MAKALAH
TATAGUNA BIOLOGI
AGROFORESTRY
SEBAGAI APLIKASI PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
Disusun
oleh:
Tika Noviana 140410100012
Niko Junianto 140410100016
Indah Susanti 140410100037
Syahras Fathin A 140410100046
Dian Catur P 140410100080
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALA
UNIVERSITAS
PADJAJARAN
2013
ABSTRAK
Pada dasarnya, hampir
semua lahan di Indonesia merupakan hutan alam, namun secara berangsur-angsur
dialihfungsikan oleh manusia untuk pembangunan, seperti perumahan, industri,
pertanian, dan lain-lain. Alih fungsi lahan ini menimbulkan berbagai
masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan, banjir,
kekeringan, bahkan perubahan lingkungan global. Salah satu solusi yang dapat
mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan agroforestry. Tujuan dari makalah
ini adalah untuk mengetahui prinsip agroforestry sebagai salah
satu aplikasi dari pembangunan berwawasan lingkungan. Agroforestry merupakan
sistem tata guna tanah yang permanen dimana tanaman semusim maupun tanaman
kehutanan ditanam bersama dalam rotasi membentuk tajuk yang berlapis-lapis
sehingga memberikan keuntungan dalam aspek biologi maupun ekonomi.
Keywords
: pembangunan, agroforestry
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, baik
tumbuhan maupun hewan. Sampai dengan tahun 2010 tercatat 38.000 jenis tumbuhan
termasuk 27.500 spesies tumbuhan berbunga (10% dari tumbuhan berbunga di
dunia), 515 spesies mamalia (12% jenis mamalia dunia), 511 spesies reptilia
(7,3% dari jenis reptilia dunia), 2.827 jenis binatang tak bertulang, kupukupu
sebanyak 121 spesies (44% jenis endemik), 480 spesies hard corals (60% dari
jenis coral dunia), 1400 spesies ikan air tawar, 270 spesies amphibi (jumlah
terbesar ke enam di dunia), 1531 spesies burung (jumlah terbesar ke lima di
dunia), 240 spesies langka (jumlah terbanyak di dunia). Disamping itu Indonesia
mempunyai tumbuhan palma sebanyak 477 spesies (47% endemik) dan ± 3.000 jenis
spesies tumbuhan penghasil bahan berkhasiat obat. Hal tersebut memberikan
gambaran betapa Indonesia menjadi salah satu pusat kekayaan keanekaragaman
hayati dunia. Selain itu Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
hutan yang sangat luas yaitu 130 juta hektar (Kementrian Kehutanan RI, 2010)
dengan 3,02 juta hektar merupakan hutan bakau/mangrove atau 19% dari luas hutan
mangrove di dunia, melebihi Australia (10%) dan Brasil (7%) (FAO, 2007)
Hampir
semua lahan di Indonesia pada awalnya merupakan ‘hutan alam’ yang secara
berangsur-angsur dialihfungsikan oleh manusia menjadi berbagai
bentuk penggunaan lahan lain seperti pemukiman dan pekarangan, pertanian, kebun
dan perkebunan, hutan produksi atau tanaman industri, dan lain-lainnya. Beralihnya
sistem penggunaan lahan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan
komposisi spesies di lahan bersangkutan. Hal ini membawa berbagai konsekuensi
terhadap berbagai aspek biofisik, sosial dan ekonomi.
Agroforestri merupakan
salah satu alternatif bentuk penggunaan lahan terdiri dari campuran pepohonan,
semak dengan atau tanpa tanaman semusim dan ternak dalam satu bidang lahan.
Melihat komposisinya yang beragam, maka agroforestri memiliki fungsi dan peran
yang lebih dekat kepada hutan dibandingkan dengan pertanian, perkebunan, lahan
kosong atau terlantar. Sampai batas tertentu agroforestri memiliki beberapa
fungsi dan peran yang menyerupai hutan baik dalam aspek biofisik, sosial maupun
ekonomi.
Agroforestri memberikan
kontribusi yang sangat penting terhadap jasa lingkungan (environmental services)
antara lain mempertahankan fungsi hutan dalam mendukung DAS (daerah aliran
sungai), mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, dan mempertahankan
keanekaragaman hayati. Mengingat besarnya peran Agroforestri dalam
mepertahankan fungsi DAS dan pengurangan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer
melalui penyerapan gas CO2 yang telah ada di atmosfer oleh tanaman dan
mengakumulasikannya dalam bentuk biomasa tanaman, maka agroforestri sering
dipakai sebagai salah satu contoh dari “Sistem Pertanian Sehat” (Hairiah, 2003).
1.2
Tujuan
Untuk mengetahui
prinsip agroforestry sebagai salah satu aplikasi dari pembangunan berwawasan
lingkungan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Pada hakekatnya pembangunan berkelanjutan
merupakan aktivitas memanfaatkan seluruh sumberdaya, guna meningkatkan kualitas
hidup dan kesejahteraan masyarakat manusia. Pelaksanaan pembangunan pada
dasarnya juga merupakan upaya memelihara keseimbangan antara lingkungan alami
(sumberdaya alam hayati dan non hayati) dan lingkungan binaan (sumberdaya
manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun interdependensi antar
keduanya tetap dalam keserasian yang seimbang. Dalam kaitan ini, eksplorasi
maupun eksploitasi komponen-komponen sumberdaya alam untuk pembangunan, harus
seimbang dengan hasil/produk bahan alam dan pembuangan limbah ke alam
lingkungan. Prinsip pemeliharaan keseimbangan lingkungan harus menjadi dasar
dari setiap upaya pembangunan atau perubahan untuk mencapai kesejahteraan
manusia dan keberlanjutan fungsi alam semesta.
Sistem masukan dan keluaran dalam pembangunan
yang berwawasan lingkungan, dapat dikontrol dari segi sains dan teknologi.
Penggunaan perangkat hasil teknologi diarahkan untuk tidak merusak lingkungan
alam, serta bersifat ‘teknologi bersih’, dan mengutamakan sistem daur ulang.
Arah untuk menjadikan produk ramah lingkungan, dan menekan beaya eksternal
akibat produksi tersebut harus menjadi orientasi bagi setiap usaha pemanfaatan
sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat. Mekanisme pengaturan
keseimbangan sistem masukan dan keluaran akan ditentukan oleh kepedulian atau
komitmen sumberdaya manusia, sistem yang berlaku, infrastruktur fisik,
sumberdaya lain yang dibutuhkan. Dengan prinsip keterlanjutan, pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan perlu disusun dalam arah strategis untuk
menyelamatkan aset lingkungan hidup bagi generasi mendatang. Upaya peningkatan
kesejahteraan manusia harus seiring dengan kelestarian fungsi sumberdaya alam,
agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga dan potensi keanekaragaman hayati
tidak akan menurun kualitasnya.
2.2
Permasalahan Lingkungan
Masalah
lingkungan adalah aspek negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan biofisik. Environmentalisme,
sebuah gerakan sosial dan lingkungan yang dimulai di tahun 1960, fokus pada
penempatan masalah lingkungan melalui advokasi, edukasi, dan aktivisme.
Masalah lingkungan terbaru saat ini yang
mendominasi mencakup perubahan iklim, polusi dan
hilangnya sumber daya alam. Gerakan konservasi mengusahakan proteksi terhadap spesies terancam dan proteksi terhadap habitat alami yang bernilai secara ekologis (Anonim,
2011).
Timbulnya permasalahan
lingkungan pada dasarnya terjadi karena:
1. Dinamika
penduduk
2. Pemanfaatan
dan pengolahan SDA yang kurang bijaksana
3. Kurang
terkendalinya pemanfaatan IPTEK maju
4. Dampak
negatif yang sering muncul dari kemajuan ekonomi yang seharusnya positif
5. Benturan
tata ruang.
2.3
Pembangunan Berkelanjutan
2.3.1
Konsep
Pada prinsipnya, ada
tiga dimensi utama pembangunan berkelanjutan yaitu lingkungan hidup, sosial dan
ekonomi. Dimensi yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu dimensi ekologi atau
lingkungan hidup.
Salah satu tema/masalah
pokok dalam dimensi ini adalah perubahan iklim. Selama 50 tahun terakhir telah
dapat dibuktikan bahwa pemanasan global yang sekarang ini kita rasakan terjadi
terutama karena ulah manusia sendiri.Emisi dari gas-gas rumah kaca seperti CO2
dan N2O dari aktivitas manusia adalah penyebabnya. Konsentrasi gas CO2 di
atmosfer naik 30% selama 150 tahun terakhir. Kenaikan jumlah emisi CO2 ini
terutama disebabkan karena pembakaran sumber energi dari bahan fosil (antara
lain minyak bumi). Selain itu, perubahan dalam penggunaan sumber daya alam
lainnya juga memberikan kontribusi pada kenaikan jumlah CO2 di atmosfer: 15%
oleh penggundulan dan pembakaran hutan dan lahan untuk diubah fungsinya
(misalnya dari hutan lindung menjadi hutan produksi) (WRI 2000, UBA 2002, TIME
Magazine 2006 dalam Cahyandito,2009).
Masalah ekologi lainnya
adalah degradasi tanah atau hilangnya kesuburan tanah.Ini dapat diakibatkan
oleh erosi akibat air dan angin, penggaraman dan pengasaman tanah, dll.Penyebab
hilangnya kesuburan tanah lainnya adalah hilangnya lapisan humus dan mikro
organisme, zat makanan pada tanah, dan kemampuan tanah menguraikan
sampah/limbah.Tanah yang tandus (kering) adalah akibat dari degradasi sumber
daya tanah seperti yang sudah lama terjadi pada beberapa daerah tandus di
Indonesia, seperti di Jawa pada daerah Gunung Kidul, Yogyakarta.Di seluruh
dunia, 15% tanah mengalami degradasi. Selain diakibatkan erosi oleh air dan
angin, degradasi tanah ini juga disebabkan oleh penggunaan zat-zat kimia
(pestisida) (WRI, 2000 dalam Cahyandito. 2009)
Konsumsi air dari tahun
ke tahun juga terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk,
industri dan usaha-usaha di sektor pertanian. Dari total konsumsi air di
seluruh dunia, sekitar 70% digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sektor pertanian. Pencemaran air dan tanah semakin
memperburuk ketersediaan air bersih bagi kelangsungan hidup manusia.Pencemaran
air dan tanah ini terutama disebabkan oleh penggunaan pupuk dan pestisida untuk
pertanian dan perkebunan (Cahyandito, 2009).
2.3.2
Indikator Pembangunan Berkelanjutan
Berdasarkan konsep
pembangunan berkelanjutan tersebut, maka indikator pembangunan berkelanjutan
tidak akan terlepas dari aspek-aspek tersebut diatas, yaitu aspek ekonomi,
ekologi/lingkungan, sosial, politik, dan budaya. Sejalan dengan pemikiran
tersebut, Djajadiningrat (2005) dalam buku
Suistanable Future: Menggagas Warisan Peradaban bagi Anak Cucu, Seputar
Pemikiran Surna Tjahja Djajadiningrat, menyatakan bahwa dalam pembangunan yang
berkelanjutan terdapat aspek keberlanjutan yang perlu diperhatikan, yaitu :
- Keberlanjutan Ekologis
Di dalam alam terdapat
proses ekologi yang menjadi penopang, dimana kerusakan proses ekologi itu akan
membahayakan kehidupan kita. Beberapa proses ekologi yang penting diantaranya,
efek rumah kaca, fotosintesis, penambatan nitrogen, pengendalian populasi,
penyerbukan, kemampuan memperbaharui diri, dan fungsi hidro-orologi. Selain itu
juga pengelolaan ekologi seperti pengelolaan lingkungan yang adaptif,
pengelolaan proyek pembangunan, dan eko-efisiensi (Soemarwoto, 2004).
- Bidang Ekonomi
- Keberlanjutan Sosial dan Budaya
Meliputi, pemerataan
pembangunan, persaingan, masyarakat terasing, pola hidup sederhana, dan
kemampuan ilmu dan teknologi (Soemarwoto, 2004)
- Keberlanjutan Politik
- Keberlanjutan Pertahanan Keamanan
2.4
Agroforestri
Agroforestri adalah sistem tata guna tanah yang permanen dimana tanaman
semusim, maupun tanaman kehutanan, ditanam bersama dalam rotasi sehingga membentuk tajuk yang berlapis-lapis,
sehingga sistem ini memberikan keuntungan baik
dalam aspek biologi maupun dalam aspek ekonomi (Soemarwoto,1989). Jadi agroforestri
merupakan salah satu alternatif bentuk penggunaan lahan terdiri dari campuran
pepohonan, semak dengan atau tanpa tanaman semusim dan hewan ternak dalam satu
bidang lahan.
2.4.1 Aplikasi Sistem Agroforestri
1. Strip
rumput
Sistem ini merupakan
bentuk peralihan dari sistem
pertanian tanaman semusim menjadi sistem
agroforestri. Strip rumput adalah barisan
rumput dengan lebar 0,5-1 m dan jarak antar
strip 4-10 m yang ditanam sejajar garis ketinggian
(kontur). Pada tanah yang berteras, rumput
ditanam di pinggir (bibir) teras. Jenis rumput
yang cocok adalah rumput yang mempunyai
sistem perakaran rapat dan dapat dijadikan hijauan pakan ternak, misalnya rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput BD (Brachiariadecumbens), rumput BH (Brachiaria humidicola), rumput pahit (Paspallum notatum) dan
lain-lain. Adakalanya rumput
akarwangi(Vetiveria zizanioides)
digunakan juga sebagai tanaman strip rumput.
Akar wangi tidak disukai ternak, tetapi
menghasilkan minyak atsiri yang merupakan bahan baku pembuatan kosmetik.
Keuntungan metode ini:
-
Mengurangi kecepatan aliran permukaan
dan erosi
-
Memperkuat bibir teras
-
Menyediakan hijauan pakan ternak
-
Membantu mempercepat proses pembentukan
teras secara alami.
2. Pertanaman lorong
Sistem
ini merupakan sistem pertanian di mana tanaman semusim ditanam pada lorong
diantara barisan tanaman pagar yang
ditata menurut garis kontur. Jenis tanaman yang cocok untuk tanaman pagar
adalah tanaman kacang-kacangan (leguminosa) seperti Flemingia congesta, gamal (Gliricidia
sepium), lamtoro (Leucaena
leucocephala), dan Calliandra callothirsus.
Jarak antar baris tanaman pagar berkisar antara 4 sampai 10 m. Semakin curam
lereng, jarak antar barisan tanaman pagar dibuat semakin dekat.
Keuntungan metode ini:
-
Menyumbangkan bahan organik dan hara
terutama nitrogen untuk tanaman lorong.
-
Mengurangi laju aliran permukaan dan
erosi.
3. Pagar
hidup
Merupakan barisan
tanaman perdu atau pohon yang ditanam pada batas kebun. Bila kebun berada pada
lahan yang berlereng curam, maka pagar hidup akan membentuk jejaring yang
bermanfaat bagi konservasi tanah. Pangkasannya dapat digunakan sebagai sumber
bahan organik atau sebagai hijauan pakan ternak. Jenis tanaman yang dipakai
untuk pagar sebaiknya yang mudah ditanam dan mudah didapatkan bibitnya,
misalnya gamal dengan stek,turi,lamtoro dan kaliandra dengan biji. Untuk
tanaman pagar jenis leguminose perdu (lamtoro, gamal), ditanam dengan jarak
antar batang ± 20 cm. Jarak yang rapat ini untuk menjaga agar tanaman pagar
tidak tumbuh terlalu tinggi.
Keuntungan sistem ini:
-
Melindungi kebun dari ternak
-
Pangkasannya dapat dijadikan hijauan
pakan ternak
-
Menjadi sumber bahan organik dan hara
tanah
-
Menyediakan kayu bakar
-
Mengurangi kecepatan angin (wind break)
Keuntungan sistem ini :
-
Menyumbangkan bahan organik dan hara
terutama nitrogen untuk tanaman lorong.
-
Mengurangi laju aliran permukaan dan
erosi.
4. Sistem multistrata
Sistem multistrata
adalah sistem pertanian dengan tajuk bertingkat,terdiri daritanaman
tajuk tinggi (seperti mangga, kemiri),
sedang (seperti lamtoro, gamal, kopi) dan rendah (tanaman semusim, rumput) yang
ditanam didalam satu kebun. Antara satu tanaman dengan yang lainnya diatur
sedemikian rupa sehingga tidak saling bersaing. Tanaman tertentu seperti kopi,
coklat
memerlukan sedikit naungan, tetapi kalau
terlalu banyak naungan pertumbuhan dan produksinya akan terganggu.
Keuntungan sistem ini:
-
Mengurangi intensitas cahaya matahari,
misalnya untuk kopi dan coklat yang butuh
naungan.
-
Karena banyak jenis tanaman, diharapkan
panen dapat berlangsung secara bergantian
sepanjang tahun dan ini
dapat menghindari musim paceklik.
-
Tanah selalu tertutup tanaman sehingga
aman dari erosi
BAB
III
PEMBAHASAN
Masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
memerlukan sumberdaya alam berupa tanah, air dan udara dan sumberdaya alam yang
lain, termasuk ke dalam sumberdaya alam yang terbarukan maupun yang tak
terbarukan.Namun demikian harus disadari bahwa sumberdaya alam yang kita
perlukan mempunyai keterbatasan di dalam banyak hal, yaitu keterbatasan tentang
ketersediaan menurut kuantitas dan kualitasnya. Sumberdaya alam tertentu juga
mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu, diperlukan
pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan
manusia saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat
ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.
Pembangunan
yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat
terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam namun eksploitasi sumberdaya alam
yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan
merosotnya kualitas lingkungan. Banyak faktor yang menyebabkan kemerosotan
kualitas lingkungan serta kerusakan lingkungan yang dapat diidentifikasi dari
pengamatan di lapangan, oleh sebab itu dalam makalah ini dicoba diungkap secara umum
sebagai gambaran potret lingkungan hidup, khususnya dalam hubungannya dengan
pengelolaan lingkungan hidup di era otonomi daerah.
Perencanaan dan
pengelolaan lingkungan hidup harus di dasarkan pada prinsip Pembangunan
Berkelanjutan (PB) yang berwawasan lingkungan. Komitmen untuk mempertimbangkan
aspek ekologi, ekonomi dan sosial dalam melaksanakan Pembangunan Berkelanjutan
harus dilakukan secara konsisten, melalui pendekatan holistik. Dengan demikian,
setiap usaha untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan, perlu didasari
dengan semangat kebersamaan, kemitraan, keberlanjutan dan akuntabilitas pada
semua pihak yang terkait dengan Pembangunan Berkelanjutan. Kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan keberlanjutannya merupakan tugas bersama dari pemerintah,
swasta dan masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PLH), dan bertumpu
pada kemitraan pemerintah dan masyarakat. Upaya untuk memperluas jangkauan
kepedulian dan kesadaran lingkungan hidup perlu terus ditumbuhkan, agar dapat
mengikat komitmen semua pihak yang terkait guna terwujudnya Pembangunan
Berkelanjutan. Untuk itu diperlukan panduan integrative untuk dapat secara
nyata memasukkan pertimbangan lingkungan ke dalam seluruh perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan di Indonesia.
Agroforestri pada
dasarnya adalah pola pertanaman yang memanfaatkan sinar matahari dan tanah yang
berlapis-lapis untuk meningkatkan produktivitas lahan. Dengan pola penanaman yang tepat, suatu
lahan dapat menghasilkan berbagai macam komoditi bernilai ekonomis. Akan tetapi
sebenarnya pola tanam agroforestri sendiri tidak sekedar untuk meningkatkan
produktivitas lahan, tetapi juga melindungi lahan dari kerusakan dan mencegah
penurunan kesuburan tanah melalui mekanisme alami. Tanaman kayu yang berumur
panjang diharapkan mampu memompa zat-zar hara (nutrient) di lapisan tanah yang
dalam, kemudian ditransfer ke permukaan tanah melalui luruhnya biomasa. Mekanisme
ini juga mampu memelihara produktivitas tanaman yang berumur pendek, seperti
palawija. Mekanisme alami ini menyerupai ekosistem hutan alam, yakni tanpa
input dari luar, ekosistem mampu memelihara kelestarian produksi dalam jangka
panjang. Pola tanam agroforestri yang dianggap paling mendekati struktur hutan
alam adalah pekarangan atau kebun. Pada pekarangan/kebun, tanaman-tanaman
tumbuh secara acak sehingga menciptakan struktur tajuk dan perakaran yang
berlapis. Jadi manfaat ganda dari pola agroforestri (yang ideal dan konsisten)
adalah peningkatan produktivitas dan pemeliharaan lingkungan.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan makalah yang kami susun,
dapat disimpulkan bahwa agroforestry dapat mengatasi permasalahan yang timbul
akibat adanya alih fungsi lahan dalam pembangunan. Selain itu, agroforestry
juga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat karena dapat memberikan nilai
ekonomi dengan tetap menjaga prinsip ekologis.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2011. Masalah
Lingkungan.http://id.wikipedia.org/wiki/Masalah_lingkungan.
diakses pada tanggal 9 maret 2013.
Cahyandito, M. F. 2009. Pembangunan Berkelanjutan, Ekonomi dan Ekologi, Sustainbility
Communication dan Sustainnability Reporting. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/jurnal_lmfe_pemb_
berkelanjutan-ekonomiekologi-sust_co mm-sust_rep_fani.pdf
Diakses tanggal 9 maret 2013.
Djajadiningrat, S. T. 2005. Sustainable Future. Jakarta : Indonesia Center for Sustainable
Development.
FAO. 2007. FAO
Technical Meeting Prebiotics. Italy : AGNS-FAO.
Hairiah, K. 2003. Pengantar Agroforestry. Bahan Ajaran I. Bogor : World Agroforestry
Center (ICRAF)
Keraf, A.S. 2002. Etika Lingkungan. Kompas. Jakarta. 322 hal.
Soemarwoto, O. 1989. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Soemarwoto, O. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Djambatan. Jakarta.
No comments:
Post a Comment