UPAYA
KONSERVASI DENGAN PENANAMAN
TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 05
Nurmaryati. S
|
140410100003
|
Irpan Fauzi
|
140410100045
|
Tika Noviana
|
140410100012
|
Ismi Istiqomah R.
|
140410100051
|
Adhy Widya. S
|
140410100014
|
Novandha L. W
|
140410100056
|
Nisa Auliya. M
|
140410100027
|
Karlina Sulistiyani
|
140410100088
|
Dini Primadiani
|
140410100032
|
Fachmi Azhar A.
|
140410100089
|
Hana Hunafa
|
140410100036
|
Silmi Nur. S
|
140410100102
|
Acep. M Hamdan
|
140410100043
|
Ilyas Nursamsi
|
140410100104
|
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia
merupakan salah satu negara tropis yang mempunyai berbagai jenis tanaman obat dan bahkan beberapa jenis
diantaranya merupakan jenis tanaman langka. Tanman obat mempunyai nilai penting karena memiliki fungsi
yang sangat berguna bagi manusia. Semakin mahalnya obat kimia saat ini
masyarakat mulai kembali beralih pada obat alami yaitu tanaman obat. Tanaman
obat ini ditanam oleh masyarakat dan dengan bantuan pemerintah daerah sehingga
dapat mendirikan taman tanaman obat. Pengelolaan dan pemanfaatannya dilakukan
secara bersama-sama. Selain di taman tanaman obat, masyarakat juga membuat
taman tanaman obat kecil di halaman rumah masing-masing disesuaikan dengan
kebutuhan setiap keluarga. Tanaman obat yang dikonservasi oleh masyarakat
dinamakan Tanaman Obat Keluaraga (TOGA).
(TOGA) adalah tanaman hasil budidaya
rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Tanaman ini biasanya hidup pada sebidang
tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan
tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan
obat-obatan dalam keluarga maupun masyarakat di sekitarnya.
Semakin lama
tanaman obat ( TOGA ) mendapat banyak perhatian dari masyarakat luas dan mulai
diberdayakan di berbagai tempat/daerah sehingga dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat di daerah tersebut. Selain
sebagai upaya konservasi, penanaman TOGA juga dapat memberikan informasi kepada masyarakat seputar
jenis-jenis tumbuhan sebagai upaya penyadaran masyarakat untuk bisa ikut serta
memelihara jenis-jenis tumbuhan tersebut.
1.2.
Identifikasi Masalah
1.
Apakah
upaya yang telah dilakukan dalam mendukung uapay konservasi.
2.
Mengapa
menanam tumbuhan obat keluarga menjadi suatu prioritas.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dibuat makalah ini adalah
untuk mengetahui upaya konservasi yang dilakukan oleh masyarakat atau lembaga
masyarakat tertentu. Tujuan dibuat makalah ini adalah untuk mengetahui peran
masyarakat atau lembaga masyarakat dalam upaya konservasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Obat
Pemanfaatan tanaman sebagai obat sudah seumur dengan
peradaban manusia. Tumbuhan adalah gudangnya bahan kimia yang memiliki
sejuta manfaat termasuk untuk obat berbagai penyakit. Kemampuan meracik
tumbuhan berkhasiat obat dan jamu merupakan warisan turun temurun dan mengakar
kuat di masyarakat. Tumbuhan yang merupakan bahan baku obat tradisonal tersebut
tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Di hutan tropis Indonesia terdapat 30.000 spesies
tumbuhan. Dari jumlah tersebut sekitar 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat,
tetapi baru 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada
industri obat tradisional. Peluang pengembangan budidaya tanaman obat-obatan
masih sangat terbuka luas sejalan dengan semakin berkembangnya industri jamu,
obat herbal, fitofarmaka dan kosmetika tradisional.
Tanaman obat dapat didefenisikan juga sebagai jenis tanaman
yang digunakan sebagai obat, bahan, maupun ramuan obat-obatan. Ahli lain
mengelompokkan tanaman berkhasiat obat menjadi tiga kelompok, yaitu :
1.
Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies tumbuhan yang diketahui
atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan
sebagai bahan baku obat tradisional.
2.
Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan
penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3. Tumbuhan
obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga mengandung bahan biokatif
yang berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah
ataupun medis sebagai bahan obat (Anonymous, 2011).
Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan
memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam
penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapinya. Pengetahuan tentang
pemanfaatan tanaman obat merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang berasal
dari pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang secara turun-temurun telah
diwariskan oleh generasi berikutnya, termasuk generasi saat
ini. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat merupakan pengobatan
yang efektif, efesien dan ekonomis (Wijakusuma, 2000).
Lebih dari 1000 spesies tanaman dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku obat. Tanaman tersebut mampu menghasilkan metabolit sekunder
dengan struktur molekul dan aktivitas biologi yang beraneka ragam, memiliki
potensi yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi obat berbagai penyakit
(Radji, 2005).
Penggunaan bahan alam, baik sebagai obat maupun tujuan
lain cenderung meningkat, terlebih dengan adanya isu back to nature serta
krisis berkepanjangan yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat. Obat tradisional
dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat menengah kebawah terutama dalam
upaya preventif, promotif dan rehabilitatif. Sementara ini banyak orang
beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat maupun obat tradisional relatif lebih
aman dibandingkan obat sintesis (Pramono, 2009).
Kenyataannya, bahan obat alam yang berasal dari
tanaman porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan atau
mineral, sehingga sebutan obat tradisional hampir selalu identik dengan
tanaman obat (Pramono, 2009).
2.2. Pengertian TOGA
Toga adalah singkatan dari tanaman obat keluarga. Tanaman
obat keluarga pada hakekatnya sebidang tanah baik di halaman rumah, kebun
ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat
sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun
tanaman obat ataupun bahan obat tersebut selanjutnya dapat disalurkan kepada
masyarakat, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
2.3. Tanaman Jahe
Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun
berbatang semu. Jahe (Zingiber officinale) berasal dari Asia, yang tersebar
dari India sampai Cina. Karena itu, kedua bangsa ini disebut-sebut sebagai
bangsa yang pertama kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai bahan minuman,
bumbu masakan dan obat.
Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di negara
kita. Jahe merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas
dipakai, antara lain sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan
seperti roti, kue, biscuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga
digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe
juga dapat memberi efek rasa panas dalam perut, maka jahe juga digunakan
sebagai bahan minuman seperti bandrek, sekoteng dan sirup (Koswara, 2011).
Jahe telah dibudidayakan di negara-negara Australia, Sri
Lanka, Cina, Mesir, Yunani, India, Indonesia, Jamaika, Jepang, Meksiko,
Nigeria, dan Pakistan. Jahe dari Jamaika mempunyai kualitas tertinggi. India
merupakan negara produsen terbesar, yaitu lebih dari 50 persen dari total
produksi jahe dunia (Dechacare, 2011).
2.3.1. Kandungan Rimpang Jahe
Sifat khas jahe disebabkan adanya minyak atsiri dan
oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan oleh minyak atsiri, sedangkan
oleoresinnya menyebabkan rasa pedas. Minyak atsiri dapat diperoleh atau
diisolasi dengan destilasi uap dari rhizoma jahe kering. Ekstrak minyak jahe
berbentuk cairan kental berwarna kehijauan sampai kuning, berbau harum, tetapi
tidak memiliki komponen pembentuk rasa pedas. Kandungan minyak atsiri dalam
jahe kering sekitar 1-3 %. Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan
bau harum adalah zingiberen dan zingiberol.
Oleoresin jahe banyak mengandung komponen pembentuk rasa
pedas yang tidak menguap. Komponen dalam oleoresin jahe terdiri atas gingerol
dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe
yang utama adalah zingerol (Koswara, 2011).
2.3.2. Khasiat Jahe
Sejak dulu Jahe dipergunakan sebagai obat, atau bumbu
dapur dan aneka keperluan lainnya. Jahe dapat merangsang kelenjar pencernaan,
baik untuk membangkitkan nafsu makan dan pencernaan.
Jahe yang digunakan sebagai bumbu masak terutama
berkhasiat untuk menambah nafsu makan, memperkuat lambung, dan memperbaiki
pencernaan. Hal ini dimungkinkan karena terangsangnya selaput lendir perut
besar dan usus oleh minyak asiri yang dikeluarkan rimpang jahe.
Minyak jahe berisi gingerol yang berbau harum khas jahe,
berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah, misalnya karena mabuk
kendaraan atau pada wanita yang hamil muda. Juga rasanya yang tajam merangsang
nafsu makan, memperkuat otot usus, membantu mengeluarkan gas usus serta
membantu fungsi jantung. Dalam pengobatan tradisional Asia, jahe dipakai untuk
mengobati selesma, batuk, diare dan penyakit radang sendi tulang seperti
artritis. Jahe juga dipakai untuk meningkatkan pembersihan tubuh melalui
keringat (Koswara, 2011)
Penelitian modern telah membuktikan secara ilmiah
berbagai manfaat jahe, antara lain :
•
Menurunkan tekanan darah. Hal ini karena jahe merangsang pelepasan hormon
adrenalin dan memperlebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat
dan lancar dan memperingan kerja jantung memompa darah.
•
Membantu pencernaan, karena jahe mengandung enzim pencernaan yaitu protease dan
lipase, yang masing-masing mencerna protein dan lemak.
•
Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan
darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke, dan
serangan jantung. Gingerol juga diduga membantu menurunkan kadar kolesterol.
•
Mencegah mual, karena jahe mampu memblok serotonin, yaitu senyawa kimia
yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul rasa mual. Termasuk
mual akibat mabok perjalanan.
•
Membuat lambung menjadi nyaman, meringankan kram perut dan membantu mengeluarkan
angin.
•
Jahe juga mengandung antioksidan yang membantu menetralkan efek merusak yang
disebabkan oleh radikal bebas di dalam tubuh (Koswara: 2011)
2.4 Klasifikasi Tanaman yang dapat dijadikan Makanan & Obat Tradisional
Tanaman-tanaman yang dapat dijadikan sebagai makanan
maupun sebagai obat tradisional adalah sebagai berikut :
1. Tanaman yang tumbuh
liar
2. Tanaman dari jenis
Umbi-umbian
3. Tanaman yang
berbentuk Pagar Hidup
4. Tanaman yang
Merambat
5. Tanaman yang
termasuk Pohon Peneduh
2.5 Manfaat Tanaman sebagai Makanan & Obat
Tradisional
Beberapa manfaat yang dapat dipetik dari tanaman obat,
antara lain :
• Memelihara dan meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap penyakit
• Menjaga dan mempertahankan
vitalitas tubuh agar tetap sehat dan segar
• Memelihara dan
meningkatkan metabolisme didalam tubuh agar lancar tanpa
gangguan
• Memperkuat kerja jantung
• Mencegah kanker dan tumor
sedini mungkin
• Membersihkan senyawa beracun di
dalam tubuh
• Menurunkan kadar gula dan
kolesterol di dalam darah
• Meningkatkan dan
memelihara gairah seksual
2.6 Daun sendok
Daun sendok (Plantago major) merupakan tanaman
terna tahunan. Tingginya hanya 80 cm dan tumbuh di dataran rendah hingga
dataran tinggi dengan ketinggian 3.000 m dpl. Biasanya, daun sendok dapat
ditemukan di daerah berbatu, tepi jalan, atau di padang rumput yang agak
lembab.
Bagian tanaman yang bermanfaat sebagai obat adalah
daunnya. Daun tersebut dapat digunakan untuk mengobati demam, batu ginjal,
bekas luka, dan bisul.
2.7 Ketepeng Cina
Ketepeng Cina (Cassia Alba) merupakan tanaman
semak dengan ketinggian mencapai 5 meter. Daun tersusun majemuk terdiri dari 8
– 24 pasang, berbentuk lonjong sampai bulat telur sungsang.
Bagian yang berkhasiat sebagai obat adalah bagian
daunnya. Pasalnya, daun ketepeng cina mengandung beberapa zat aktif seperti
asam krisofanik, krisorobin, oksimetil, antarakinon, dan tanin yang berguna
untuk mengobati sakit kulit, demam, dan laksan.
2.8 Bawang Merah
Bawang merah sering disebut berambang. Tanaman ini banyak
ditanam orang di sawah ataupun ladang yang cukup memperoleh sinar matahari.
Tumbuhan berumpun dan berumbi lapis ini berwarna keungu-unguan dan berbau
tajam. Tanaman semusim yang tidak berbatang itu daunnya hijau panjang,
berbentuk tabung yang ujungnya lancip. Bunganya berwarna putih kemerah-merahan.
Baik umbi maupun daunnya sehari-hari dipakai untuk mengharumkan dan menyedapkan
berbagai makanan. Namun bawang merah juga sering dipakai dalam berbagai ramuan
obat tradisional.
Bawang merah mengandung flavonglikosida, dianggap anti
radang, pembunuh bakteri, sedangkan kandungan saponinnya mengencerkan dahak.
Bawang merah memiliki sejumlah zat lain yang berkhasiat menurunkan panas,
menghangatkan, memudahkan pengeluaran angin dari perut, melancarkan pengeluaran
air seni, mencegah penggumpalan darah, menurunkan kolesterol, dan kadar gula
dalam darah. Menurut penelitian terakhir, bawang merah juga bisa mencegah
kanker karena kandungan sulfurnya. Umbi lapisnya mengandung zat-zat seperti
protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin B1 dan C.
2.9 Lengkuas (Laos)
Lengkuas yang memiliki nama latin Alpinia
galanga, Linn merupakan jenis tumbuhan umbi-umbian yang bisa
hidup di daerah dataran tinggi dan dataran rendah.
Batangnya
terdiri dari susunan pelepah daun. Daunnya bulat panjang dimana daun bagian
bawah terdiri dari pelepah-pelepah saja sedang bagian atas lengkap dengan
helaian daun. Bunganya muncul pada ujung tumbuhan.
Lengkuas
atau laos ada yang berimpang putih, ada pula yang berimpang merah. Yang merah
ukurannya lebih besar dan khasiatnya untuk obat Iebih banyak.
Tanaman
ini memiliki batang semu seperti jahe, tapi tingginya bisa sampai 2m. Daunnya
pun lebih melebar. Lengkuas yang subur panjang daunnya bisa setengah meter dan
lebarnya 15 cm.
2.9.1. Kandungan
dan Manfaat Lengkuas
Lengkuas mengandung minyak atsiri yang di dalamnya terdapat galangol,
galangin, alpinen, kamfer, methyl-cinnamate. Lengkuas berkhasiat anti jamur,
anti bakteri, menghangatkan badan, membersihkan darah, menambah nafsu makan,
mempermudah pengeluaran angin dari dalam tubuh, mengencerkan dahak,
mengharumkan, merangsang otot dan konon berkhasiat aprodisiak.
2.10. Kencur
Memiliki
nama latin Kaempferia galanga L., kencur merupakan salah satu tanaman
yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan.
Tanaman
serbaguna yang bernama lain cikur (Sunda), ceuko (Aceh), kencor (Madura), cekuh
(Bali), sukung (Minahasa); asauli, sauleh, soul, umpa (Ambon), dan Cekir
(Sumba) ini dikenal di kalangan masyarakat Indonesia sebagai bahan baku obat
tradisional (jamu) dan rempah-rempah. Seiring beranjaknya waktu, kencur juga
digunakan dalam industri kosmetika, fitofarmaka, penyedap makanan, dan juga
minuman kemasan.
Kencur termasuk terna
(tumbuhan dengan batang lunak tidak berkayu atau hanya mengandung jaringan kayu
sedikit sekali) kecil yang cocok ditanam di tanah yang relatif gembur dan tidak
terlalu banyak air. Dia hidup di dataran rendah sampai sedang (50-600 m dpl)
dengan suhu berkisar 26-30°C.
Daging
buah berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat. Jumlah helaian daun
kencur tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan. Selain ditanam di
kebun, kencur juga dapat ditanam di dalam pot. Belakangan, selain ditanam di
halaman sebagai apotek hidup sekaligus juga dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
Ekstrak
methanol dari tanaman ini menunjukkan aktivitas melawan Toxocara canis (sejenis
cacing parasit penyebab penyakit toksokariasis) dan efektif melawan tiga
spesies yang menyebabkan granulomatous amoebic encephalitis (penyakit sistem
syaraf pusat) dan amoebic keratitis (bakteri yang menyebabkan infeksi di kornea
mata).
2.11. Kunyit
Kunyit merupakan salah satu tumbuhan yang banyak
dugunakan masyarakat. Rimpang kunyit terutama digunakan untuk keperluan dapur
(bumbu, zat warna makanan), kosmetik maupun dalam pengobatan tradisional.
Secara tradisional, air rebusan rimpang yang dicampur dengan gambir dugunakan
sebagai air kumur mulut untuk gusi bengkak, sementara salep dari kunyit dengan
asam kawak digunakan untuk pengobatan kaki luka. Salep yang dibuat dari
campuran kunyit dengan kelapa banyak digunakan menyembuhkan kaki bengkak dan
untuk mengeluarkan cairan penyebab bengkak. Ada lagi, kunyit yang diremas-remas
dengan biji cengkeh dan melati digunakan untuk radang hati dan penyakit kulit.
Sementara akar kunyit yang diremas-remas dapat digunakan sebagai obat penyakit
bengkak rematik. Kunyit memiliki nama latin Curcuma Demostica Val.
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit yang telah
diketahui yaitu minyak kunyit yang telah diketahui yaitu minyak atsiri 64% yang
terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan sesquiterpen (meliputi
zingiberen), alfa dan beta-turmerone.
2.12. Katuk
Katuk (Sauropus androgynus) umumnya tumbuh
di tempat teduh, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi.Pada dasarnya,
tanaman ini membutuhkan media tanam yang gembur, cukup bahan organik,
lembab, dan agak terlindungi dari terik matahari.
Bagian tanaman yang berkhasiat obat adalah daunnya yang
berfungsi untuk memperlancar ASI, bagi ibu menyusui, obat demam, dan
melancarkan air seni.
2.13. Pinang
Pinang (Areca catechu) memiliki batang yang
langsing, tumbuh tegak setinggi 10-30 m. daunnya menyirip dan tumbuh
berkelompok di ujung batang pohon.
Bagian tanaman yang digunakan untuk obat adalah bijinya
yang mengandung beberapa zat aktif seperti alkaloid, arekolina, arekolodina,
arekaina, guva-kolina, guvasina, kolin, dan tamin. Alkaloid merupakan racun
bagi beberapa spesies cacing parasit. Khasiatnya untuk mengobati sakit perut,
mencret, cacingan, cacar , kudis, dan borok. Namun, bila diminum dalam dosis
tinggi, pinang dapat mematikan sperma bagi pria (menjadikan pria mandul).
2.14. Lada
Lada (Piper Nigrum) merupakan terna berkayu.
Pertumbuhannya memanjat dengan ketinggian mencapai 15 m. Batangnnya berwarna
hijau tua. Daunnya berbentuk bundar telur sampai lonjong. Sementara itu,
bunganya berbentuk bulir yang menggantung.
Bagian tanaman yang bisa dijadikan obat adalah
buahnyavyang mengandung minyak asiri 1-2,5%. Penggunaannya bisa dijadikan bumbu
penyedap, karminatif, antiseptik, dan stimulan.
2.15. Lidah Buaya
Lidah Buaya (Aloe Vera) saat ini lebih banyak
dikembangkan untuk bahan baku industri farmasi, kosmetik dan makanan serta
minuman. Kandungan enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dalam
Lidah Buaya membuat tanaman ini berkhasiat obat. Khasiat dari Lidah Buaya
selain sebagai penyubur rambut, penyembuh luka dan perawatan kulit, lidah buaya
dapat juga di manfaatkan sebagai tanaman berkhasiat obat. Beberapa penyakit
yang dapat disembuhkan cacingan, luka bakar, bisul, luka bernanah; amandel,
sakit mata, keseleo, kosmetik, jerawat. Bagian dari Lidah Buaya yang berkhasiat
obat: daun, bunga dan akar. Tanaman berkhasiat obat ini dapat di budidayakan
dengan sangat mudah.
2.16. Bunga Matahari
Bunga matahari (Helianthus annus) juga termasuk
tanaman herba yang tumbuh tegak setinggi 1-3 m. Memiliki batang yang basah,
berbulu, dan berdaun tunggal. Bunganya besar dengan mahkota berbentuk pita
berwarna kuning di sepanjang cawannya. Di tengahnya terdapat bunga-bunga kecil
berwarna cokelat.
Bunga ini mengandung berbagai zat seperti quercimeitrin,
helianthoside A, B, C, dan oleanolicacid, yang berkhasiat menurunkan tekanan
darah dan mengurangi rasa nyeri. Bijinya berkhasiat sebagai antidesentri,
merangsang pengeluaran cairan tubuh seperti hormon dan enzim, serta merangsang
pengeluaran campak. Daun dan akarnya juga berkhasiat sebagai obat antiradang,
mengurangi rasa nyeri, dan antimalaria.
2.17. Belimbing Wuluh
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) mempunyai
batang kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit, arahnya condong ke atas.
Cabang muda berambut halus seperti beludru, warnanya coklat muda. Daun berupa
daun majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun
bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong, ujung runcing, pangkal
membundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya hijau, permukaan
bawah hijau muda. Perbungaan berupa malai, berkelompok, keluar dari batang atau
percabangan yang besar, bunga kecil-kecil berbentuk bintang warnanya ungu
kemerahan.
Buahnya buah buni, bentuknya bulat lonjong bersegi,
panjang 4-6,5 ern, warnanya hijau kekuningan, bila masak berair banyak, rasanya
asam. Biji bentuknya bulat telur, gepeng. Rasa buahnya asam, digunakan sebagai
sirop penyegar, bahan penyedap masakan, membersihkan noda pada kain,
mengkilapkan barang-barang yang terbuat dari kuningan, membersihkan tangan yang
kotor atau sebagai bahan obat tradisional. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.
2.18. Kopi
Kopi (Coffea sp.) merupakan tanaman perdu yang
tinginya mencapai 10 meter. Batangnya agak kekar dan bercabang banyak. Daunnya
berbentuk bundar telur, berwarna hijau dan mengilat di permukaan atasnya.
Bagian tanaman yang berfungsi sebagai obat adalah
bijinya yang mengandung kafein, teobromin, teofilin, trimetil fenol, metilena
fenol, stigmasterol, lanosterol, asam aspartat, asam alantoat, asam kafeotanat,
tanin, skualena, dekstrin, adenin, xantin, dan abu berupa alkali fosfat dan
alkali karbonat. Khasiatnya untuk mengobati perut mulas, kolera, disentri, keracunan,
penyegar dan penguat jantung.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
1. Apa yang dikonservasi?
Ibu Melani mengkonservasi + 500 tanaman obat
keluarga (TOGA).
2. Bagaimana cara mengkonservasi?
Ibu ini membuat pekarangan TOGA di halaman rumahnya,
setiap tanaman ditanam di dalam pot plastik, ada beberapa tanaman kayu yang
ditanam di tanah, setiap sudut pekarangan/pekarangan dimanfaatkan untuk menanam
jenis tanaman obat keluarga. Setiap pagi dan sore ibu Melani menyempatkan diri untuk merawat seluruh tanaman yang
ada di pekarangan miliknya, dan memperkerjakan beberapa pesuruh untuk merawat
pekarangannya. Tanah yang digunakan untuk merawat tumbuhan obat yang ada
menggunakan tanah pilihan yang subur, pupuk yang digunakan adalah campuran
pupuk organik dari pupuk kandang (kotoran kambing) dan sekam.
Cara menghindarkan tanaman dari gangguan hama ulat,
bekicot, ataupun serangga perusak tanaman yakni dengan meletakkan sambiloto dan
sereh berselang-seling dengan tanaman lainnya. Ibu ini tidak pernah menggunakan
bahan kimia untuk memupuki tanaman obatnya ataupun untuk menghindari hama
pengganggu.
Tanaman obat langka seperti Cabe Jawa (Piper retrofractum) dapat ditemukan di
pekarangannya, bahkan tanaman yang berasal dari pulau lain seperti Buah Merah
yang berasal dari Irian Jaya juga hadir di pekarangannya. Tanaman-tanaman
tersebut diperoleh dari pameran, dan juga komunitas yang Beliau ikuti yakni
Anggota Perhimpunan Penggemar Tanaman Obat (PPTO). Beliau selalu menyempatkan
diri berkunjung ke berbagai daerah bahkan negara untuk mendapatkan tanaman obat
agar bisa dikembangkan di pekarangannya ini. Ibu Melani
mempunyai tanah di Garut sekitar 1 ha yang diisi dengan tanaman obat dari
berbagai daerah dan daerah lokal, ibu ini turut mempekerjakan warga sekitar
(Garut) untuk mengurus serta pekarangan tanaman obat miliknya.
Cara merawat tanaman obat di pekarangannya selain
menggunakan pupuk kandang adalah menjaga tumbuhan agar tidak mati atau melebihi
kapasitas lahan seperti memotong bagian yang telah tua, agar jaringan muda
terus tumbuh, selain itu membersihkan dengan sikat jika ada bagian daun yang
terkena hama/bekas hama. Jika tumbuhan obat yang dikembangkan di lahannya ibu
ini membagi-bagikannya dengan tetangganya, sehingga seluruh tetangganya juga
turut menjaga tumbuhan obat yang dimilikinya. Ibu ini juga sering membaca buku
mengenai perawatan tumbuhan yang dimilikinya
3. Mengapa tertarik mengkonservasi?
Awal mula tertarik mengkonservasi karena
kecintaannya pada tumbuhan sejak kecil, keluarganya telah menggunakan tumbuhan
sebagai obat. Hingga ditimpa kelumpuhan, ibu ini mulai menyadari pentingnya
peranan tumbuhan yang diciptakan Tuhan untuk keberlangsungan hidup manusia,
terutama obat, oleh karena itu ibu ini hingga kini terus mengkonservasi
berbagai jenis tumbuhan obat di pekarangannya.
4. Hasil apa yang didapatkan dari konservasi?
Kepuasan bathin, karena pada awalnya ibu ini telah
mencintai tumbuhan dari sejak kecil, telaten merawat tumbuhan, sampai pada
tahun 1996 awal mula ibu ini membuat pekarangannya diisi dengan berbagai
tumbuhan. Pada tahun 2002 pernah ditimpa kelumpuhan, ibu ini mulai memperbanyak
tumbuhan obat di pekarangannya, dan sembuh dengan mengkonsumsi tumbuhan obat
tanpa harus operasi. Sejak saat itu, ibu ini terus giat merawat dan mengisi
pekarangannya dengan berbagai jenis obat agar dapat menolong sesama. Dari
tumbuhan obat yang ada, ibu ini juga mendapatkan peluang usaha, berbagai jenis
obat dari daun, tangkai, dan bunga yang ada dikeringkan dan dikemas untuk siap
digunakan sebagai bahan seduhan obat.
5. Teknis konservasi?
Ibu ini menggunakan pupuk kandang (kotoran kambing
dan sekam), menggunakan teknik biopestisida meletakkan sambiloto dan sereh
berselang-seling di pekarangannya untuk mencegah hama merusak tanaman.
3.2. Pembahasan
Wawancara
dilakukan di rumah nara sumber. secara administratif rumah beliau berada di
wilayah kecamatan antapani kelurahan antapani kidul. Beliau sehari hari
berkegiatan menjadi pengurus dharmawanita dan selalu merawat tanaman dengan
tangannya sendiri. Sejak awal memang ibu
melani mencintai tanaman. Sewaktu sd ibu melani ini sering memelihara tanaman. Bahkan beberapa tanaman
yang dirawatnya sering dibawa pulang oleh tamu ibunya, yang membuat ibu melani
kecewa.
Saat remaja ibu
melani mulai disibukan oleh berbagai kegiatan organisasi. Dari situlah ibu
melani mulai jarang kembali merawat tanaman. Ibu lulsan fakultas Ilmu
Komunikasi UNPAD ini mendapat kesempatan kembali merawat tanaman ketika sudah
lulus dari perkuliahannya.Namun kegiatannya berorganisasi berlanjut hingga
sekarang dengan mengikuti organisasai kewanitaan. Pada
tahun 2002 ibu melani mengalami kelumpuhan. Akibatnya beliau harus menggunakan
kursi roda untuk beraktivitas. Hal ini tidak membuat kegiatan ibu melani
terhenti. Ibu melani terus melakukan kegiatan organisasinya.
Untuk
menyembuhkan kelumpuhannya, beliau membutuhkan dana hingga dua ratus juta
rupiah. Dengan menanamkan Besi pada kakinya. Biaya yang besar ini tentu
memberatkan keluarganya. Hingga akhirnya ibu ini memcari jalan lain. Sambil beraktivitas ibu melani sering
mencoba pengobatan alternatif lain. Ramuan herbal menjadi salah satu pilihan
ibu melani. Setelah mencoba berbagai ramuan akhirnya ibu ini sembuh. Dengan
mencoba ramuan dari tanaman sambiloto. Caranya dengan meminum air rebusan
tanaman tersebut. Tiga bulan setelah menjalankannya akhirnya berhasil.
Informasi
tanaman tersebut ibu melani dapatkan setelah membaca buku herbal. Sadar akan
potensi obat herbal ibu tersebut melanjutkan penanaman toga disekitar rumahnya.
Hingga akhirnya ibu melani berhasil mengumpulkan sekitar 500 tanaman toga. Ibu
melani tidak hanya merawat disekitar sumah saja beberapa ada yang di tanam di
kebunnya di garut. Luas tanah di garut sekita 1Ha. 500 jenis tanaman yang ibu melani catat,
perlu di tinjau kembali. Karena angka tersebut merupakan akumulasi dari
pengumpulan sebelumnya. Perlu dilakukan penomoran sesuai dengan spesiesnya.
Nama jenis tanaman tersebut ibu dapatkan
dari literatur. Dengan membandingkannya dengan mana daerah. Terkadang ibu
melani dapatkan dari internet. Nama-nama tanaman tersebut tentu harus
dideterminaskembali, guna menghindari
kesalahan penamaan jenis.
Perawatan
tanaman di rumahya sering di lakukannya sendiri. Karena kadang beberapa tanaman
layu jika disiram orang lain. Ibu melani sering memberikan pupuk kandang dan
biopestisida alami. Dengan cara meletakan tanaman sambilotodan sereh secara
berselang seling, maka hama tanaman menjadi jauh. Beberapa
tanaman toga sering ibu keringkan, dan dijual. Hal ini bisa manjadi pemasukan
tambahan untuk ibu hj melani. Walaupun pemanfaatan ini bukan tujuan utama.
Karena ibu melani sering membagi secara cuma – cuma. Seperti buah petai yang ada dipekarangan
rumah, selalu ibu bagikan ke tetangga jika sudah masa panen. Tanaman toga
menjadi pilihan ibu melani, karena perawatannya tergolong mudah. Dengan
menyiraminya tiap hari dan sesekali diberi pupuk. Saat terken sakitpun tanaman
toga bisa dipakai untuk obat dari berbagai penyakit. Tanaman toga yang ibu melani rawat turut
menyumbakan beberapa penghargaan. Salah satunya penghargaa dari walikota
Bandung. Ibu Melani pun sering diundang menjadi pembicara di salah satu stasiun
radio RRI. Ibu melani pula sering mendapat kunjungan terkait tanaman toga yang
dirawatnya.
BAB IV
KESIMPULAN
1.
Upaya yang dilakukan oleh narasumber adalah dengan mendirikan taman
Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Taman ini membantu dalam upaya konservasi karena
dengan didirikannnya taman ini maka tanaman-tanaman yang mempunyai nilai
penting dan ekonomis dapat dikembangkan, dirawat dan dimanfaatkan dengan baik
bagi kebutuhan masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggal narasumber. Banyak
tanaman-tanaman obat yang menjadi suatu kebutuhan bagi beberapa masyarakat.
Selain itu masyarakat juga diberitahu cara memanfaatkan dan menanam tanaman
obat tersebut sehingga tanaman obat akan terus ada.
2.
Menanam Tanamn Obat Keluarga merupakan suatu kegiatan yang mempunyai
keuntungan baik pada bidang kesehatan maupun ekonomis. Di bidang kesehatan
dengan menanam tanaman obat maka akan membatu menghilangkan bibit penyakit
dalam tubuh dan dapat memperkuat daya tahan tubuh sehingga kuat dalam
menghadapi berbagai jenis penyakit. Selain dari poin konservasi yang dapat
terlihat dengan penanaman tanaman obat, nilai ekonomis juga bisa didapat dari penanaman
tanaman obat ini. Perawatan yang tidak akan mengeluarkan uang yang banyak namun
dengan penjualannya dapat memberikan keuntungan. Selain itu mengkonsumsi
tanaman obat tidak akan memberikan efek samping yang berat seperti pada
obat-obatan kimiawi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous
a: 2011 http://e
course.usu.ac.id/content/budidaya/agronomi/textbook.pdf
Dechacare. 2011. Jahe untuk Mengobati
Rematik, Batuk dan Radang Tenggorokan. http://www.dechacare.com/Jahe-untuk-Mengobati-Rematik-Batuk-dan-Radang-Tenggorokan-I606.html
Koswara, S. 2011. Jahe, Rimpang dengan
sejuta khasiat.http://www.ebookpangan .com/ARTIKEL/JAHE,20%RIMPANG%20DENGAN%20BERBAGAI%20KHASIAT.pdf
( diakses tanggal 5/5/2013)
Pramono, K. (2009). Tingkat
Manfaat Dan Keamanan Tanaman Obat Dan Obat Tradisional, Balai Penelitian
Tanaman Obat Tawangmangu. Fakultas Farmasi, UGM.(http://cintaialam.tripod.com/keamanan_obat%20tradi
sio nal. pdf.) (Diakses 1 April 2013)
Radji, M. (2005). Peranan
Bioteknologi Dan Mikroba Endofit Dalam Pengembangan Obat
Herbal. Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknolo gi.(http://www.fp.unud. ac.id/biotek/wp-content/uploads/2009/02mikroba-endofit.pdf,)
(Diakses 3 April 2013)
Wijakusuma, H. (2000). Potensi
Tumbuhan Obat Asli Indonesia Sebagai Produk Kesehatan. Risalah Pertemuan
Ilmiah Penelilian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi: Indonesia. (http://digilib.batan.go.id/e-prosiding/ File%
20Prosiding /Kesehatan/ Risa lah%202000/2000/Hembing-Wijaya.pdf) (Diakses 3 April 2013)
LAMPIRAN
Gambar
diatas merupakan tampak samping dari rumah nara sumber
Gambar
ini halaman belakang yang dimanfaatkan ibu melani
Foto
saat ibu melani bercarita berbagai macam tanaaman toga di pekarangannya.
Gambar
tanaman yang telah dikeringkan
Foto
penghargaan yang diberikan tertempel didinding.
No comments:
Post a Comment