Wednesday, October 14, 2015

PEMANFAATAN Platycerium bifurcatum SEBAGAI PAKU TANAMAN HIAS DALAM ILMU BOTANI EKONOMI



PEMANFAATAN  Platycerium bifurcatum  SEBAGAI PAKU TANAMAN HIAS DALAM ILMU BOTANI EKONOMI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Botani Ekonomi






Oleh :
                                                      Hana Hunafa Hidayat           140410100036
                                                      Nindira Tiara Putri                ---------------
                                                      Barkah Aris Muharram
                                                      Edhu Enriadis Adilingga




UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
JATINANGOR
2014



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar   Belakang
Pada awalnya botani ekonomi adalah bidang studi yang memperlajari nilai ekonomi dari satu jenis tanaman ataupun tumbuhan dan kelompok tumbuhan yang tertua di bumi yang banyak ditemukan didaratan adalah jenis tumbuhan paku. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berkormus, memiliki akar, batang dan daun yang sebenarnya. Artinya batang, akar dan daunnya sudah memiliki pembuluh angkut xylem dan floem.
Tanaman paku dari segi botani ekonomi merupakan tumbuhan yang dapat memiliki kegunaan bagi manusia dan memiliki nilai ekonomis. Paku Platycerium bifurcatum atau Paku tanduk rusa merupakan salah satu spesies dari classis filicinae, ordo superficiales masuk dalam family Polypodiaceae (paku – pakuan sejati ) dan masuk dalam genus Platycerium. Menurut Hartini (2001) banyak ditemukan di daerah Bogor dan sekitarnya sebagai sumber plasma nuftah. Namun,belum banyak mendapatkan perhatian dari segi pemanfaatan, budidaya, maupun konservasinya. Salah satunya adalah dapat dijadikan sebagai tanaman hias.














BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat rendah, karena meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus, serta mempunyai sistem pembuluh tetapi belum menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakan yang lain. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora.Jadi penempatan tumbuhan paku ke dalam golongan tingkat rendah atau tinggi bisa berbeda-beda tergantung sifat yang digunakan sebagai dasar.Jika didasarkan pada macam alat perkembangbiakannya, maka sebagai tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah. Namun, jika didasarkan pada ada atau tidaknya sistem pembuluh, tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena sudah mempunyai berkas pembuluh (Tjitrosoepomo,1994).
Sebagai tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju dari pada Bryophyta karena sudah mempunyai berkas pembuluh. Sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang, sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospor (Tjitrosoepomo,1994).
Sementara itu, ahli taksonomi yang lain (Eichler,1883) juga membagi tumbuhan menjadi dua kelompok berdasarkan atas letak alat-alat kelaminnya, yaitu:
-          Cryptogamae: Tumbuhan yang alat perkawinannya tersembunyi di dalam. Yang termasuk kelompok ini adalah Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta dan Pteridophyta.Kelompok ini juga bisa dianggap sebagai golongan tumbuhan tingkat rendah.
-          Phanerogamae: Tumbuhan yang alat perkawinannya terihat mencolok. Yang termasuk kelompok ini adalah Spermatophyta yang juga dapat dianggap sebagai golongan tumbuhan tingkat tinggi.


2.2 Deskripsi Tanaman Paku Platycerium bifurcatum
a. Taksonomi dari Platycerium bifurcatum :
Domain          : Eukarya
Kingdom       : Plantae
Subkingdom  : Tracheobionta (Tumbuhan Berpembuluh)
Divisi              : Pterydophyta
Classis           : Filicinae
Subclassis      : Leptosporangiatae
Ordo             : Superficiales
Famili           : Polypodiaceae
Genus            : plathycerium
Spesies           : Platycerium bifurcatum


b. Karakteristik /Ciri Morfologi Plathycerium bifurcatum :
-          Epifit sejati, dengan akar melekat di batang pohon lain atau bebatuan
-          Batang berupa rimpang lunak namun sulit di potong
-          Ada 2 tipe daun, yang pertama merupkan daun tropofil (daun yang digunakan untuk asimilasi atau fotosintesis) dan tipe yang kedua daun menjuntai sebagai sporofil (penghasil spora)
-          Spora terdapat pada sporangia yang terlindung oleh sori yang tumbuh menggerombol di sisi bawah daun dan berwarna coklat.
-          Daun –daun yang fertil biasanya bergantung, bercaban- cabang menggarpu
-          Daun memiliki percabangan dikotom
Daun bulat berbentuk ginjal atau bulat telur. (Smith,1972).
Platycerium bifurcatum termasuk tanaman perennial epifit yang paling sederhana yang tumbuh menempel pada pohon inang. Daunnya atas dua macam yaitu daun penyangga (steril) dan dedaunan (fertil). Daun penyangga terletak di bagian pangkal daun fertil, tumbuh saling menutupi dan persisten, menyerupai keranjang, bagian ujung bercuping, berwarna hijau dan berubah kecoklatan bila tua dan tidak berspora.
 Daun fertil luruh, tumbuh menggantung, umumnya bercabang menggarpu pada ujungnya menyerupai tanduk rusa, berwarna hijau keputihan, berbulu bintang dan berspora. Jenis daunnya ini  tergolong daun tunggal yang bertoreh dalam, berdaging, tepi rata, permukaan berbulu halus, panjang 40-100 cm, dan ujungnya tumpul. Daun tambahan ada satu sarnpai tujuh, menggarpu, bentuk baji, coklat hijau.
 Batangnya tidak jelas, ada yang mengatakan tidak berbatang, karena daun langsung tumbuh dari akar tanpa perantara. Akarnya berbulu dan berwarna coklat kekuningan dan biasanya langsung mengakar pada batang tanaman yang ditumbuhinya. Akar ini berupa akar serabut. Spongarium, terdapat pada ujung, tertutup rambut, berbentuk bintang, bercabang dua sampai empat, panjang 10-12 cm, lebar 2-3 cm, berwarna hijau muda dan hijau kebiruan (Shalihah, 2010).

2.3 Botani Ekonomi Tanaman Paku Platycerium bifurcatum
            Platycerium bifurcatum ini dapat dijadikan sebagai tanaman hias dan sebagai tanaman obat.Beberapa penyakit yang dapat diobati dengan menggunkan helaian-helaian daun tumbuhan ini adalah demam, radang rahim luar, haid tidak teratur, bisul dan abses.
Tumbuhan ini sering diusahakan sebagai tanaman hias.Orang Belanda menyebutnya hertshoornvaren. Umumnya masyarakat memperbanyak tumbuhan ini dengan memisahkan atau membagi tanaman tersebut menjadi dua atau lebih yang kemudian ditempelkan pada pohon. Digunakan sebagai obat panas dalam, bengkak pada bagian dalam (Heyne,1987).
Bifurcatum Platycerium (Cav.) C. Chr. adalah tanaman hias umum spesies pakis di Taiwan. Ini tersedia secara komersial di pasar lokal dan telah menjadi populer terdapat banyak ditanam di kawasan peternakan dan taman rekreasi yang merancang suasana tropis di daerah tersebut  untuk menarik wisatawan
(Camloh, 1993; 1999)

 2.4 Penyebaran Dan Budidaya Tanaman Paku Platycerium bifurcatum

a.      Penyebaran Platycerium bifurcatum
Paku ini mempunyai sinonim Platycerium wililinckii T.Moore, Platycerium hillii T. Moore dan P. veitchii (Hoshizaki dan Moran 2001). Platycerium bifurcatum termasuk suku polypodiaceae jenis ini merupakan salah satu dari 8 jenis Platycerium ( P. bifurcatum, P. coronarium, P. grande, P. sumbawense, P. wandae, P. ridleyi, P. willickii, dan P.superbum) (Hartini 2004).
Penyebarannya Australia, New Guinea, New Kaledonia, Indonesia dan Pulau Lord Hawe. Nama Indonesia –Sunda.: Paku uncal, Kalimantan barat : Simbar agung, Jawa dan Bali: Simbar tanduk manjangan. Dapat tumbuh dengan baik pada tempat terbuka, epifit pada pohon yang besar dari dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl. Daun berjumbai panjang sampai 1 m menyerupai tanduk uncal. Pada permukaan bagian bawah berbulu tipis,
bulu tersebut menyerupai bintang. Spora terdapat pada kantong-kantong spora di ujung daun bagian bawah yang menutup seluruh permukaan ( Sastrapradja, dkk 1979).

b.   Budidaya Platycerium bifurcatum
Platycerium bifurcatum dapat diperbanyak secara generative maupun vegetative. Perbanyakan generative dilakukan dengan menyemai sporanya yang telah masak. Cara ini merupakan cara yang paling efektif dan ekonomis namun lama (Jones, 1987). Perbanyakan secara vegetative umum dilakukan dengan membelah atau membagi rumpun tanaman induknya. Setiap anakan biasanya ditandai dengan adanya kumpulan beberapa daun yang membentuk rumpun sendiri. Cara ini menurut Hartini (2001) justru yang paling efektif karena hasil belahan atau bagian tersebut akan lebih cepat tumbuh disbanding hasil semaian spora. dan tanaman tanduk rusa ini menyukai tempat yang tidak langsung memperoleh sinar matahari.  
Di luar negeri seperti Amerika, perbanyakan sudah dicoba dengan cara kultur in vitro dari bagian-bagian tanaman seperti spora, tunas, ujung tanaman, serta fase gametofitnya. Pengembangbiakannya dilakukan dengan spora atau dengan memindahkan akar rimpangnya. Spesies ini dapat diperbanyak seksual melalui spora (Camloh, 1993; 1999) dan aseksual melalui pengembangan dari tonjolan akar (Richards et al., 1983).karena menurut (Thentz dan Moncousin, 1984) propagasi dari spora umumnya memakan waktu prosedur yang lama. Ex vitro budidaya spora rentan terhadap serangan oleh agen phytopathological (Lane, 1981).berbagai metode untuk in vitro perbanyakan vegetatif beberapa spesies pada genus plathycerium telah banyak dilakukan dan lebih berhasil, termasuk salah satunya meregenerasi sporofit langsung dari ujung akar (Hennen dan Sheehan, 1978),

2.5  Bagian-Bagian Tanaman  Dari Platycerium bifurcatum Yang Biasa Digunakan Sebagai Tanaman Hias
Tanaman Tanduk Rusa termasuk jenis paku-pakuan.Tumbuhan ini banyak ditemukan dan dipelihara sebagai tanaman hias karena pesona juntaian daunnya yang indah. Tanduk rusa merupakan tanaman yang hidupnya menempel kuat pada benda atau pohon lain tetapi tidak merugikan tumbuhan yang menjadi inangnya biasa disebut tanaman epifit.
Tanduk rusa atau juga di sebagian daerah disebut simbar menjangan selain permukaan daunnya mirip kulit rusa yaitu kasar, daun tanduk rusa menjuntai ke bawah bercabang-cabang menyerupai tanduk binatang rusa yang terbalik. Pada dasarnya tanduk rusa merupakan tumbuhan tegak yang menempel pada inang dengan pokok penumpu berupa akar dan rimpang batang membentuk bungkah kool berwarna coklat dan jutaian helaian daun berwarna hijau.

2.6 Pemasaran Dan Produk Yang Sudah Dipasarkan
Beberapa contoh Platycerium bifurcatum yang biasa dijual ditempat penjualan tanaman hias :
                      
      


2.7 Saran Dan Ide Pengembangan Di Indonesia
            Tanaman Platycerium bifurcatum dapat lebih banyak di budidaya baik secara in vitro maupun ek vitro untuk di jual sebagai paku tanaman hias dan dapat dijadikan sumber komoditi ekspor tanaman hias dari negara Indonesia ke luar negri.









DAFTAR PUSTAKA.
Camloh, M. 1993. Spore germination and early gametophyte development of Platycerium bifurcatum. Am. Fern J. 83: 79- 85.
Camloh, M. 1999. Spore age and sterilization affects germination and early gametophyte development of Platycerium bifurcatum. Am. Fern J. 89: 124-132.
Eichler,1883. Syllabus der Vorlesungen über Phanerogamenkunde (1883) 3rd Edition, (Register of the lectures about Phanerogamae). Berlin
Hennen, G.R. and T.J. Sheehan. 1978. In vitro propagation of Platycerium stemaria (Beauvois) Desv. HortSci. 13: 245.
Heyne, K.,1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan.
Jones, D. L. 1987. Encyclopaedia of Ferns, An Introduction to Ferns, Their Structure, Bilogy, Economic, Importance, Cultivation and Propagation, A Lothian Book
Lane, B.C. 1981. A procedure for propagation ferns from spores using a nutrient-agar solution. Comb. Proc. Int. Plant Prop. Soc. 30: 94-97.
Richards, J.H., J.Z. Beck, and A.M. Hirsch. 1983. Structural investigation of asexual reproduction in Nephrolepis exaltata and Platycerium bifurcatum. Am. J. Bot. 70: 993-1001.
Sastrapraja, S., Afriastin, J.J., Darnaedi D. dan Wijaya E.A, 1979. Jenis Paku Indonesia, Lembaga Biologi Nasioanal,- LIPI
Sri Hartini. 2001. Platycerium bifurcatum (Cav.)C.Chr. Sumber Plasma Nutfah di Daerah Lahan Kering, PROSIDING Seminar Nasional Konservasi dan Pendayagunaan Keanekaragaman Tumbuhan Lahan Kering, hal. 76-81.
Smith, B.N. 1972. Natural abundance of the stable isotopes of carbon in biological systems. Bioscience, 22: 226-231.
Thentz, M. and C. Moncousin. 1984. Micropropagation in vitro de Platycerium bifurcatum (Cav.) C. Chr. Rev. Horticole. Suisse. 57: 293-297.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2003. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press




No comments:

Post a Comment