
Metode
yang dilakukan pada penelitian ini
adalah metode dekriptif, yaitu survey menentukan lokasi yang akan dijadikan
sebagai tempat penelitian, pengambilan
sampel air dilakukan tiga kali
pengambilan, yang dilakukan di tiga lokasi / stasiun yang berbeda.
Untuk
menentukan parameter biologi, faktor-faktor yang diukur adalah dengan mengambil
sampel plankton dan bentos yang diambil dari dalam perairan.
Untuk menentukan parameter
fisik air, faktor-faktor yang diukur adalah pencatatan, pengukuran suhu air,
pengkukuran suhu udara, pengukuran salinitas, pengukuran kejernihan air atau
kecerahan, pengukuran kecepatan arus, dan pengukuran konduktivitas,
Untuk menentukan parameter
kimia air, faktor-faktor yang diukur adalah pengukuran pH, pengukuran kadar
oksigen terlarut (Dissolved Oxygen), kadar BOD (Biological Oxygen Deamand),
pengukuran kadar HCO3-, dan pengukuran CO2.
Kemudian
dihitung nilai indeks keanekaragaman pada dua
wilayah yang dijadikan penelitian yaitu jenis ekosistem lentik dan satunya lagi
jenis ekosistem lotik.
3.1
Alat dan Bahan
Adapun
alat-alat yang digunakan dalam praktikum ekologi perairan adalah sebagai
berikut :
3.1.1
Alat dan Fungsinya
a. Parameter Fisika
1. Suhu
- Termometer Hg :
Sebagai alat pengukur suhu perairan.
- Tali
Rafia
: Sebagai alat mengikat Thermometer Hg agar Termometer Hg tidak
langsung tersentuh tangan.
- Stopwatch
: Sebagai timer pada saat mengukur suhu.
2. Kedalaman
- Tongkat
skala : Untuk mengukur kedalaman kolam.
3. Kecerahan
- Karet
Gelang : Sebagai alat penanda d1 dan
d2.
- Secchi
Disk : Sebagai alat untuk
mengukur kecerahan perairan.
- Tali
: Sebagai alat untuk mengikat Secchi Disk.
- Penggaris
: Untuk mengukur panjang tali (d1 dan d2) yang tercelup dalam air.
4. Kecepatan Arus
- Botol
Aqua : Sebagai alat
pelampung dan pengukur kecepatan arus.
- Stopwatch
: Sebagai alat untuk mengukur waktu kecepatan arus.
- Tali
Rafia 1M : Sebagai alat untuk indikasi
jarak yang di ikatkan pada botol Aqua.
5. Substrat
- Eckman
grab : Untuk mengambil substrat di kolam.
- Timba
: Untuk tempat substrat setelah diambil dari kolam.
- Nampan
: Untuk tempat substrat sehebis diambil dari eckman grab.
b. Parameter Kimia
1. pH (Potensial Hidrogen)
- Kotak
Standard : Sebagai alat pembanding nilai air sampel pada pH
paper dan untuk mengukur derajat keasaman dalam perairan.
- Stopwatch
: Sebagai timer pada saat mengukur pH.
2. Oksigen Terlarut
(DO / Dissolved Oxygent)
- Botol
DO
: Sebagai alat untuk menyimpan sampel air yang akan di hitung nilai
Donya.
- Rak Botol DO : Sebagai alat untuk menyimpan botol DO.
- Pipet
Tetes : Sebagai alat untuk mengambil larutan
MnSO4, NaOH +
KI, H2SO4
pekat,
amilum, Na2S2O3.
- Statif
: Sebagai alat penyangga buret.
- Buret
: Sebagai alat untuk mengalirkan titran Na2S2O3.
- Selang
: Sebagai alat untuk mengeluarkan larutan bening dari dalam botol DO.
- Nampan
: Sebagai alat untuk meletakkan alat-alat dan bahan praktikum.
- Corong
: Sebagai alat untuk memasukkan larutan ke dalam buret.
c. Parameter Biologi
1. Benthos
- Eckman
grab : Untuk mengambil bentos di kolam
atau/perairan yang dasarnya berlumpur.
- Pinset
: Untuk mengambil bentos di nampan.
- Nampan
: Untuk tempat mengoyak bentos.
- Botol
film :
Untuk tempat bentos.
- Mikroskop
: Untuk alat bantu melihat bentos.
- Tongkat
jaring : Untuk mengambil bentos di perairan arus
deras.
- Saring
: Untuk menyaring bentos yang tertangkap tongkat jaring.
- Object
Glass : Untuk membantu pengamatan
benthos pada mikroskop.
2. Plankton
- Air
sampel : untuk
bahan sampel kolam yang berisi plankton yang akan diamati.
- Kertas
label : untuk memberi
nama pada botol film.
- Lugol
: untuk mengawetkan plankton.
- Tissue
: untuk membersihkan alat.
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Parameter Biologi
3.2.1.2 Cara
Pengambilan Sampel Plankton
Air disaring sebanyak 30 L ke dalam plankon net, lalu permukaan dalam
plankton net diisiram dengan aquades
untuk melarutkan plankton yang menempel pada plankton net. Dan suspensi
plankton ke dalam botol film yang sudah diberi formalin dan label dan hal ini
dilakukan 3 kali ulangan. Dan
identifikasi dillakukan di laboratorium dengan memeriksa sampel plankton yang
didapat di bawah mikroskop. Kemudian diakurkan dengan tabel kunci identifikasi
untuk mengetahui jenis dan jumlah plankton tersebut. Lalu penghitungan atau
pencacahan plankton yang telah tersaring dilakukan dengan menggunakan segwidck
rafter yang diletakan di bawah mikroskop.
Keanekaragaman jenis adalah parameter yang
sangat berguna untuk membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari
pengaruh gangguan biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan
suatu komunitas
|
Dimana :
H ¢ = indeks keanekaragaman jenis
Shannon-Wiener
ni = jumlah individu suatu jenis
N = jumlah total individu
|
|
Dimana :
D = Indeks dominansi Simpson
Indeks
dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis
dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks
dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara
bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah
3.2.1.2 Cara
Pengambilan Sampel Bentos
Mengambil sampel bentos pada dasar perairan bisa dengan menggunakan alat
yang bernama Ekman Grab atau bisa hanya dengan diambil menggunakan tangan, maka
bentos yang sudah di ambil dimasukan ke dalam wadah yang sudah diberi
formalin10% untuk pengawetan dan sudah diberi label. Dan identifikasi di lokasi
pengamatan dengan metode kennedy, sehingga diperoleh jumlah setiap
spesies.identifikasi lebih lanjut dilakukan di laboratorium.
3.2.2 Parameter Fisika
a. kedalaman
Dilakukan dengan mencelupkan tongkat berskala
pada perairan sampai menyentuh dasar lalu dihitung kedalamannya berdasarkan
tinggi permukaan yang menyentuk skala pada tongkat. Dilakukan pada beberapa
lokasi di hitung rata-ratanya.
b. kecerahan
Untuk
mengukur kejernihan air atau transparansi dapat dilakukan dengan mencelupkan
lempeng secchi ke dalam air sanpai warna hitam dan putih yang ada dalam lempeng
secchi tersebut tidak dapat dibedakan lagi. Besarnya jarak lempeng secchi dengan permukaan air
adalah nilai transparansi.
c. Suhu Air dan
Udara
Pengambilan data suhu air dilakukan
dengan cara mengikatkan termometer pada tali sepanjang kra-kira 60 cm dan
dicelupkan ke dalam perairan sampai kedalaman kurang lebih 40 cm dari permukaan
dan ditunggu hingga beberapa saat
kira-kira 5 menit untuk mengukur suhu airnya dan di catat suhu air yang tertera
pada termometernya.
Pengambilan daa suhu udara dilakukan
dengan mengikatkan termometer pada tali sepanjang kra-kira 60 cm dan biarkan
menggantung diudara selama waktu tertentu (5 menit).
d. Arus dan
Debit Air
Pertama-tama ikatkan styrofoam ukuran 10x10 cm pada tali sepanjang 2
meter dan di siapkan stopwatch untuk menghitung waktu yang ditempuh styrofoam
dan lepaskan styrofoam pada satu titik bersamaan dengan mulainya penghitungan
waktu dengan stopwatch dan dihitunga waktu yang ditempuh styrofoam untuk hanyuk
mengikuti arus pada bentangan tali sepanjang 2m kemudian hitunglah lebar sungai
dari batas air paling pinggir dan ukur pula kedalaman sungai tersebut dengan
beberapa kali ulangan di bagian pinggir, tengah dan pinggir. Dan kecepatan arus
dan debit airnya dihitung.
e.Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL)
Untuk mengukur konduktivitas masih digunakan alat SCT
meter yang dicelupkan kedalam perairan atau contoh sampel yang diambil. Jarum
penunjuk temperatur disesuaikan dengan temperatur saat itu. Tombol diputar dari
OFF ke ON dan mengatur jarum penunjuk skala DHL (Daya Hantar Listrik)..
f. Salinitas
Untuk mengukur kadar salinitas dapat digunakan alat
SCT meter (Salinity, Condictivity, Thermo) meter dengan cara memutar tombolnya
kearah parameter salinitas.
g.Tipe Substrat
Dilihat tipe
substratnya dan ditentukan
apakah merupakan tipe substrat kerikil,pasir,lumpur
dll.
3.3 Parameter Kimia
a.Derajat Keasaman
pengambilan data
pH meter dilakukan dengan pertama-tama siapkan alat pH meter sedemikian rupa
sehingga alat tersebut siap digunakan dan celupkan elemen pengukur pada air dan
ditunggu hingga muncul angka pada layar untuk setiap parameter yang diamati dan
dicatat angka yang tertera pada layar
b.DO (Disolved Oxygen )
Penentuan kadar DO secara kimiawi dilaboratorium
ialah dengam mengambil sampel air dengan menggunakan botol Winkler,kemudian
tutup botol tersebut dengan hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara dan
di tambahkan 1 ml larutan MnSO4 50% dan ditambahkan larutan reagen O2 dan
ditutup hati-hati. Kemudian dikocok. Dibiarkan mengendap selama 15 menit dan
larutkan endapan dengan cara menambahkan H2SO4pekat sebanyak 2 ml lalu dikocok
sampai larut kemudian dititrasi dengan cara mengambil 50 ml larutan dari botol
Winkler dengan menggunakan vol pipet, dimasukan ke dalam Erlenmeyer.
Dititrasi dengan larutan standard Na-tiosulfat 0,01Nsampai berwarna
kuning muda dan ditambahkan larutan amilum1% sebagai indikator dan titrasi dilanjutkan
dengan hati-hati sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi jernih dan
dicatat berapa mL larutan Na-tiosulfat yang digunakan dan dihitung dengan
menggunakan rumus :
Kadar O2 =
Dimana :
N = Normalitas thiosulfat
V =
Volume botol Winkler
c.BOD
dilakukan dengan menyaring sampel air sebanyak kurang lebih 100 mL, lalu
dimasukan kedalam 2 botol Winkler dan ditentukan kadar oksigenpada botol yang
pertama dan disimpan botol kedua ditempat gelap dan ditentukan kadar oksigennya setelah 5 hari dan dihitung dengan menggunakan rumus :
Kadar BOD = Faktor Pengenceran Kadar (DO nol
hari - DO 5 hari)
d. CO2 dan HCO3-
Penentuan kadar
CO2 adalah dengan mengambil sampel air diambil sebanyak
50 ml, kemudian dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Kemudian sample air
tersebut diteteskan larutan fenoptalein sebanyak tiga tetes. Kemudian sample
air yang telah diteteskan larutan fenoptalein dititrasi (diteteskan) larutan
NaOH 0,1 N sampai warna awal sampel air tersebut (bening) berubah warna menjadi
pink muda. Setelah warna larutan berubah
menjadi warna pink, jumlah NaOH yang diteteskan dicatat dan dihitung dengan menggunakan rumus :
Kadar CO2 = ml NaOH N NaOH 44
Penentuan kadar HCO3- ialah dengan sampel air
diambil sebanyak 50 ml, kemudian dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer.
Kemudian sample air tersebut diteteskan larutan metil orange sebanyak tiga tetes
sehingga larutan berwarna orange muda. Kemudian sample air yang telah
diteteskan larutan metil orange dititrasi (diteteskan) larutan HCl 0,1 N sampai
warna sampel air tersebut (orang muda)
berubah warna menjadi orange tua. Setelah warna larutan berubah menjadi warna
pink, jumlah NaOH yang diteteskan dicatat.
Kadar HCO3- = (ml HCl – ml
NaOH) N HCl x 61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Catatan
Lapangan
1. Sungai Cikuda
1. Nama Badan
Air =
Sungai Cikuda
2. Lokasi =
Cikuda, Jatinangor
3. Tanggal dan
Waktu =
Sabtu, 13 Oktober 2012 (08.45 WIB)
4. Nomor dan
Jenis Sampel =
Stasiun 1, 2,3 dan jenis sampel cair
5. Temperatur
air dan Udara = 23,67oC
(dalam air) & 26,5oC (udara)
6. Tinggi muka
air (kedalaman) = 43 cm
7. Keadaan Cuaca = Cerah
8. Keadaan Fisik
Aumber Air = Banyak
sampah, kotoran, lalat & bau
9. Vegetasi di
sekitar Lokasi =
Poaceae, Bambu, Wedellia & Cosmos
10. Keadaan
lingkungan lokasi = Di
sekitar pemukiman warga
11. Keadaan
lokasi pengambilan = Sangat
kotor karena banyak sampah
12. Hasil
Pemeriksaan di Lapangan =
Terlampir
13. Nama
Pengambil Sampel =
Kelompok 9 dan kelompok 10
2. Air Cekdam UNPAD
1. Nama Badan
Air =
Air Cekdam
2. Lokasi =
kampus UNPAD Jatinangor
3. Tanggal dan
Waktu =
Sabtu, 13 Oktober 2012 (08.45 WIB)
4. Nomor dan
Jenis Sampel = air
cekdam dan jenis sampel cair
5. Temperatur
air dan Udara = 29oC
(dalam air) & 29,5oC (udara)
6. Tinggi muka
air (kedalaman) = 118,5 cm
7. Keadaan Cuaca = Cerah
8. Keadaan Fisik
Aumber Air = Air kotor
dan berwarna hijau
9. Vegetasi di
sekitar Lokasi =
Rerumputan dan Lumut
10. Keadaan
lingkungan lokasi = Di
wilayah kampus
11. Keadaan
lokasi pengambilan = tidak banyak
sampah dan tidak bau
12. Hasil
Pemeriksaan di Lapangan =
Terlampir
13. Nama
Pengambil Sampel =
Kelompok 9 dan kelompok 1
1.2
Gambar Denah Lokasi
Pengamatan
4.2.1 Sungai Cikuda
Pemilihan lokasi sungai cikuda karena sungai ini dapat mewakili
data bagian air dan termasuk dalam perairan lotik serta mudah dijangkau (lebar
8,2 m).
4.2 2 Air Cekdam
Pemilihan lokasi sungai cikuda karena sungai ini dapat mewakili
data bagian air dan termasuk dalam perairan lentik serta mudah dijangkau.
1.3
Parameter Fisika dan
Parameter Kimia
No
|
Parameter
|
Cikuda
|
Cekdam
|
Rata-Rata
|
|||
Stasiun 1
|
Stasiun 2
|
Stasiun 3
|
Cikuda
|
Cekdam
|
|||
1
|
Kedalaman (cm)
|
35,5
|
54,5
|
39
|
118,5
|
|
118,5
|
2
|
Kecerahan (cm)
|
25
|
32
|
37
|
48,5
|
31,33
|
48,5
|
3
|
Suhu Air (oC)
|
24,5
|
23
|
23,5
|
29
|
23,67
|
29
|
4
|
Suhu Udara(oC)
|
27
|
26
|
26
|
29,5
|
26,3
|
29,5
|
5
|
Arus air (m/s2)
|
1m11s
|
1m19s
|
1m30s
|
-
|
1m20s
|
-
|
6
|
pH
|
7,72
|
7,59
|
7,54
|
8,1
|
7,62
|
8,1
|
7
|
DHL
|
205
|
200
|
205
|
225
|
203,3
|
225
|
8
|
Salinitas
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
9
|
DO
|
4,47
|
4,96
|
5.12
|
20,16
|
4,85
|
20,16
|
10
|
BOD
|
3.01
|
2.84
|
-
|
20
|
2,93
|
0,16
|
11
|
COD
|
800
|
|
|
4000
|
|
|
12
|
CO2
|
4,4
|
8,8
|
9,8
|
0
|
7,67
|
0
|
13
|
HCO3-
|
109,8
|
97,6
|
109,8
|
183
|
105,73
|
183
|
14
|
Tipe Substrat
|
Lumpur
|
Lumpur
|
Lumpur
|
Lumpur
|
Lumpur
|
Lumpur
|
1.4
Parameter Biologi
4.4.1 Plankton
1. Plankton
Sungai Cikuda
No
|
Nama Spesies
|
Gambar
|
Jumlah
|
Indeks Simpson
D = ∑ (ni/N)2
|
1
|
Zygnema Sp.
|
|
6
|
(6/27)2 =
0,049
|
2
|
Ullothrix Sp.
|
|
1
|
(1/27)2 =
0,001
|
3
|
Spirogyra Sp.
|
|
5
|
(5/27)2 =
0,034
|
4
|
Nitchzia Sp.
|
|
1
|
(1/27)2 =
0,001
|
5
|
Tubifex Sp.
|
|
1
|
(1/27)2 =
0,001
|
6
|
Trichorcerca Sp.
|
|
1
|
(1/27)2 =
0,001
|
7
|
Eucalanus Sp.
|
|
5
|
(5/27)2 =
0.034
|
8
|
Porcellanidae (Carapaceae)
|
|
1
|
(1/27)2 =
0,001
|
9
|
Euprimno Sp.
|
|
4
|
(4/27)2 =
0,002
|
10
|
Naucilus Sp.
|
|
1
|
(1/27)2 =
0,001
|
11
|
Euphasid Sp.
|
|
2
|
(2/27)2 = 0,005
|
Jumlah
|
27
|
0, 13
|
Indeks
Diversitas Simpson untuk plankton di sungai cikuda dengan diversitas sebesar
0,13 yaitu :
I = 1-D
= 1 – 0,13
= 0,87
Indeks
Diversitas Simpson sungai cikuda yaitu 0,87. Hal ini menunjukan bahwa tercemar
ringan menuju tercemar sedang.
2.Plankton Air
Cekdam
No
|
Nama Spesies
|
Gambar
|
Jumlah
|
Indeks Simpson
D = ∑ (ni/N)2
|
1
|
Serolina darella
|
|
5
|
(5/47)2 =
0,011
|
2
|
Paraclanus indicus
|
|
12
|
(12/47)2 =
0,065
|
3
|
Spirogyra Sp.
|
|
11
|
(11/47)2 =
0,055
|
4
|
Gomphosphaeria Sp.
|
|
2
|
(2/47)2 =
0,002
|
5
|
Cyclops Sp.
|
|
4
|
(4/47)2 =
0,007
|
6
|
Agmenellum Sp.
|
|
3
|
(3/47)2 =
0,004
|
7
|
Pelagothuria Sp.
|
|
4
|
(4/47)2 =
0.007
|
8
|
Talochestia morino
|
|
6
|
(6/47)2 =
0,016
|
Jumlah
|
47
|
0,167
|
Indeks
Diversitas Simpson untuk plankton di sungai cikuda dengan diversitas
sebesar 0,167 yaitu:
I = 1-D
= 1 – 0,167
= 0,833
Indeks Diversitas
Simpson sungai cikuda yaitu 0,833. Hal ini menunjukan bahwa
tercemar ringan
menuju sedang.
1.4.2
Benthos
1.
Benthos Sungai Cikuda
No
|
Nama Spesies
|
Gambar
|
Jumlah
|
Indeks Shannon-Wiener
(ni/N) ln ni/N)
|
1
|
Hirudo medicinalis
|
|
2
|
(2/123) ln (2/123) = -0,168
|
2
|
Melanoides torulosa
|
|
100
|
(100/123) ln (100/123) =
-0,204
|
3
|
Anentome Helena
|
|
10
|
(10/123) ln (10/123) = -0,216
|
4
|
Littorina sondaica
|
|
11
|
(11/123) ln (11/123) = -0,067
|
Jumlah
|
123
|
-0,655
|
Indeks
Diversitas Shannon-Wiener untuk benthos di sungai cikuda yaitu :
H’ = - ∑
(ni/N) ln ni/N)
= - (-0,655)
= 0,655
Indeks
Diversitas Shannon - Wiener sungai cikuda yaitu 0,655. Hal ini menunjukan bahwa
sungai cikuda tercemar berat (Wilha ,1975).
2.
Benthos Air Cekdam
No
|
Nama Spesies
|
Gambar
|
Jumlah
|
Indeks Shannon-Wiener
(ni/N) ln ni/N)
|
1
|
Filooaludina javanica
|
|
3
|
(3/52) ln (3/52) = -0,165
|
2
|
Melanoides tuberculata
|
|
2
|
(2/52) ln (2/52) = -0,125
|
3
|
Pila scutata
|
|
9
|
(9/52) ln (9/52) = -0, 304
|
4
|
Clypeomorus coralum
|
|
8
|
(8/52) ln (8/52) = -0, 288
|
5
|
Littorina melanostoma
|
|
10
|
(10/52) ln (10/52) = -0,317
|
6
|
Bellamya javanica
|
|
7
|
(7/52) ln (7/52) = -0,270
|
7
|
Thiara scabra
|
|
13
|
(13/52) ln (13/52) = -0,347
|
Jumlah
|
52
|
-1,816
|
Indeks Diversitas Shannon-Wiener untuk benthos di sungai cekdam yaitu :
H’ = - ∑
(ni/N) ln ni/N)
= - (-1,816)
= 1,816
Indeks Diversitas
Shannon - Wiener sungai cekdam yaitu 0,655. Hal ini menunjukan bahwa sungai cikuda
tercemar ringan (Lee dkk, 1975).
4.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum ekologi
perairan kali ini bertujuan untuk membedakan jenis perairan lotik dan lentik, mengetahui cara pengambilan
sampel, baik sampel air, plankton, dan benthos,mengetahui hubungan antar faktor
fisika, kimia, dan biologi dalam suatu perairan.
mengetahui keanekaragaman jenis
plankton dan benthos dihubungan dengan tingkat pencemarannya air pada sungai Cikuda dan Cekdam UNPAD.
PEMBAHASAN PERAIRAN SUNGAI CIKUDA
Sungai
ini memiliki hasil catatan lapangan dari kelompok 9 praktikum ekologi perairan menguji air yang
diambil sampel pada Sabtu, 13 Oktober 2012 (08.45 WIB) memiliki hasil air dengan temperatur 23,67oC dan temperatur udara 26,5oC menunjukan bahwa keadaan perairan memang pada berada pada negara tropis dengan
iklim yang sedang dan berpengaruh pada suhu dan temperatur pada perairan
sungainya. Tinggi muka airnya adalah 43 cm karena daerah ini memanglah area
sungai dangkal dan kadang menjadi area pembuangan air masyarakat di sekitar
daerah sungai cikuda oleh karenanya ditemukan banyak sampah kotoran dan lalat
yang menyebabkan air tercemar dan memilki bau dari sampah yang ikut hanyut pada aliran sungai tersebut, Vegetasi yang ditemukan pada keadaan sekitar sungai
adalah tumbuhan dari famili Poaceae, Bambu, Wedellia & Cosmos.
Dilakukan pengujian pengaruh biologi pada praktikum
kali ini yaitu dengan dengan mengambil sampel plankton dan bentos yang berperan
sebagai indikator pencemaran. Untuk plankton dihitung kestabilan
keanekaragamannya dengan menggunakan Indeks Simpson dan untuk bentos dihitung nilai pencemarannya
menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, dan pengujian untuk sampel
plankton dan bentos dilakukan tiga kali pada tiga stasiun disatu wilayah namun
hasil yang didapat digunakan sebagai satuan sampel yang sama.
Indeks keanekaragaman dapat dihitung dengan
menggunakan rumus simpson (Kreb,1985). Nilai indeks keanekaragaman berkisar
antara 0-1, jika nilai indeks mendekati 0 maka keanekaragamannya rendah dan
jika nilai indeks mendekati 1 maka keanekaragamannya tinggi. Kestabilan
ekosistem perairan dikatakan baik jika mempunyai nilai indeks keanekaragaman
Simpson antar 0,6-0,8(Odum,1971).
Spesies plankton yang
ditemukan pada praktikum kali ini didapakan dengan nilai indeks simpsonnya masing-masing adalah Zygnema Sp sebesar 0,049, Ullothrix Sp sebesar 0,001, Spirogyra Sp. sebesar 0,034. Nitchzia Sp. sebesar 0,001. Tubifex Sp. sebesar 0,001. Trichorcerca Sp. sebesar 0,001. Eucalanus sebesar Sp 0.034. Porcellanidae sebesar 0,001. Euprimno sebesar Sp. 0,002. Naucilus Sp. sebesar 0,001. Dan Euphasid sebesar Sp. 0,005
Pada spesies plankton yang di hitung nilai Indeks
Diversitas Simpson keseluruhannya memiliki nilai rata-rata 0,87. Hal ini
menunjukan bahwa keanekaragaman spesies plankton sungai cikuda memiliki nilai yang stabil.
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener mempunyai nilai sebagai berikut :
• Kisaran nilai indeks
keanekaragaman (H’) berkisar antara 0.23-0.49 termasuk
dalam kategori lingkungan yang buruk (Wibisono,2005).
• Kisaran nilai indeks keanekaragaman (H’) berkisar
antara 0.6 – 1.46 termasuk dalam kategori lingkungan yang buruk hingga sedang
(Wibisono,2005)
• Kisaran nilai indeks keanekaragaman (H’) 1,5- 2,3026
termasuk kategori lingkungan sedang
(dari Krebs, 1985).
• Kisaran nilai indeks
keanekaragaman (H’) >2 termasuk dalam kategori lingkungan yang belum
tercemar (Odum, 19750).
Spesies bentos yang ditemukan pada praktikum kali ini adalah Hirudo medicinalis Melanoides
torulosa, Anentome Helena, Littorina sondaica
Pada spesies bentos yang di hitung nilai Indeks Diversitas Shannon- Wiener keseluruhannya
memiliki nilai rata-rata Indeks Diversitas Shannon- Wiener rata-rata bentos
pada sungai cikuda yaitu 0,655. Hal ini menunjukan bahwa sungai cikuda memiliki
kisaran nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 0.6 – 1.46 yang berarti termasuk dalam
kategori lingkungan yang buruk hingga sedang..
Keuntungan
yang didapat dari indikator biologi adalah dapat merefleksikan keseluruhan
kualitas ekologi dan mengintegrasikan berbagai akibat yang berbeda, memberikan
pengukuran yang akurat mengenai pengaruh komunitas biologi dan pengukuran
fluktuasi lingkungan (Devi, 2002
Organisme
akuatik yang penting di perairan adalah plankton yang mempunyai peranan sebagai
dasar kehidupan organisme akuatik lainnya. Plankton didalam perairan sangat dipengaruhi oleh interaksinya
dengan faktor fisika, kimiadan biologi perairan. Kondisi fisika, kimia dan biologi suatu perairan di
pengaruhi oleh dinamika lingkungan baik lingkungan di dalam maupun di luar
perairan.
Tingginya nilai
kelimpahan planktonyang
diperoleh tersebut diduga
disebabkan olehparameter-parameter lingkungan yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan plankton (fitoplankton) berada pada kisaran yang sesuai, seperti
suhu dan pH perairan berada pada nilai yang optimal untuk mendukung kehidupan plankton kelimpahan individu pada tiap kedalaman mencirikan
tingkat produktivitas suatu perairan, makin tinggi nilai kelimpahan plankton
semakin tinggi produktivitasnya. .
Dinamika jenis zooplankton tersebut diduga belum dapat
dipastikan penyebabnya karena faktor-faktor yang mempengaruhinya cukup kompleks
seperti ketersediaan makanan, arus air dan gerak zooplankton (Garno,
1993).
Nilai stabil keanekaragaman plankton
yang dihitung dengan indeks Diversitas Shannon- Wiener pada percobaan di
sungai cikuda kali ini diduga
disebabkan penetrasi cahaya yang masuk keperairan yang semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman.
Karena sungai ini memiliki kedalaman 0,4 cm dan proses
fotosintesis sendiri dapat berlangsung optimal
Pada kedalaman 0 -2 atau 2-4.
Pada kedalaman
0-2 m suhu airberkisar antara 30-31oC, pada kedalaman 2-4 m suhu air berkisar
antara 29-31oC danpada kedalaman 4-6 m suhu air berkisar antara 29-30oC.
Penurunan suhu antarlapisan kedalaman terlihat relatif kecil.Nilai kisaran
tersebut adalah normal bagiperkembangan plankton di perairan umum pada daerah
tropis, yaitu 21 -35oC(Wardoyo, 1983). Menurut Wetzel (1983), Fitoplankton
masih dapat berkembang pada suhu antara 20-30 oC.
Kecerahan air
yang diukur dari permukaan sampai kedalaman 6 m berkisar antara 70 -
80 cm. Perbedaan kisaran
nilai kecerahan pada tiap lokasi dapat disebabkan olehfaktor biologi (plankton)
dan faktor fisika yaitu perbedaan padatan tersuspensi danterlarut. Nilai
kecerahan hasil pengukuran dikategorikan rendah diduga disebabkankarena adanya
pergerakan air serta kondisi perairan yang dangkal sehinggamengakibatkan dasar
perairan yangdominan lumpur naik ke permukaan,selanjutnya akibatnya partikel
lumpurmenghalangi penetrasi cahaya.Sehubungan dengan fenomena
tersebut,Hendersen (1978) dalam Garno (2005)mengungkapkan bahwa perairan
dengankecerahan di bawah 300 cm tergolong perairan etnik.
Kadar garam (salinitas) dalam air bervariasi, dari kadar garam yang
rendah di sungai,kadar garam di muara, dan kadar garam yang tinggi di laut. Hal
ini menyebabkan keterbatasan penyebaran plankton. Beberapa plankton yang hidup
terbatas pada air tawar dan pada saat berpindah ke laut akan menyebabkan
kematian, namun pada perairan air di sungai cikuda faktor salinitas ini
tidaklah begitu berpengaruh karena keanekaragaman plankton yang ditemukan
jumlahnya banyak.
.
Parameter fisikanya mempunyai kedalaman rata-ratanya 43 cm yang berarti
perairan dangkal, kecerahan rata-raanya 31,33 pada pengujian menggunakan
lempeng sechi yang berarti air tersebut telah memiliki sedikit pencemaran
karena air yang menunjukan kekeruhan pada lempeng sechi tersebut, suhu airnya
23,67 derajat celcius karena perairan berada di daerah negara tropis, suhu
udaranya 26,27 karena cuaca pada saat pengamatan dalam keadaan mendung , ph air
nya 7,62 yang berarti belum banyak tercemar asam dari logam-logam sampah dan
basa baik dari limbah deterjen pemukiman dan lainnya. Dhl nya 303,3 yang
menunjukan air memiliki daya hantar listrik yang lumayan baik. Dan memiliki DO
atau kebutuhan oksigen bagi air yang dibutuhkan untuk melakukan degradasi,
nilai DO dari air sampel cikuda ini sendiri adalah sebesar 4,85 dan ini berarti
hanya sedikit oksigen yang dibutuhkan karena air belum begitu banyak
membutuhkan oksigen untuk dekomposisi bahan organiknya.
BOD perairannnya sebesar 2,93 yang menunjukan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam proses
dekomposisi bahan organik, CO2 nya 7,67 karena air nya masih sangat baru
diambil dan CO2 ini adalah menunjukan bahwa bila nilai CO2
nya besar maka air memiliki oksigen yang sedikit dan CO2 pun dapat berfungsi sebagai indicator mikroorganisme didalam
perairan masih dapat berfotosintesis, karbondioksida
sendiri sangat diperlukan untukproses
fotosintesis yaitu sebagai sumber karbon. Kandungan karbondioksida disetiap
kedalaman nilainya selalu menurun.Pada kedalaman
0-2 m nilainya berkisarantara 4,99-6,59, pada kedalaman 2-4 mnilainya berkisar
antara 4,39- 6,39 danpada kedalaman 4-6 m nilainya berkisarantara 4,32-5,99
mg/l.
Nilai HCO3- nya 105,73 yang berkaitan
dengan nilai ph nya, karena nilai HCO3- nya tidak terlalu
tinggi maka PH nya pun tidak akan terlalu asam terkait dengan kandungan H+ yang
dapat menyebabkan senyawa asam. Tipe substrat
pada perairan kali ini adalah lumpur karena banyak
tanaman yang terdekomposisi dan hanyut
masuk ke perairan atau pun memang tipe daerah tersebut memiliki jenis tanah
yang memiliki banyak humus.
Perairan sungai di cikuda ini
merupakan perairan dengan ekosistem lotik, menurut Odum ekositem lotik adalah
ekosistem perairan yang memiliki ciri adanya aliran air ( arus) yang nyata dan hal ini berpengaruh terhadap pertukaran
tanah dan airan kelarutan oksigen pada perairannya.
Kandungan
oksigen terlarut pada perairan cikuda ini adalah sebesar 4,85 mg/l merupakan nilai yang baik untuk
dekomposisi bahan organik karena Menurut Wetzel (1983) oksigen terlarut yang baik berkisar antara3,4-5,6 mg/l. bertambahnya kedalaman
dapat menurunkan konsentrasi oksigen terlarut. Penurunan kandungan oksigen
terlarut disebabkan tingginya aktivitas dekomposisi bahan organik dari
jenis pankton didalam perairan.
Perubahan pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya aktivitas
manusia di sekitar ekosistem dan iklim. Seperti perairan di sungai cikuda ini menunjukan bahwa aktivitas manusia lah yang berpengaruh pada
perairan kali ini. Dengan keadaan sungai kadang di gunakan warga sebagai
pembuangan limbah rumah tangga di kehidupan sehari-harinya, akan tetapi faktor-faktor
seperti biologi,fisika dan kimianya tidak menyebabkan pencemaran pada perairan
sungai cikuda kali ini. Yang ditunjukan dengan nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dengan nilai pencemaran
yang sedang.
PEMBAHASAN PERAIRAN CEK DAM
Pada praktikum
kali ini selain melakukan pengujian oleh kelompok 9 pada sampel air sungai
cikuda juga melakukan uji sampel air dari cekdam UNPAD. Praktikum dilakukan
pada Sabtu, 13 Oktober 2012 (08.45 WIB) memiliki
temperatur air 29oC karena suhu air ini merupakan suhu air pada
daerah iklim tropis yang mempengaruhi temperatur airnya menjadi suhu sedang.
Sedangkan temperatur udara sebesar &
29,5oC karena cuaca pada saat melakukan penelitian pada keadaan
cerah, kemudian tinggi muka air memiliki kedalaman 118,5 cm namun keadaan fisik
sumber air kotor dan berwarna hijau karena terdapat banyak lumut pada pinggir
perairan atau pun alga yang terkandung. Dan vegetasi yang
ditemukan disekitar lokasi adalah hanya berupa rerumputan dan lumut karena
daerah tersebut memiliki kelembaban yang tinggi, akan tetapi air yang keruh
pada air cekdam ini bukan lah hanyutan dari pada limbah maupun sampah, akan
tetapi kekeruhan yang terjadi hanyalah disebabkan dari lumut maupun alga
tersebut. Karena area cekdam ini meupakan wilayah kampus UNPAD yang jauh dari
pembuangan air kotor.
Indeks keanekaragaman dapat dihitung dengan
menggunakan rumus simpson (Kreb,1985). Nilai indeks keanekaragaman berkisar
antara 0-1, jika nilai indeks mendekati 0 maka keanekaragamannya rendah dan
jika nilai indeks mendekati 1 maka keanekaragamannya tinggi. Kestabilan
ekosistem perairan dikatakan baik jika mempunyai nilai indeks keanekaragaman
Simpson antar 0,6-0,8(Odum,1971).
Plankton yang ditemukan adalah Serolina
darella, Paraclanus Spirogyra Sp. Gomphosphaeria Sp. Cyclops Sp. Agmenellum Sp. Pelagothuria Sp, Talochestia morino. Indeks Diversitas Simpson sungai cikuda yaitu
0,833. Hal ini menunjukan bahwa tercemar ringan menuju sedang. Bentos yang ditemukan adalah Filooaludina
javanica, Melanoides tuberculata, Pila
scutata, Clypeomorus
coralum, Littorina
melanostoma, Bellamya
javanica, Thiara scabra
Data parameter fisikanya memiliki kedalaman
118,5 yang merupakan area perairan yang dalam kemudian kecerahan yang diukur
dengan menggunkan lempeng sechi menunjukan pada 48,5 cm, berarti air tersebut
tidak terlalu keruh karena lempeng sechi yang dijatuhkan pun pada pada bagian
permukaan yang tidak terlalu dalam. Suhu airnya
29 derajat karena berada pada daerah iklim tropis dansuhu udara29,5
karena cuaca saat penelitian sangatlah cerah sehingga derajat yang diukur terhitung merupakan udara hangat. DHL nya 225 berarti
air ini cukup memiliki daya hantar listrik yang baik. DO nya sebesar 20,16
berarti oksigen yang dibutuhkan air untuk dekomposisi pencemarannya sangat
besar. BOD nya pun sebesar 0,16 berarti oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk melakukan
dekomposisi pada air tersebut hanya dibutuhkan sedikit saja.
Ekositem perairan
seperti cekdam ini merupakan ekosisem lentik. Ekosistem lentik adalah ekosistem
perairan dengan arus yang relatif lemah. Airnya cenderung tergenang dan tenang
.contohnya adalah danau, bendungan dan kolam ( Odum, 1971).
Pada ekosistem perairan terdapat
berbagai parameter yang digunakan gunanya adalah sebagai acuan untuk mengenal
kondisi lingkungnnya, diantaranya ialah DO,suu, salinitas,dll. Parameter ini
dapat berubah-ubah. Dan perubahanya dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
aktivitas manusia di sekitar ekosistem dan iklim. Berubahnya parameter kualitas
air tersebut dapat mempengruhi kehidupan biota air. Perubahan yang ekstrim dan
mendadak dapat menyebabkan kematian biota. Sedangkan perubahan yang
terus-menerus akan dapat menyebabkan perubahan morfologis, fisiologis dan
tingkah laku biota perairan sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan. Namun
pada perairan daerah cekdam ini perubahan kualitas airnya tersebut merupakan
ekosistem yang tidak dapat diganggu oleh aktivitas manusia karena keadaannya
yang jarang dipakai kegiatan disekitar cekdam tersebut.akan tetapi perubahan kualitas
airnya tersebut dapat dipengaruhi oleh iklim dan biota airnya itu sendiri yang
menyebabkan perubahan kualitas dan
bentuk ekosisemnya itu sendiri.
KESIMPULAN
1.
Perairan sungai di cikuda ini merupakan perairan dengan ekosistem lotik,
menurut Odum
ekositem lotik adalah ekosistem perairan yang
melmiliki ciri adanya aliran air ( arus) yang nyata.hal ini berpengaruh trhadap
pertukaran tanah dan air. Dan kelarutan oksigen. Kecepatan arus dapat
berbariasai amat besar di tempat yang berbeda dari suatu aliran air yang sama
dan dari waktu ke waktu . di dalam aliran air yang besar seperti sungai, arus
dapat berkurang sedemikian rupa seningga menyerupai kondisi air yang terenang (
Odum,1971)
Ekositem perairan seperti cekdam ini
merupakan ekosisem lentik. Ekosistem lentik adalah ekosistem perairan dengan
arus yang relatif lemah. Airnya cenderung tergenang dan tenang .contohnya
adalah danau, bendungan dan kolam ( Odum, 1971).
2.
Hubungan faktor kimia,fisika,dan biologi yang menyebabkan
pencemaran pada suatu perairan dapat terjadi akibat dari adanya pemasukan bahan
organic maupun anorganik yang menimbulkan dampak tidak baik berupa pencemaran logam,bahan
kimia, pestisida,minyak,sampah dll pada perairan yang kemudian berhubungan
dengan faktor biologinya seperti plankton dan bentos yang keberadaannya akan
terganggu atau bahkan mati karena tercemar bahan-bahan kimia dari limbah
tersebut. dan faktor fisika pun seperti kedalaman,kecerahan dan suhu akan mempengaruhi
lamanya proses dekomposisi kembali air yang tercemar tersebut.
3.
a. Indeks Diversitas Simpson plankton sungai
cikuda yaitu 0,87. Hal ini menunjukan bahwa keanekaragamannya memiliki nilai yang stabil, sedangkan Indeks
Diversitas Shannon- Wiener sungai
cikuda yaitu 0,655. Hal ini menunjukan bahwa sungai cikuda tercemar berat.
b. Indeks
Diversitas Simpson sungai cekdam yaitu 0,833.
Hal ini menunjukan bahwa tercemar ringan
menuju sedang, sedangkan Indeks Diversitas Shannon - Wiener sungai cekdam yaitu 0,655. Hal ini menunjukan bahwa sungai cikuda
tercemar ringan
LAMPIRAN
Penambahan sampel air Penambahan sampel air Sampel air + Reagen O2
dengan Reagen O2 dengan MnSO4 + MnSO4
Sampel Air + Reagen O2 Sampel Air yang telah Proses Titrasi sampel air
+ MnSO4+ H2SO4
dalam Winkler siap dititrasi
Sampel
air sebleum dititrasi Titrasi
awal sampai warna Titrasi akhir sampai sampel
Menjadi
kuning bening air
berwarna bening
Lalu
ditambah amilum
Pengambilan
plankton Pengukuran
kedalaman, Pengukuran
arus
Dengan
Plankton net kecerahan dan suhu
Perhitungan DO
·
Stasiun 1 CikudaDO0
= 4,47
·
Stasiun 2 Cikuda DO0
= 4,96
·
Stasiun 3 Cikuda DO0
= 5,12
·
Stasiun Cekdam DO0
= 20,16
·
Pengulangan 1 Cikuda DO5
= 1,63
·
Pengulangan 2 Cikuda DO5
= 1,95
·
Cekdam DO5
= 0,16
Perhitungan CO2
·
Stasiun 1 Cikuda
=
4,4
·
Stasiun 2 Cikuda
=
8,8
·
Stasiun 3 Cikuda
=
8,8
·
Stasiun Cekdam
= 0
Perhitungan
HCO3
·
Stasiun 1 Cikuda
= 109,8
·
Stasiun 2 Cikuda
= 97,9
·
Stasiun 3 Cikuda
=
109,8
·
Stasiun Cekdam
=
Perhitungan BOD
·
Cikuda pengulangan 1
= 2,84
·
Cikuda pengulangan 2
= 3,01
·
Cekdam
= 20
Perhitungan COD
·
Cekdam
= 4000
·
Cikuda
= 800
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo,
M. D, Djoko T. dan Eko M. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan
Budidaya
Air. Liberty: Yogyakarta
Kristanto,
Philip. 2002. Ekologi Industri. LPPM. Universitas Kristen Petra : Surabaya
Odum,
Eugene P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University. Press: Yogyakarta
Resosoedarmo,
S, Kuswara K dan Aprilani S. 1992. Pengantar Ekologi. Penerbit PT. Remaja
Rosda
Karya: Bandung
Effendi,
Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius: Yogyakarta
Syaftrianto,
Irmawan. 2009. Ekosistem Kolam. http://pustaka.ut.ac.id/pustaka/ diakses
tanggal
9 Desember 2009 pukul 19.00 WIB.
Sudaryanti,
S dan Wijarni. 2006. Biomonitoring. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya:
Malang
Akbar
, S . 2001. Pembesaran Ikan Kerapu Bebek dan Kerapu Macan di Keramba Jaring
Apung . Prosiding Lokakarya Nasional. RISTEK-DKP-BPPT.
Alaerst
G dan Sartika S. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional Surabaya.
Boyd.1982.Water
Quality For Pond Fish Culture.Elsevier Scientific Publishing Company.Amsterdam
The Netherland
Cholik,
et al.2005. Akuakultur: Tumpuan Harapan Masa Depan Bangsa. Kerjasama
Masyarakat Perikanan Nusantara dengan Taman Akuarium Air Tawar TMII. PT.
Victoria Kreasi Mandiri. 415 halaman.
Hardjojo
dan Jokosetiyanto.2005.Pengukuran dan Analisis Kulitas Air.Edisi
ke-1,Modul1-6.Universitas terbuka.Jakarta
Lee
CD, Wang SB dan Kuo CL. 1987. Bhentic and Fish as Biological Indicator of
Water Quality with References of Water Pollution Control in Developing
Countries. Bangkok.
Mayunar,
Purba R dan Imanto PT. 1995. Pemilihan Lokasi untuk Budidaya Ikan Laut.
Prosiding Temu Usaha Pemasyarakatan Teknologi Keramba Jaring Apung bagi Budidaya
Laut. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Kerjasama antara Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian – Forum Komunikasi Penelitian dan
Pengembangan Agribisnis
(FKKPA).
Jakarta 12 – 13 April, No. 38: 179 – 187.
Rahayu.1991.
Penelitian Kadar Oksigen Terlarut (DO) dalam Air bagi
Kehidupan
Ikan. BPPT No. XLV/1991. Jakarta
No comments:
Post a Comment